Hidup bergelimang harta membuat Keluarga Harold menjadi salah satu keluarga
terpandang di Jakarta. Tuan Kenan Harold dan Nyonya Clement Harold memiliki seorang anak lelaki, satu-satunya bernama Zefki Harold. Zefki adalah seorang lelaki tampan dengan wajah blasteran Indonesia Amerika yang diwariskan oleh kedua garis keturunan orang tuanya. Hal itu membuat Zefki menjadi idaman setiap wanita. Baik dari kalangan remaja maupun wanita dewasa. Saat ini, zefki telah berumur tiga puluh tahun dan dia telah memimpin satu perusahaan ayahnya yang bergerak dalam bidang property. Berbekal pendidikan S2 dari sebuah universitas di luar negeri, membuat Zefki dipercaya ayahnya untuk mengelola bisnis keluarga. Zefki terlahir sebagai anak tunggal, membuat sifatnya terkesan angkuh dan semaunya saja. Wataknya yang keras dan cuek membuat banyak wanita, semakin penasaran dengannya. Saat Zefki duduk dibangku sekolah pun, dia menjadi idola di sekolahnya. Banyak cewek-cewek di sekolahnya nya yang menaruh hati kepadanya. Akan tetapi tak satu pun yang digubris olehnya. Baginya, cinta dan semacamnya adalah omong kosong belaka. Zefki tidak butuh cinta, logika dan cara berpikirnya terlalu dominan sehingga otaknya tidak berkoneksi dengan cinta untuk lawan jenis. Bahkan sampai banyak orang beranggapan jika dia adalah seorang pecinta sejenis. Akan tetapi, Zefki seolah tidak peduli dengan opini publik tentang dirinya. Namun pada suatu ketika kabar itu pun sampai kepada orang tuanya. Sang ibu, Nyonya Clement, sampai menitikkan air matanya mengingat anak satu-satunya yang sampai saat ini, masih belum berumah tangga. Suatu ketika di kamar Zefki, "Mami ... kenapa sih menangis, gitu? Aku heran deh dengan tingkah Mami. Menangisi sesuatu yang abstrak, gitu." Tukas Zefki, kepada ibundanya. Sambil menghela napas panjang, Nyonya Clement mengusap dadanya, lalu berkata, "Bagaimana Mami tidak merasa sedih, jika melihat anak Mami satu-satunya, masih belum menikah juga. semetara anak teman sosialita Mami lainnya yang seumuran denganmu, sudah pada menikah dan memiliki anak. Bahkan mereka sangat antusias menceritakan perkembangan dari cucu-cucu mereka." Nyonya Clement, semakin mendramatisir tangisannya. Akan tetapi, hal itu tidak membuat Zefki berempati sedikitpun. "Sudahlah, Mi. Lupakan dan jangan ingat apa kata orang. Toh aku juga tidak hidup dengan uang mereka, iya kan Mamiku ... yang cantik?" Zefki lalu memeluk tubuh sang mami. Namun Nyonya Clement tetap ngotot kepada putranya, "Pokoknya Mami nggak mau tahu! Tahun ini kamu harus menikah! Titik!" Tukas, sang ibu. Mendengar perkataan ibunya, Zefki pun tertawa lebar, "Ha-ha-ha! Mami ini ada-ada saja, deh. Aku menikah dengan siapa? Aku sama sekali tidak memikirkan pernikahan, Mi. Masih sangat jauh dari planning-ku. Ha-ha-ha Mami lucu deh!" Zefki pun berlalu dari hadapan ibunya, menuju ke dalam kamarnya dan tidak mempedulikan ibunya, lagi. "Zefki, kamu mau ke mana, Nak?" "Aku mau exercise, Mi. Apakah Mami mau ikutan? Angkat berat gitu, Moi Pasti Mami nggak bisa, ha-ha-ha." "Zefki! kamu ledekin Mami, ya?" "Aku hanya bercanda, Mami." "Ya, sudah sana kamu, olahraga dulu, tapi ingat pesan Mami, tadi." Nyonya Clement kembali mengingatkan anaknya. Zefki seketika bersenandung ria. Seolah-olah dia tidak mendengar perkataan Nyonya Clement. Zefki pun mulai melangkah ke ruang gym yang ada di rumahnya. Dia melakukan pemanasan terlebih