Nafkah Batin Basi

Nafkah Batin Basi

last updateLast Updated : 2022-06-12
By:  Helminawati PandiaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 ratings. 13 reviews
200Chapters
98.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Amelia tak pernah diberi nafkah batin oleh suaminya. Penampilan Amelia yang buruk rupa membuat Darfan tak selera. Tujuan Darfan menikahinya hanya untuk harta. Gadis itu adalah pewaris tunggal peternakan milik pengusaha ternak nomor satu di kota Medan. Namun, wanita tak cantik rupa, tapi kaya harta ini bukan perempuan yang bisa diploroti dan dibodohi begitu saja. Dengan harta, Amelia merubah penampilannya. Dia berubah menjadi wanita jelita. Dia bahkan bersiap menghancurkan para parasit yang selama ini menghisap darahnya. Saat itu terjadi, nafkah batin yang ditawarkan sang suami sudah basi baginya. Bagaimana pembalasan Amelia terhadap keluarga suaminya yang licik? Bagaimana Amelia menjalani pernikahan yang penuh sandiwara? Bagaimana cara Amelia menghadapi keluarga suami yang parasit? Bagaimana kisah asmara Amelia hingga menemukan cinta sejatinya? Ikuti kisah ini di bab-bab selanjutnya. Terima kasih.

View More

Chapter 1

Bab 1. Benda Tajam di Malam Pertamaku

Bab 1. Benda  Tajam Di Malam Pertamaku

=======

“Maaf, Mbak, pisau ini buat apa?” 

Aku membelalak kaget  saat  Yati, asisten rumah tangga masuk ke dalam kamar  pengantin kami.  Sebuah nampan berisi  dua gelas minuman hangat  beserta sebuah pisau tajam dia letakkan di atas nakas.

“Buat  kalian, bukankah kalian akan  belah duren malam ini?” jawabnya dingin, lalu pergi  setelah melirik Mas Dar  dengan  tajam.

Aneh!  Kenapa  wanita itu terlihat  tidak senang dengan pernikahan kami?   Orang-orang memang  sering menyebut malam pertama dengan istilah  ‘BELAH DUREN’. Tetapi tentu saja tak perlu pakai benda tajam, bukan?

 “Udah, gak usah dipikirin si Yati!”  Mas Dar mengunci pintu kamar lalu berjalan mendekatiku.

“Hem,” anggukku mulai fokus  pada suamiku.

“Sayang, terima kasih sudah menikah denganku!” Mas Dar mengecup lembut keningku. 

“Aku yang terima kasih, Mas,” ucapku menunduk.  Serasa jantung ini  berdegup tak karuan.  Wajahku terasa menghangat.  Pasti warnanya memerah sekarang.  Sungguh ini adalah pengalaman pertama,  seorang pria menyentuh  keningku  dengan bibirnya.  Selama ini aku tak pernah dekat dengan pria manapun.  Aku juga  tak pernah punya kekasih. Mas Dar adalah pria pertama yang dekat denganku, tanpa berpacaran  dia langsung menikahiku.

“Aku, dong, Sayang,  yang berterima kasih pada kamu.  Aku begitu beruntung mendapatkan kamu,”  ujarnya mengulas senyum sembari mengelus  pipiku, lalu berhenti  di bibir. Tentu saja dadaku berdebar makin tak karuan. Aku paham apa yang dia isyaratkan. Sepasang pengantin baru yang barus saja dihalalkan, apa  yang akan  dilakukan kalau bukan melaksanakan ibadah di malam pertama pernikahan. 

Kusiapkan diri  sepenuhnya   untuk menunaikan tugas  sebagai seorang istri.  Bersiap juga  menerima nafkah batin  pertama   darinya.  Meski ada rasa takut yang berkecamuk. Tapi aku harus bisa, aku  tak boleh  mengecewakan suamiku.

“Kenapa, Mas?” tanyaku  saat  Mas Dar tiba-tiba menghentikan aktivitas   lalu  melepaskanku.

