Malam harinya, Raceh mencoba mengirim pesan kepada Zefki. Namun dia bingung mau bilang apa.Tiba tiba ponsel Raceh berbunyiada nomor tak di kenal, namun sepertinya dia mengenal nomor itu, dan ternyata pesan itu dari Zefki.Ada foto masuk di galery ponselnya. Foto sekotak nasi goreng yang isinya telah habis.Dia pun langsung tahu jika itu dari Zefki.Raceh memandang lama layar ponselnya, dia bingung mau jawab apa kepada pria itu.Sementara Zefki masih dalam perjalanan menuju ke Jakarta. Dia tiba-tiba merasa gugup. Kenapa hanya dengan memandang kotak nasi goreng kosong, itu. Zefki langsung mengingat Raceh, dan tanpa sengaja jarinya menekan tombol kirim, dan jadilah pesan terkirim kepada gadis itu. Zefki hendak menghapusnya. Namun pesan itu keburu dibaca oleh Raceh."Shit!" Zefki mengumpat dari bangku belakang.Asisten Sutan melirik dari kaca depan,"Are you okay, Tuan Muda?""Tauk, ah! Pasti dia semakin besar kepala! Lebih cepat Lo, nyetirnya! Gue udah ngerasa gerah bgt! Pingin mandi!"
Malam pun semakin larut, para tamu undangan semakin sedikit. Mereka mulai meninggalkan gedung itu. Sebagai pertanda, jika acara hajatan pernikahan Zefki dan Raceh telah selesai. Yang tersisa tinggal orang-orang kepercayaan Zefki saja. Tak terkecuali Sekretaris Risa dan Asisten Sutan, mereka semua berkumpul di sebuah ruangan mewah di hotel itu.Raceh sedikit merasakan kelelahan karena dari tadi dia terus berdiri.Saat ini, dia sedang duduk diapit oleh Mami Santi dan Mami Clement. Lalu Nyonya Clement berkata kepadanya, "Sayang, nanti kamu ikut Sekretaris Risa, ya. Dia akan menunjukkan kamar mu dengan Zefki, suamimu." Raceh pun menjawab, "Iya ... Tante." "Lho, Sayang. Jangan manggil, Tante. Kamu sekarang sudah menjadi menantu, Mami."Iya ... Maaf, Mi." Ujar Raceh, gugup.Lalu Nyonya Clement kemudian menyuruh Sekretaris Risa, untuk menuntun Raceh menuju ke kamar president's suite di hotel tersebut, yang khusus di sediakan untuk kedua mempelai.Raceh pun mulai memeluk kedua orang tu
Pagi hari jam enam pagi Raceh terbangun. Dia mendapati tubuhnya ditutupi selimut. Padahal seingatnya tadi malam, dirinya tidur tanpa menggunakan selimut.Raceh menyibakkan selimut dan melihat bagian tubuhnya, ternyata baju yang di gunakan masih utuh. Itu berarti tidak terjadi apa-apa tadi malam. Bersamaan dengan itu, Zefki keluar dari kamar mandi, dengan rambut basahnya. Sepagi itu, dia harus mandi karena lagi-lagi alat tempurnya kembali berulah. Tegak berdiri hanya dengan melihat Raceh yang sedang tertidur. Ada hasrat ingin menerkam istrinya itu. Tapi apa daya, Zefki hanya bisa melakukannya dengan bermain solo."Selamat pagi, Tuan Muda. " Raceh menyapa Zefki dengan suara khas orang yang baru bangun tidur. Namun suara Raceh, di telinga Zefki bagai alunan syair lagu yang merdu. Sang istri pun duduk dengan balutan selimut di tubuhnya.Zefki tidak menjawab. Melirik pun tidak, dia sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang menempel di lehernya, hal itu membuat Raceh malu-malu
"Apa yang ingin Lo katakan?" Tanya Zefki, kepada Raceh. "Begini, Tuan Muda. Hari ini kan cuti saya habis, besok saya sudah harus mulai bekerja." Ucapnya. "Oh, begitu? Apa Lo lupa siapa pemilik perusahaan di mana Lo bekerja?" Zefki seketika menatap tajam, ke arah istrinya."Ma ... maaf, Tuan Muda. Makanya saya ngomong langsung kepada Anda, kalau besok, saya sudah mulai bekerja. Karena saya tahu, Anda lah, pemilik perusahaan itu.""Cih! Jika gue nggak izinin Lo kerja, emang Lo mau ngapain?" Serunya, meremehkan Raceh.Namun Raceh langsung membantahnya, "Maafkan saya, Tuan Muda. Anda bisa melarang saya untuk tidak melakukan hal lain. Ta-pi tolong jangan larang saya bekerja. Karena dengan bekerja saya bisa menabung dan membantu papi menyelesaikan masalah keuangan di perusahaan." Raceh menundukkan kepalanya, dan memohon kepada suaminya."Ha-ha-ha." Seketika, Zefki tertawa. "Jadi Lo pikir gue di jodohkan ke Lo karena apa, hah! Jangan munafik Lo jadi orang!" Lagi-lagi, Zefki tidak habis p