dahulu. Setelah itu Zefki mulai mengangkat beberapa alat berat yang ada di dalam ruangan itu. Dengan bobot tubuh yang proporsional dada six pack dan tinggi seratus delapan puluh lima senti meter. Membuat para wanita tergoda dengan pesonanya. Setelah puas angkat berat, Zefki lalu melangkah menuju ke samping rumahnya dan mulai menceburkan dirinya ke dalam kolam renang. Namun disaat Zefki sedang asyik berenang, tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Dia pun menghentikan sebentar kegiatan olah raganya dan mengangkat telepon itu. Zefki "Halo, ini siapa?" Sutan "Maaf Tuan Muda, jika saya mengganggu istirahat, Anda." Zefki "Saya sedang berolah raga. Iya, langsung saja katakan, ada apa?" Ternyata telepon itu dari Asisten Pribadi Zefki bernama, Sutan. Sutan mengabarkan, jika ada klien yang ingin bertemu dengannya besok pagi. Zefki "Baiklah, Sutan. Tolong sampaikan kepada mereka saya akan bertemu besok pagi, tepat pukul sepuluh pagi." Lalu Zefki pun menutup panggilan itu. Saat ini, dia sedang duduk di kursi santai, dekat kolam sambil menatap langit senja yang biru, sambil merenungkan perkataan maminya, tadi. "Ting-ting-ting." bunyi alarm dari telepon genggam milik Zefki mengagetkannya. Dia melihat sudah pukul lima pagi saatnya, dirinya untuk bangun. Seperti rutinitasnya sehari-hari, pagi ini Zefki mengawali paginya dengan berolahraga. Zefki pun berjalan menuju salah satu ruang di lantai bawah rumahnya. Lalu dia pun mulai menggerakkan kedua tangan dan kakinya sebagai pelemasan awal. Terlihat dengan jelas otot-otot tubuhnya, yang menambah pesona dalam dirinya. Zefki sangat menyukai olah raga tinju. Kegiatannya itu dapat membantu melepaskan hormon adrenalin dari dalam tubuhnya. Karena dia yang selalu disibukkan dengan urusan pekerjaan. Peluh dari tubuhnya semakin banyak keluar. Disaat Zefki semakin cepat menggerakkan tangannya secara bergantian melayangkan tinjunya ke arah samsak tinju. Setelah dia rasa cukup, Zefki pun melangkah keluar dari ruangan itu menuju ke dalam kamarnya. Saat melewati dapur, Zefki disapa oleh Bik Yati, sang art kepercayaan keluarganya. "Selamat pagi, Tuan Muda." Sapa, Bik Yati. "Pagi, Bik. Nasi gorengnya sudah masak?" Tanyanya. "Sudah Tuan Muda semua sudah tersedia di atas meja. Oh ya, Tuan dan Nyonya sudah berangkat sekitar setengah jam yang lalu." "Lho, Bik. Kok Papi dan Mami cepat sekali berangkat ke kantor?" Tanyanya, lagi. "Anu ... itu, Tuan Muda. Tuan dan Nyonya kedatangan tamu di perusahaan pagi ini. Sepertinya, sahabat lama dari Tuan Kenan." "Baiklah, Bik. Saya ke atas dulu. Mau mandi." Zefki pun berlalu dari dapur menuju ke dalam kamarnya. Guyuran air yang membasahi tubuh Zefki sungguh sangat menyegarkan. Setelah selesai mandi, dia pun keluar dari kamar mandi. Dengan hanya berbalut handuk di pinggangnya. Zefki pun segera mengenakan pakaian kantornya. Lalu setelah selesai menyantap sarapan spesial, nasi goreng buatan Bik Yati. Zefki pun segera menuju garasi mobilnya dan berangkat ke kantor tepat pukul tujuh pagi. Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan Zefki pun tiba di kantor. Saat ini, para karyawan terlihat sedang berbaris rapi. Mulai dari lobi luar, sampai ke pintu masuk. Zefki keluar dari mobil. Dia langsung disambut oleh sang asistennya, Sutan. "Selamat pagi, Tuan Muda." "Pagi ... ada apa ini, kenapa semua orang berbaris?" Tanyanya. "Maaf, Tuan Muda. Ini semua atas perintah Tuan Kenan. Untuk menyambut klien spesial perusahan. Anda juga diharuskan ikut menyambut klien itu." Asisten Sutan, menjelaskan pada Zefki jika semua ini, adalah perintah Tuan Kenan, ayahnya. Zefki pun mengangguk, tanda setuju. Rombongan mobil mulai berjejer rapi di halaman kantor, itu menandakan jika klien tersebut telah sampai. Semuanya terlihat keluar dari mobil, tamu tersebut berjumlah dua orang. Zefki pun seakan kaget, hanya untuk meyambut dua orang itu, ayahnya, Tuan Kenan seolah-olah menyambut secara berlebihan, sedangkan isi mobil lain adalah para kepala cabang, property mereka. Tuan Kenan pun mulai menyalami para tamu tersebut, mereka adalah sepasang suami istri, Tuan Fidel dan Nyonya Santi yang merupakan pebisnis, sahabat kedua orang tuanya. Zefki sama sekali tidak tahu maksud terselubung dari kedua orang tuanya, mengapa sampai menggelar penyambutan yang apik bagi Tuan Fidel dan Nyonya Santi. Kedua orang tuanya semata-mata ingin Zefki menikah dengan salah satu anak dari pasangan suami istri, sahabatnya itu. Keduanya sangat ingin menimang cucu dari anak mereka satu-satunya, Zefki Harold. Kedua orang tuanya berpikir jika saat ini, Zefki sudah layak untuk berumah tangga, mengingat usianya yang sudah berumur, tiga puluh tahun. Terutama Nyonya Clement yang sangat menginginkan Zefki, untuk secepatnya menikah. Sehingga muncullah ide untuk menjodohkan Zefki dengan anak rekan bisnis mereka.Tuan Fidel dan Nyonya Santi keluar dari mobil seiringan dengan kedua orang tua Zefki yang juga keluar dari mobil. Para petinggi perusahaan sibuk saling memberi salam bagi tamu istimewa, itu.Tibalah giliran Zefki untuk memberi salam."Selamat pagi, selamat datang di perusahaan kami, ZR TBK." ujarnya.Tuan Fidel dan Nyonya Santi seakan terkagum-kagum dengan sosok Zefki yang berwibawa dan terkesan cerdas. Juga ditambah dengan ketampanannya yang memukau.Lalu Tuan Kenan berkata, "Perkenalkan Fidel, ini Zefki Harold. CEO, ZR TBK dan dia adalah anak saya, satu-satunya.""Selamat pagi anak muda," ujar, Tuan Fidel. "Anda sangat tampan, anak muda. Pasti juga sangat rajin mengelola perusahaan."Zefki hanya tersenyum sinis mendengar pujian itu. "Selamat pagi juga, Zefki. Saya, Santi. Istri sahabat ayahmu." Lagi-lagi Zefki hanya tersenyum sinis. Dia lalu bergumam dalam hati, "Cih sangat berlebihan menyambut mereka. Memangnya sehebat apa sih perusahaannya, sampai -sampai Papi menyambut deng
Hari ini hari Sabtu, seperti yang Nyonya Santi katakan. Jika hari ini, mereka akan kembali pulang ke rumah."Ra, jam berapa Papi dan Mami nyampai ke rumah?" Tanya, Grace."Mungkin agak siangan sih, Kak. Lho, Kakak kok sudah berpakaian rapi gitu. Memangnya kakak mau ke mana? kemarin kakak nangis-nangis. Karena kangen sama Mami dan Papi, ini kok kakak malah, pergi?" Tanya, Raceh.Lalu, Grace menyahut,"Itulah, Ra. Kakak hari ini ada acara kantor di Bogor. Kakak jadi perwakilan dari kantor. Yah mau nggak mau, kakak harus mengikuti acara itu. Tapi Kakak sudah kasi tahu Mami sih, Ra. Tadi subuh, melalui chat."Saat Grace berpamitan untuk pergi ke BogorRaceh pun menuju ke dapur untuk melihat apa saja menu yang sudah dimasak oleh Bik Tina, asisten rumah tangga di rumahnya.Raceh pun membantu asisten rumah tangganya di dapur menyiapkan bahan makanan untuk makan siang nanti. "Bibik, apa semua udah kelar masaknya?" Tanya Raceh, kepada Bik Tina."Masih belum, Non. Bibik bingung mau masak apa."