“Gak apa-apa, Sayang!” ucapnya   dingin,  lalu  melangkah mundur.  Sorot matanya tampak aneh.

Entah apa yang terjadi pada  Mas  Dar. Sepertinya dia ragu untuk menyentuhku. Kenapa? Bukankah dia telah memulainya?  Lalu kenapa tiba-tiba menghentikannya?

“Kamu mandi  aja dulu, ya! Kamu pasti  capek banget  setelah seharian jadi ratu?  Mana tamu undangan papa kamu banyak banget lagi, iyakan?” usulnya kemudian.

“Aku lecek banget, ya?  Ya, udah,  aku mandi dulu, ya, Mas!”

“Iya, Sayang. Tapi, aku boleh pinjam kunci mobil kamu, enggak?”

“Lho, Mas mau ke mana?”

“Ada urusan sebentar keluar, gak lama, kok. Kamu mandi aja, dulu!”

“Baik, Mas.”

“Ehm, satu lagi, Sayang.”  Mas Dar  berbalik, lalu menatapku lembut.

“Ya?”  tanyaku masih menunduk, tak berani menatap matanya.

“Aku boleh minta uang minyak, Sayang? Khawatir  bensinnya habis  di jalan.  Duit di  dompet   Mas udah tipis. Repot kalau mau ke ATM dulu.

Aku terkesiap. Dia menikahiku belum sehari. Kenapa sudah berani minta  uang?  Kami juga  belum lama saling  kenal.  Baru dua bulan yang lalu. Dia adalah   pria yang dikenalkan oleh teman Papa. Papa yang sudah begitu khawatir  melihat aku  belum menikah di usia yang tak lagi muda, menyetujui perjodohan  itu. Meskipun Mas Dar seorang duda.

Usiaku hampir  kepala tiga, tak juga ada tanda-tanda  seorang pria yang suka. Wajar saja, karena aku   bukanlah gadis idaman pria. Wajahku biasa saja, tak  ada  sedikitpun manis-manisnya.  Aku juga tak pandai berdandan seperti  wanita lain. 

“Papa sudah tua, Sayang!  Papa juga mulai sakit-sakitan, maut kapan saja bisa menjemput. Papa akan merasa  tenang meninggalkan kamu, bila kamu sudah berkeluarga. Kamu  butuh pendamping untuk menjalankan usaha kita. Darfan itu pria yang baik, setidaknya begitu kata  Om Nurdin. Dia sahabat papa, tak mungkin menjerumuskan putri  papa, iyakan, Sayang?  Mau, ya, Nak, menikah dengan   Nak Darfan?” bujuk papa kala itu.

Aku menggangguk. Papa semringah.  Melihat  senyum  papa,  bahagia menyeruak  di  dalam kalbu. Setidaknya aku bisa melihat papa bahagia. Semoga dengan pernikahanku,  papa bisa tenang, dan penyakitnya segera sembuh. Begitu   keputusanku.

Bukan inginku terlahir  ke dunia  ini  sebagai seorang wanita yang telat  mendapatkan jodoh. Aku juga ingin memiliki seorang suami yang mencintai dan menyayangi.  Seorang laki-laki yang mendampingi  menyibak hari-hari. Lalu  memiliki anak-anak yang lucu  dan sehat. Membesarkan dengan  penuh cinta  dan kasih.

Bukan pula inginku memiliki wajah yang tak cantik. Aku juga   ingin seperti  gadis-gadis lainnya.  Memiliki wajah memikat, tubuh seksi dan menjadi idaman para  pria. Sayangnya, aku tak memenuhi standart, hingga sampai usia menjelang kepala tiga, tak jua ada seorang pria yang menyatakan suka. Sampai  akhirnya lamaran Mas Darfan aku terima. Ijab Kabul pun dilangsungkan tadi pagi  dengan penuh suka cita.

Papa yang menanggung semua biaya pernikahan, keluaraga Mas Dar hanya menyediakan seperangkat alat salat sebagai mahar.  Tak mengapa. Papa rela menangung semua biaya, asal anak gadis satu-satunya  bisa berumah tangga  seperti  gadis-gadis lainnya.