"Oh, dia ...." Ucap, Raceh tercekat."Saya, Su ...." Zefki ingin menjelaskan siapa dirinya sebenarnya.Namun Raceh lebih dulu memotong kalimat yang akan disampaikan oleh suaminya."Ini, Mas Zefki. Sepupu saya. Tepatnya sepupu jauh."Zefki yang hendak memperkenalkan dirinya sebagai suami Raceh, namun buru-buru sang istri menjawab, jika Zefki adalah sepupunya. Mendengar hal itu, sang suami pun, menatap tajam ke arahnya."Kenalin ke kita dong, Ra." Ucap, Cika. "Wah mohon maaf banget. Sepupu saya ini, sudah bertunangan.I-ya, sudah bertunangan." Seru Raceh, meyakinkan kedua temannya. "Yah ... sayang sekali. Ganteng-ganteng sudah ada yang punya!" ujar Yuki, kecewa."Eh tapi ada pepatah mengatakan, jika janur kuning masih belum melengkung, persaingan tetap jalan, dong!" Seru Cika, semangat. " Oh, no! Itu tidak bisa. Sepupu saya ini, sangat sayang dengan tunangannya. Iya kan, Mas Zef?" Raceh mencoba mengedipkan matanya ke arah Zefki, untuk memberi kode agar sang suami menyetujui apa yang
Pagi hari tepat pukul setengah enam. Raceh terbangun. Lagi-lagi dia kaget dengan selimut yang ada di sekujur tubuhnya. Lalu Raceh menengadahkan pandangannya di sekeliling kamar, mencari Zefki namun tidak ada. Raceh pun keluar dari kamar dan melangkah menuju dapur."Selamat pagi, Bibik." Sapanya, kepada Bik Yati. Raceh ingin membantu Bik Yati di dapur. "Pagi, Non. Lho, kok Nona ke sini? Biar Bibik saja yang masak." Tukas, Bik Yati."Nggak apa-apa kok, Bik. Biar saya bantuin Bibik pagi ini. Biasanya Mas Zefki sarapan apa, Bik? Raceh kembali bertanya kepada Bik Yati, sambil memotong-motong wortel. "Tuan muda ... suka nasi goreng, Non." "Ya sudah, Bik. Biar saya saja yang masak nasi gorengnya." Lalu, Raceh pun mulai berkutat di dapur mempersiapkan segala bahan-bahan yang akan dipakai, untuk memasak nasi goreng. Sedangkan Bik Yati, sibuk dengan pekerjaan dapur lainnya.Saat itu, Zefki yang telah selesai exercise, tinju pagi ini. Sedang berjalan menuju ke dapur karena mencium aroma nas
Pagi itu, Zefki lebih dulu sampai di kantor. Dia langsung menuju ke lift khusus CEO yang terhubung langsung di lantai paling atas. Zefki lalu memasuki ruangan yang langsung disambut oleh Sekretaris Risa. Sang sekretaris segera membaca setiap jadwal atasannya hari ini.Sekretaris Risa menjelaskan jika ada meeting rutin pagi ini, pukul sepuluh pagi bersama para kepala Divisi. Zefki hanya diam mendengarkan sambil memikirkan tingkah istrinya yang membuatnya jengkel pagi ini.Sementara Raceh yang sudah sampai di divisinya diberondong pertanyaan oleh teman-temannya perihal pelatihan khusus yang diikutinya. Disaat Raceh bingung untuk menjawab. Pak Raka memanggil Raceh ke ruangannya. Dia pun masuk ke ruangan itu. "Pagi, Pak. Ada apa Bapak memanggil saya?" Tanyanya. "Begini, akan ada meeting jam sepuluh pagi ini. Jadi kamu ikut saya menjadi notulen dari bagian divisi umum.""Baik, Pak. Permisi." Jawab, Raceh."Eh ... tunggu dulu." Pak Raka, kembali memanggil Raceh."Ada apa lagi, Pak?" Jawa
Setelah Zefki mengusir Risa dan Sutan, dia kembali merenungkan sikapnya barusan. "Ada apa denganku? Kenapa aku sangat terganggu jika Raceh dekat dengan lelaki lain? Apa yang salah denganku? Ini tidak dapat di biarkan!" Serunya sambil memukul meja, dengan tangannya.Dengan wajah kalut dan masih dipenuhi aura emosi, Zefki pun melangkah ke luar dari ruangannya setelah sebelumnya mengganti kemejanya, dengan yang baru dibawa oleh pak sopir.Zefki pun melangkah dan menghampiri meja Asisten Sutan. "Mana kunci mobil? Gue mau keluar sebentar!" Ketusnya."Tapi, Tuan Muda. Siang ini, Anda ada meeting dengan perwakilan klien dari Hongkong." Ucap, Asisten Sutan."Batalkan semuanya ...!" Perintahnya.Lalu Zefki meraih kunci mobil dari tangan Asisten Sutan dan berlalu pergi.Saat menuju lift, Zefki pun menghubungi sahabatnya, Eko untuk bertemu di sebuah restoran.Sedangkan di bagian divisi umum, Pak Raka segera menggelar rapat khusus staf dan menjelaskan, jika Minggu depan akan diadakan meeting k