Sesampai di rumah, Nyonya Clement menyuruh Bik Yati untuk menyediakan nasi goreng itu di atas meja.Di sebuah cafe di sudut kota Jakarta, Zefki dan temannya, Eko sedang menikmati chocolate coffe dan beberapa cake lainnya."Hei Bro, Lo kalau tidak suka dijodohkan. Lo kenapa gak nolak? Lagian zaman sudah canggih gini, kok masih ada acara perjodohan segala? Noh ... kembali ke zaman Siti Nurbaya, aja!" Seru Eko, sambil menatap wajah temannya yang masam."Emang Lo pikir segampang itu, hah!" Seru Zefki, setengah membentak Eko. "Lo tahu gue anak tunggal. Ortu gue udah ngebet banget pengen ngemong cucu katanya. Cih! Mereka nggak tahu saja, emang segampang itu mencetak anak?""Ha-ha-ha ya emang gampang, Bro! Lo tinggal semprot tuh alat tempur Lo yang gede itu masuk ke dalam gua sempit dan lembab. Tunggu sebulan kemudian, pasti dapat hasilnya!" Seru Eko, mengejek temannya."Sialan Lo! Apa Lo pikir gue penjahat kelamin, hah!" Hardiknya, sambil mengambil botol minuman bekas dan melemparnya ke a
Minggu siang, Grace kembali dari dinas luar kota. Sesampai di rumah dia melepas kangen dengan kedua orang tuanya. Mereka pun makan siang bersama dengan menu spesial yang dimasak oleh Raceh.Setelah selesai makan siang, Ayah mereka, Tuan Fidel berkata, jika nanti malam mereka semua harus berkumpul di ruang keluarga. Karena ada sesuatu hal yang penting yang hendak dibicarakan.Dikamar Raceh, "Ra, apa sih yang mau dibicarakan oleh Papi? Kayaknya serius banget deh." Seru Grace, sambil berbaring di ranjang adiknya.Lalu Raceh menjawab, "Mungkin saja tentang perjodohan itu, Kak. Soalnya kemarin siang ada teman Papi yang mampir ke rumah kita.""Wah jadi itu benar ya, Ra? Mami bilang, Tante itu tertarik sama kamu, ya? Cie yang nggak jomblo lagi." Tukas Grace, sambil tersenyum kearah adiknya."Ih apaan sih, Kak. Aku belum memikirkan untuk menikah. Kenal sama orangnya aja belum. Tapi aku juga nggak bisa apa-apa jika dengan cara itu bisa membuat perusahaan Papi bangkit lagi. Mau nggak mau aku
Seminggu telah berlalu, hari ini tepatnya hari Sabtu. Zefki terlihat sedang melakukan exercise di ruang khusus yang dipenuhi alat olah raga, terlihat peluh memenuhi sekujur tubuhnya membuat penampilannya semakin seksi saja. Tiba-tiba pintu ruangan itu di dorong dari luar, terdengar suara sang mami, "Zefki ... apa kamu di dalam?""Iya, Mi." Jawabnya. "Jangan lupa, ya? Nanti malam kita ke rumah Keluarga Om Fidel.Kita diundang makan malam di sana. Sekalian kamu kenalan dengan putri-putrinya." Seru Nyonya Clement, mengingatkan sang putra."Baiklah, Mi." Seru, Zefki pasrah. "Tapi, Mi. Bisa nggak siang ini, Bik Yati masakin nasi goreng yang kayak kemarin aku santap?" "Lho, Zef. Mami lupa ngasi tahu kamu. Jika nasi goreng itu dimasak oleh salah satu putri dari Om Fidel. Sudah-sudah nanti malam aja kamu kenalan dengan mereka. Mami mau ke salon dulu." Lalu Nyonya Clement pun, berlalu dari situ.Sejenak Zefki berpikir perkataan ibunya Jika nasi goreng itu adalah buatan salah satu putri d