Tetapi, kenapa baru beberapa jam ijab qobul dilangsungkan, suamiku sudah meminta uang? Padahal dia sama sekali  tak  ada  uang keluar untuk pernikahan ini. Bahkan baju pengantin yang dia kenakanpun,  Papa yang menyediakan. Apakah ada yang salah dengan pernikahan ini?

“Sayang, kok  malah  melamun?   Gak usah banyak, sejuta  saja. Sekalian buat jaga dompet, siapa tahu ada apa-apa di jalan, iya, kan, Sayang?” Mas Dar  menyentuh bahuku.

“Baik, Mas.  Tapi, kalau boleh tahu, Mas mau ke mana sebenarnya?  Ini rumah keluarga Mas Dar. Saya gak enak ditinggal sendirian, saya masih asing di rumah ini,”  tanyaku seraya  mengeluarkan satu ikat  uang kertas berwarna merah dari dalam dompet, lalu kuserahkan padanya.

“Makasih, Sayang!   Aku ada urusan bisnis. Kalau  aku  gak jumpai  sekarang, pasti  dianggap  gak professional. Kalau batal,  aku  bisa  rugi ratusan juta. Sebentar saja, kok.”

“Gitu, ya?”

“Iya, Sayang.  Oh, iya, uang kamu pasti aku ganti, kok.  Aku  pergi dulu, ya, Sayang!  Kamu mandi aja, ya! Muaah!”

Suamiku mengecup keningku sekali lagi, lalu menyambar  jaket  yang tergantung  di balik pintu.  “Tunggu aku  pulang, ya!”  titahnya  sambil  berlalu.

Kutatap punggungnya hingga menghilang  dari pandangan, lalu aku berjalan keluar  menuju kamar mandi.  Kamar mandi di rumah ini hanya satu. Posisinya ada  di dekat dapur.  Aku harus keluar dari kamar untuk mencapainya. Tetapi, percakapan  di ruang keluarga membuat langkahku terhenti. Kutajamkan pendengaran. Bukan ingin tahu urusan orang, tetapi karena aku curiga dengan pembicaraan mereka.

“Lho, kok malah keluar? Kamu mau ke mana?” Itu suara   ibu mertuaku.

“Yati ngancam, Ma.”  Itu jawaban Mas Dar.

Aku terkesiap.  Yati siapa maksud Mas Dar? Asisten Rumah Tangga  itukah?

“Ini malam pertama pernikahan kamu, Dar!  Kenapa  kamu tinggal dia? Setidaknya temani dia satu malam ini!” 

