"Oh, dia ...." Ucap, Raceh tercekat."Saya, Su ...." Zefki ingin menjelaskan siapa dirinya sebenarnya.Namun Raceh lebih dulu memotong kalimat yang akan disampaikan oleh suaminya."Ini, Mas Zefki. Sepupu saya. Tepatnya sepupu jauh."Zefki yang hendak memperkenalkan dirinya sebagai suami Raceh, namun buru-buru sang istri menjawab, jika Zefki adalah sepupunya. Mendengar hal itu, sang suami pun, menatap tajam ke arahnya."Kenalin ke kita dong, Ra." Ucap, Cika. "Wah mohon maaf banget. Sepupu saya ini, sudah bertunangan.I-ya, sudah bertunangan." Seru Raceh, meyakinkan kedua temannya. "Yah ... sayang sekali. Ganteng-ganteng sudah ada yang punya!" ujar Yuki, kecewa."Eh tapi ada pepatah mengatakan, jika janur kuning masih belum melengkung, persaingan tetap jalan, dong!" Seru Cika, semangat. " Oh, no! Itu tidak bisa. Sepupu saya ini, sangat sayang dengan tunangannya. Iya kan, Mas Zef?" Raceh mencoba mengedipkan matanya ke arah Zefki, untuk memberi kode agar sang suami menyetujui apa yang
Pagi hari tepat pukul setengah enam. Raceh terbangun. Lagi-lagi dia kaget dengan selimut yang ada di sekujur tubuhnya. Lalu Raceh menengadahkan pandangannya di sekeliling kamar, mencari Zefki namun tidak ada. Raceh pun keluar dari kamar dan melangkah menuju dapur."Selamat pagi, Bibik." Sapanya, kepada Bik Yati. Raceh ingin membantu Bik Yati di dapur. "Pagi, Non. Lho, kok Nona ke sini? Biar Bibik saja yang masak." Tukas, Bik Yati."Nggak apa-apa kok, Bik. Biar saya bantuin Bibik pagi ini. Biasanya Mas Zefki sarapan apa, Bik? Raceh kembali bertanya kepada Bik Yati, sambil memotong-motong wortel. "Tuan muda ... suka nasi goreng, Non." "Ya sudah, Bik. Biar saya saja yang masak nasi gorengnya." Lalu, Raceh pun mulai berkutat di dapur mempersiapkan segala bahan-bahan yang akan dipakai, untuk memasak nasi goreng. Sedangkan Bik Yati, sibuk dengan pekerjaan dapur lainnya.Saat itu, Zefki yang telah selesai exercise, tinju pagi ini. Sedang berjalan menuju ke dapur karena mencium aroma nas
Pagi itu, Zefki lebih dulu sampai di kantor. Dia langsung menuju ke lift khusus CEO yang terhubung langsung di lantai paling atas. Zefki lalu memasuki ruangan yang langsung disambut oleh Sekretaris Risa. Sang sekretaris segera membaca setiap jadwal atasannya hari ini.Sekretaris Risa menjelaskan jika ada meeting rutin pagi ini, pukul sepuluh pagi bersama para kepala Divisi. Zefki hanya diam mendengarkan sambil memikirkan tingkah istrinya yang membuatnya jengkel pagi ini.Sementara Raceh yang sudah sampai di divisinya diberondong pertanyaan oleh teman-temannya perihal pelatihan khusus yang diikutinya. Disaat Raceh bingung untuk menjawab. Pak Raka memanggil Raceh ke ruangannya. Dia pun masuk ke ruangan itu. "Pagi, Pak. Ada apa Bapak memanggil saya?" Tanyanya. "Begini, akan ada meeting jam sepuluh pagi ini. Jadi kamu ikut saya menjadi notulen dari bagian divisi umum.""Baik, Pak. Permisi." Jawab, Raceh."Eh ... tunggu dulu." Pak Raka, kembali memanggil Raceh."Ada apa lagi, Pak?" Jawa
Setelah Zefki mengusir Risa dan Sutan, dia kembali merenungkan sikapnya barusan. "Ada apa denganku? Kenapa aku sangat terganggu jika Raceh dekat dengan lelaki lain? Apa yang salah denganku? Ini tidak dapat di biarkan!" Serunya sambil memukul meja, dengan tangannya.Dengan wajah kalut dan masih dipenuhi aura emosi, Zefki pun melangkah ke luar dari ruangannya setelah sebelumnya mengganti kemejanya, dengan yang baru dibawa oleh pak sopir.Zefki pun melangkah dan menghampiri meja Asisten Sutan. "Mana kunci mobil? Gue mau keluar sebentar!" Ketusnya."Tapi, Tuan Muda. Siang ini, Anda ada meeting dengan perwakilan klien dari Hongkong." Ucap, Asisten Sutan."Batalkan semuanya ...!" Perintahnya.Lalu Zefki meraih kunci mobil dari tangan Asisten Sutan dan berlalu pergi.Saat menuju lift, Zefki pun menghubungi sahabatnya, Eko untuk bertemu di sebuah restoran.Sedangkan di bagian divisi umum, Pak Raka segera menggelar rapat khusus staf dan menjelaskan, jika Minggu depan akan diadakan meeting k
