Setelah Zefki mengusir Risa dan Sutan, dia kembali merenungkan sikapnya barusan. "Ada apa denganku? Kenapa aku sangat terganggu jika Raceh dekat dengan lelaki lain? Apa yang salah denganku? Ini tidak dapat di biarkan!" Serunya sambil memukul meja, dengan tangannya.Dengan wajah kalut dan masih dipenuhi aura emosi, Zefki pun melangkah ke luar dari ruangannya setelah sebelumnya mengganti kemejanya, dengan yang baru dibawa oleh pak sopir.Zefki pun melangkah dan menghampiri meja Asisten Sutan. "Mana kunci mobil? Gue mau keluar sebentar!" Ketusnya."Tapi, Tuan Muda. Siang ini, Anda ada meeting dengan perwakilan klien dari Hongkong." Ucap, Asisten Sutan."Batalkan semuanya ...!" Perintahnya.Lalu Zefki meraih kunci mobil dari tangan Asisten Sutan dan berlalu pergi.Saat menuju lift, Zefki pun menghubungi sahabatnya, Eko untuk bertemu di sebuah restoran.Sedangkan di bagian divisi umum, Pak Raka segera menggelar rapat khusus staf dan menjelaskan, jika Minggu depan akan diadakan meeting k
Rombongan Bian kembali ke kantor dengan kemejanya yang telah berubah warna, akibat tumpahan jus buah stroberi. Mereka pun memulai pekerjaan masing-masing. Namun disaat Raceh hendak mengerjakan pekerjaannya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata panggilan dari 'Si Tuan Angkuh alias Zefki.Raceh pun mengangkat ponselnya.Raceh"Halo, Tuan Muda. Ada apa, Anda menelepon saya?"Zefki"Nanti malam, Papi dan Mami go back to Berlin. Jadi kita disuruh ke bandara nganterin mereka." Raceh"Baik, Tuan Muda. Terima kasih, sudah dulu ya, saya banyak pekerjaan." Lalu Raceh pun menutup panggilan itu dan memulai kembali melakukan pekerjaannya."Sialan! Dia menutup telepon dari gue! Padahal gue belum selesai ngomong!" Ujar Zefki, marah. Terdengar tawa Eko yang menggelegar mengejek nasib sahabatnya yang dicuekin oleh istrinya sendiri."Makanya, Bro. Jika Lo suka, bilang suka! Jangan kayak gini, Lo malah tersiksa sendiri." Tukas Eko sambil mencomot cup cake, yang ada di hadapan Zefki. Sejak pulang
Hari ini, hari Senin tepat akan diadakan meeting rutin, yang di pimpin oleh divisi umum. Pak Raka sebagai manager umum mulai memaparkan semua kegiatan dan hal-hal yang telah dicapai oleh divisinya. Mata Zefki tak pernah lepas dari Raceh yang dari tadi sibuk berdiskusi dengan teman-teman satu divisinya. Tak terkecuali, Bian. Hal itu, sontak membuat Zefki semakin emosi. Namun dia mencoba profesional dalam pekerjaan.Beberapa pertanyaan Zefki lontarkan saat sesi diskusi. Namun karena tim yang solid dan persiapan yang matang. Tim dari divisi umum mampu menjelaskan semuanya. Raceh juga ikut serta memberi penjelasan kepada Zefki mengenai kegiatan di divisi umum. Diam-diam sang suami kagum dengan kepintaran Raceh dan juga timnya. Namun jika Zefki ingat bagaimana Raka maupun Bian mencoba menarik perhatian istrinya. Tanpa sadar dia menjadi marah. Namun Zefki mencoba untuk meredamnya dan mencari cara bagaimana membalas keduanya, karena berani menggoda istrinya.Asisten Sutan berbisik kepada
Zefki kembali masuk ke dalam kamar dan meletakkan plastik besar yang berisi beberapa pembalut yang baru saja dirinya beli sendiri dari supermarket. Dia rela melakukan hal bodoh ini demi istrinya yang tadi dibentak habis-habisan, olehnya. Zefki keluar dari kamar menuju ruang kerjanya, yang pintunya langsung terhubung dengan kamar pribadinya.Dia pun duduk di meja kerjanya dan mulai membuka laptop, lalu menghubungkannya dengan cctv yang ada di kamar. Zefki melakukan itu untuk memantau keadaan istrinya yang tadi telah dirinya buat menangis. Jauh dari lubuk hatinya, dia sangat merasa bersalah terhadap istrinya. Namun emosi yang meledak-ledak membuatnya kehilangan arah dan berlaku kasar kepada sang istri.Pintu kamar mandi terbuka, Raceh ke luar dengan jubah mandinya, mata bengkak, wajah sembab, dan agak pucat. Dia menuju tempat tidur dan membuka bungkusan plastik besar yang ada di atasnya. Raceh sangat kaget melihat begitu banyak pembalut dengan berbagai merk. Dia lalu mengambil satu