“Rencana  awalnya, sih, gitu, Ma. Aku udah usaha juga, tapi maaf,  aku gak selera. Saat aku coba menyentuhnya, tiba-tiba aku merasa geli! Moodku seketika ambyar!” Suara suamiku terdengar seperti orang yang sedang  menahan rasa jijik.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Devi Devi
pusing.. kbnykn peran.btw tqu ceritanya. sukses sll............
2022-09-20 22:12:07
0
user avatar
Silvia Roza
ceritanya bikin gregetan bacanya. kepengen di pites pites in itu keluarga benalu nya.
2022-07-28 10:03:06
0
user avatar
Elang
bagus ceritanya. arti sebuah perbedaan
2022-07-22 21:58:39
1
user avatar
Yenika Koesrini
keren pake banget
2022-05-18 05:27:27
2
user avatar
Helminawati Pandia
Mohon dukungan dan sumbangan gemnya, ya, Kak. Terima kasih banyak semua ............
2022-05-17 22:48:21
2
user avatar
Va_DeQ
Bagus Ka Ceritanya, yok ditunggu Next updatenya ka (。’▽’。)♡
2022-04-20 20:01:20
2
user avatar
Hervina Nataya
keyeenn, semangat...
2022-04-15 20:15:23
1
user avatar
Aulia Hazuki
semangat kaaaak
2022-04-15 15:59:21
1
user avatar
Nila Zulkifli
Wah keren... lanjut, thoorrr
2022-04-15 15:20:43
1
user avatar
Siti Auliya
keren KK, lanjut
2022-04-14 21:18:42
1
user avatar
Si Mendhut
waduh gila, kaya kisah nyata aja ... lanjut baca.
2022-04-14 17:23:18
2
user avatar
Skyy
Mantapujiwaaaa, semangat terus buat berkarya, Kak! Memang, the best cerita2nya.
2022-04-14 14:48:22
1
user avatar
Helminawati Pandia
Salam sejuk, pembaca GoodNovel semua. mohon dukungannya cerbung baru saya ya. Mohon ulasannya, rate bintang lima dan juga sumbangan gemnya. Terima kasih banyak.
2022-04-06 18:06:18
3
200 Chapters
Bab 1. Benda Tajam di Malam Pertamaku
Bab 1. Benda  Tajam Di Malam Pertamaku   =======   “Maaf, Mbak, pisau ini buat apa?”    Aku membelalak kaget  saat  Yati, asisten rumah tangga masuk ke dalam kamar  pengantin kami.  Sebuah nampan berisi  dua gelas minuman hangat  beserta sebuah pisau tajam dia letakkan di atas nakas.   “Buat  kalian, bukankah kalian akan  belah duren malam ini?” jawabnya dingin, lalu pergi  setelah melirik Mas Dar  dengan  tajam.   Aneh!  Kenapa  wanita itu terlihat  tidak senang dengan pernikahan kami?   Orang-orang memang  sering menyebut malam pertama dengan istilah  ‘BELAH DUREN’. Tetapi tentu saja tak perlu pakai benda tajam, bukan?    “Udah, gak usah dipikirin si Yati!”  Mas Dar mengunci pintu kamar lalu berjalan mendekatiku.  
last updateLast Updated : 2022-04-03
Read more
Bab 2. Suara Desahan di Kamar Sebelah
Bab 2. Suara  Desahan  di  Kamar  Sebelah   =======   “Darfan! Gak boleh, gitu!” teriak ibu mertuaku.   “Maaf, Ma!  Besok aja, mudah-mudahan  besok aku  bisa selera  sama dia!”  sahut Mas Dar datar.   “Jangan sampai dia curiga, Dar! Bisa gagal semua rencana kita!”   Mbak Dina ikut berkomentar.   “Enggak akan, aku udah kasih alasan yang masuk akal. Tenang, saja.  Dia itu putri malu yang gak pernah mengenal laki-laki. Ketemu pemuda gagah  seperti adikmu ini, langsung  dia bucin tingkat dewa, hehehehe …. Dia akan takluk, tenang saja!  Aku pergi, ya!”    “Eh, kamu bawa mobil dia juga?” Itu suara Mbak Dinda. Kakak iparku yang nomor dua.   “Iya, dong!  Mulai sekarang, kita punya mobil. Kalau mau ngerasai naik mobil mewah, besok aja, ya! Aku per
last updateLast Updated : 2022-04-03
Read more
Bab 3. Mas Dar Tidur di Kamar Pembantu?