Rombongan Bian kembali ke kantor dengan kemejanya yang telah berubah warna, akibat tumpahan jus buah stroberi. Mereka pun memulai pekerjaan masing-masing. Namun disaat Raceh hendak mengerjakan pekerjaannya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata panggilan dari 'Si Tuan Angkuh alias Zefki.Raceh pun mengangkat ponselnya.Raceh"Halo, Tuan Muda. Ada apa, Anda menelepon saya?"Zefki"Nanti malam, Papi dan Mami go back to Berlin. Jadi kita disuruh ke bandara nganterin mereka." Raceh"Baik, Tuan Muda. Terima kasih, sudah dulu ya, saya banyak pekerjaan." Lalu Raceh pun menutup panggilan itu dan memulai kembali melakukan pekerjaannya."Sialan! Dia menutup telepon dari gue! Padahal gue belum selesai ngomong!" Ujar Zefki, marah. Terdengar tawa Eko yang menggelegar mengejek nasib sahabatnya yang dicuekin oleh istrinya sendiri."Makanya, Bro. Jika Lo suka, bilang suka! Jangan kayak gini, Lo malah tersiksa sendiri." Tukas Eko sambil mencomot cup cake, yang ada di hadapan Zefki. Sejak pulang
Hari ini, hari Senin tepat akan diadakan meeting rutin, yang di pimpin oleh divisi umum. Pak Raka sebagai manager umum mulai memaparkan semua kegiatan dan hal-hal yang telah dicapai oleh divisinya. Mata Zefki tak pernah lepas dari Raceh yang dari tadi sibuk berdiskusi dengan teman-teman satu divisinya. Tak terkecuali, Bian. Hal itu, sontak membuat Zefki semakin emosi. Namun dia mencoba profesional dalam pekerjaan.Beberapa pertanyaan Zefki lontarkan saat sesi diskusi. Namun karena tim yang solid dan persiapan yang matang. Tim dari divisi umum mampu menjelaskan semuanya. Raceh juga ikut serta memberi penjelasan kepada Zefki mengenai kegiatan di divisi umum. Diam-diam sang suami kagum dengan kepintaran Raceh dan juga timnya. Namun jika Zefki ingat bagaimana Raka maupun Bian mencoba menarik perhatian istrinya. Tanpa sadar dia menjadi marah. Namun Zefki mencoba untuk meredamnya dan mencari cara bagaimana membalas keduanya, karena berani menggoda istrinya.Asisten Sutan berbisik kepada
Zefki kembali masuk ke dalam kamar dan meletakkan plastik besar yang berisi beberapa pembalut yang baru saja dirinya beli sendiri dari supermarket. Dia rela melakukan hal bodoh ini demi istrinya yang tadi dibentak habis-habisan, olehnya. Zefki keluar dari kamar menuju ruang kerjanya, yang pintunya langsung terhubung dengan kamar pribadinya.Dia pun duduk di meja kerjanya dan mulai membuka laptop, lalu menghubungkannya dengan cctv yang ada di kamar. Zefki melakukan itu untuk memantau keadaan istrinya yang tadi telah dirinya buat menangis. Jauh dari lubuk hatinya, dia sangat merasa bersalah terhadap istrinya. Namun emosi yang meledak-ledak membuatnya kehilangan arah dan berlaku kasar kepada sang istri.Pintu kamar mandi terbuka, Raceh ke luar dengan jubah mandinya, mata bengkak, wajah sembab, dan agak pucat. Dia menuju tempat tidur dan membuka bungkusan plastik besar yang ada di atasnya. Raceh sangat kaget melihat begitu banyak pembalut dengan berbagai merk. Dia lalu mengambil satu
Setelah semuanya pulang, tinggal Zefki yang berada di dalam kamar. Dia pun duduk di sisi tempat tidur. Pintu kamar terbuka, terlihat Bik Yati yang membawa nampan. Di atasnya ada bungkusan plastik berisi obat untuk Raceh dan segelas air putih.Bik Yati meletakkannya di atas meja yang ada di dekat sofa. Lalu berkata, "Tuan Muda, apakah saya berjaga juga di sini?""Tidak perlu Bik. Bibik tidur saja. Akan tetapi ponsel tetap aktif, ya? Siapa tahu, saya membutuhkan bantuan Bibik, jika Raceh bangun.""Baik, Tuan Muda." sahutnya. Bik Yati pun berlalu dari situ.Zefki duduk di sisi tempat tidur dan menunggu Raceh, jika saja terbangun. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Mata Zefki mulai terasa berat, dan dia pun mengantuk. Karena kantuk yang menyerangnya. Zefki pun berbaring di sebelah istrinya. Dia menghadap ke arah Raceh dan memperhatikan wajah istrinya yang sedikit pucat. Seketika dada Zefki berdesir pelan memandang wajah Raceh yang sedang tertidur. Dia pun mengusap-usapkan ja