Pembicaraan pun berlanjut, Tuan Kenan menjelaskan jika kedatangan mereka untuk melamar Raceh sebagai istri Zefki. Disaat semua sibuk membicarakan tentang acara demi acara yang akan dilaksanakan, sesekali Raceh melirik Zefki. Untuk melihat bagaimana reaksinya. Akan tetapi Raceh tidak menemukan jawabannya. Yang dirinya lihat, pemuda itu terlihat santai seperti tanpa beban. Sangat berbeda dengan Raceh yang sangat takut akan sebuah ikatan pernikahan. Apalagi menikah dengan pria yang belum pernah dirinya kenal sebelumnya.Bahkan di meja makan pun pembicaraan tetap berlanjut. Raceh seakan berat untuk menghabiskan makanan dalam piringnya. Padahal semua makanan yang dia masak terasa enak bagi orang lain tapi tidak baginya. Lagi-lagi Raceh melirik Zefki. Pria itu makan dengan lahap seakan tak peduli dengan semua pembicaraan ini.Setelah makan malam, semua terlihat santai di ruang keluarga sambil mencicipi cake buatan Raceh yang rasanya sangat enak. Sementara Zefki sedang menerima panggilan t
"Tempo hari, saat Lo nabrak punggung gue, apa Lo kehilangan sesuatu?" Tanya, Zefki.Sejenak Raceh berpikir. Lalu menjawab perkataan Zefki, "Iya, Tuan Muda. Saya kehilangan kotak makan siang, berisi nasi goreng." Sahut, Raceh. "Yup tepat sekali! gue mau nanya kenapa bekal Lo itu, bisa sampai di meja gue?" Tanyanya lagi, sambil menatap tajam kearah Raceh.Namun sebelum Raceh hendak menjawab. Asisten sutan mengatakan, jika dia yang meletakkan kotak bekal itu di atas meja Zefki. Lalu Asisten Sutan mengarahkan Zefki untuk melihat sesuatu dari laptop.akhirnya Zefki tahu kenapa kotak bekal milik gadis itu, bisa ada di atas mejanya."Gue, lapar. Apakah Lo bisa memasak nasi goreng seperti itu, lagi?" "Bi ... bisa, Tuan Muda. Tapi saya tidak memiliki bahan-bahan untuk membuatnya." "Hhhm, berpikir Lo, Sut! Bagaimana caranya gue bisa mendapatkannya!" Namun disaat Sutan hendak menjawab, ponsel Zefki berbunyi. Di layar, ada nama ibunya, Mami Clement. Zefki lalu buru-buru menjawab, Zefki"Iya
Sepanjang perjalanan pulang dari butik, Raceh terus memikirkan perkataan, Zefki. Akan tetapi dia tidak menemukan jawabannya. Ingin sekali dia bertanya pada Zefki yang duduk di sebelahnya. Namun pria itu sedang menutup mata terlelap dalam tidurnya. Sesampainya di parkiran utama, Zefki turun dari mobil dan menuju lift khusus, tanpa menunggu Raceh turun. Lalu dia pun turun dari mobil. Sekretaris Risa menjelaskan kepada Raceh jika dirinya sudah di kondisikan situasinya, saat tadi meninggalkan divisinya.Lalu sebelum masuk lift, Raceh meminta nomor ponsel Asisten Sutan. Sekretaris Risa lalu memberi sebuah kartu nama kepadanya.Raceh pun melangkah ke dalam divisinya. Terlihat para rekan kerjanya sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Lalu Raceh pun mencoba menghubungi Asisten Sutan, melalu pesan singkat.Raceh : "Siang, Asisten Sutan."Asisten Sutan : "Ya, Nona. Ada yang saya bisa minta bantu?"Raceh : "Begini, Asisten Sutan. Bisakah Anda menanyakan kepada Bapak CEO, utang saya itu a