Setelah semuanya pulang, tinggal Zefki yang berada di dalam kamar. Dia pun duduk di sisi tempat tidur. Pintu kamar terbuka, terlihat Bik Yati yang membawa nampan. Di atasnya ada bungkusan plastik berisi obat untuk Raceh dan segelas air putih.Bik Yati meletakkannya di atas meja yang ada di dekat sofa. Lalu berkata, "Tuan Muda, apakah saya berjaga juga di sini?""Tidak perlu Bik. Bibik tidur saja. Akan tetapi ponsel tetap aktif, ya? Siapa tahu, saya membutuhkan bantuan Bibik, jika Raceh bangun.""Baik, Tuan Muda." sahutnya. Bik Yati pun berlalu dari situ.Zefki duduk di sisi tempat tidur dan menunggu Raceh, jika saja terbangun. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Mata Zefki mulai terasa berat, dan dia pun mengantuk. Karena kantuk yang menyerangnya. Zefki pun berbaring di sebelah istrinya. Dia menghadap ke arah Raceh dan memperhatikan wajah istrinya yang sedikit pucat. Seketika dada Zefki berdesir pelan memandang wajah Raceh yang sedang tertidur. Dia pun mengusap-usapkan ja
Setelah Raceh selesai mandi, dia pun masuk kembali ke dalam kamar dan memakai baju rumah. Karena mulai hari ini, dirinya, cuti. Terdengar bunyi ketukan di pintu kamar. Raceh pun melangkah menuju pintu, dan melihat ada Bik Yati yang sedang membawa nampan berisi makanan berat, untuknya pagi itu. Ada nasi putih, ayam goreng dan beberapa lembar beef steak, beserta sayur-sayuran hijau dan segelas susu. Melihat makanan sebanyak itu, membuat Raceh bengong seketika.Bik Yati melangkah masuk lalu menyapanya. "Selamat pagi, Nona Muda. Ini sarapan untuk Anda, Nona." ucap Bik Yati, lalu meletakan nampak besar itu di atas meja di depan sofa."Bik, bagaimana saya menghabiskan semua sarapan ini? Ini terlalu banyak. Saya juga lagi datang bulan, Bik. Biasanya nafsu makan saya sedikit terganggu." Raceh menimpali perkataan Baik Yati.Sementara itu Zefki muncul dari ruang kerjanya dengan memakai pakaian rumah."Bik, tolong kamar mandi di ruang kerja saya dibersihkan. Karena agak sedikit kotor lantain
Sepulangnya Dafa dari kediaman Harold. Sepasang suami istri itu pun, melangkah masuk ke dalam kamar.Raceh melirik suaminya yang sikapnya berubah drastis menjadi dingin, duduk di sofa dan sibuk dengan laptopnya. Sedangkan Raceh kembali melanjutkan aktifitasnya menonton televisi, drama Korea yang telah dia tonton sebelumnya.Zefki mulai mencari profil tentang dokter Dafa di mesin pencari media sosial. Namun dia tidak mendapatkannya. Zefki sedikit jengkel karena tidak berhasil mengetahui apapun tentang orang itu. Dia lalu melirik istrinya. Karena penasaran, Zefki pun bertanya kepada istrinya,"Hei, kenapa doker itu bisa kenal sama Lo?" Raceh segera mengecilkan volume televisi dan melihat ke arah suaminya."Maksud, Mas. Kak Dafa, ya?""Entah lah siapa itu, namanya!" ujarnya jengkel, karena sang istri tidak kunjung menjawab pertanyaannya."Mulai lagi deh. Kumat, dia." Raceh bergumam dalam hati."Kak Dafa, itu. Kakak kelas ku saat di bangku SMA," ujarnya.Lalu Raceh pun menjelaskan jika
Malam harinya disaat waktu tidur. Raceh menunggu Zefki yang sedang berada di ruang kerjnya. Namun sang suami tak juga kunjung masuk ke dalam kamar.Raceh bermaksud untuk berbicara dengan suaminya, jika dia mau berbagi tempat tidur dengan sang suami. Karena Raceh sadar Zefki adalah suaminya. Dia juga tidak tega melihat suaminya setiap malam tidur di sofa, sedangkan kamar yang di tempati Raceh ini, sebelumnya adalah milik Zefki, sepenuhnya.Karena terlalu lama menunggu, Raceh pun ketiduran. Sedangkan Zefki di ruang kerjanya sedang mengecek ulang laporan yang dikirim oleh Asisten Sutan dari kantor, untuk ditandatangani olehnya. Terkadang Zefki melihat cctv kamar untuk memastikan jika Raceh sudah tidur. Barulah dia masuk ke kamar dan memilih tidur di sofa. Zefki melakukan itu, karena dia tidak dapat menahan godaan kemolekan tubuh istrinya. Dia takut tidak dapat mengendalikan dirinya jika tidur di samping Raceh. Sedangkan sampai saat ini, Zefki masih belum yakin dengan perasaannya terhada