Bab 3. Suamiku Tidur di Kamar Pembantu ====== Aku pasti salah dengar. Itu bukan suara Mas Dar. Dia belum pulang. Tak mungkin dia ada di kamar sebelah. Lalu ke mana dia?  Kenapa dia tega meninggalkanku  di malam pertama pernikahan kami?   Kalau urusan bisnis, tak mungkin hingga selarut ini, bukan?  Kupaksa lagi pejamkan  mata  ini. Semoga aku bisa tertidur kembali. Tetapi, usahaku gagal.  Suara orang berbisik-bisik  kembali  terdengar samar. Malam selarut ini, masih ada penghuni rumah yang terjaga. Siapa?  Apa yang mereka perbincangkan?  Kodisi dinding rumah yang terbuat dari kayu memungkinkan suara-suara  terdengar  melalui celah papan. Meskipun terdengar agak samar.  Sayangnya, aku tak bisa mengenali dengan pasti  siapa pemilik suara itu. “Ssst!  Jangan berisik, ya,  Sayang! Tahan
last updateLast Updated : 2022-04-03
Read more
Bab 4. Suamiku Membujuk Pindah Ke Rumahku
Bab 4.  Suamiku Membujuk Pindah Ke Rumahku ======== “Gak mungkinlah! Yati itu hanya  pembantu! Ngapain Darfan masuk ke kamarnya! Kamu ada-ada aja, ah! Ayo kita kembali masuk kamar!” Mama mertua kembali mencengkram pergelangan tanganku, lalu menyeretku dengan kasar kembali menuju kamar.  “Buktinya, kunci mobilku ada  di kamar Mbak Yati, Ma!” sergahku berusaha meloloskan kembali  pergelangan tanganku.  “Itu bukan kunci mobil kamu!  Kamu pasti salah lihat. Palingan juga  mainan anak si Yati.”  “Aku pastiin aja, Ma! Mama duluan, aja, masuk kamar!”  Gegas aku berjalan ke depan.  Tak kuhiraukan larangan wanita paruh baya itu. Tak perlu membuka pintu untuk melihat  ke arah halaman.  Dinding  rumah yang
last updateLast Updated : 2022-04-03
Read more
Bab 5. Kejutan di Pagi hari
Bab 5. Kejutan Di Pagi Hari  “Maaf, saya ganggu pagi-pagi, Buk!” ucapnya berjalan masuk dan berdiri  tak jauh di depanku.   Aroma sampho menguar dari rambut basahnya.  Sepertinya dia sudah mandi, keramas lagi.   Kenapa dia keramas, coba?  Bukankah dia seorang janda? Bukankah aku yang harusnya keramas pagi ini? Entah kenapa pikiranku ngelantur ke mana-mana?  “Ada apa, Mbak?  Gimana keadaan Mbak Yati?  Bercak-bercak merah di dada dan leher  Mbak udah ada  kurangnya?  Kalau belum, mau kita berobat sekarang?” cecarku meneliti lehernya  yang tertutup rambut basahnya.  “Udah, kok, Buk. Saya gak sakit. Mereh-merah itu karena tadi malam gatal-gatal mungkin di gigit kutu kasur, jadi saya  garuk. Makanya gak pake baju saya tadi malam, gatal semua. M
last updateLast Updated : 2022-04-04
Read more
Bab 6. Terbongkar  (Mereka Zina Atau Bukan?)
Bab 6. Terbongkar  (Mereka Zina Atau Bukan?)  “Mas, udah, dong!  Aku udah keramas, lho! Masa iya, aku di suruh mandi lagi!”  “Ayolah!  Tadi malam tanggung!  Pas lagi enak-enaknya, si kribo bikin ulah! Gak apa-apalah, kamu mandi lagi, Sayang, ya! Pening,  nih!”  “Ya, udah, jangan lama-lama!  Cepatan!”  “Iya, Sayang, makasih, ya!”  Kutajamkan pendengaran, beringsut  pelan ke  arah  dinding kamar.  Sela-sela  berlubang antara  papan lapuk dinding ini, sepertinya bisa kujadikan sarana untuk mencari tahu situasi di  kamar  sebelah.  Mohon ampun pada  Tuhan, maaf, ya Allah, bukan aku  mau tahu urusan orang. Kali ini saja, izinkan aku mengintip.  Sebab  aku curiga,
last updateLast Updated : 2022-04-05
Read more
Bab 7. Kujadikan  Maduku Sebagai  Babu
Bab 7. Kujadikan  Maduku Sebagai  Babu ======= “Pagi Papa!  Papa sehat?”  sapaku melalui ponsel. Kutelepon Papa pagi ini.  Pembalasanku kepada suami durjanaku harus segera dimulai. Sengaja aku  menelepon Papa  di  hadapan  seluruh keluarga  Mas Dar.  Kuaktifkan pengeras  suara ponsel, agar  mereka  bisa mendengar.  “Sehat, Sayang!  Gimana   keadaan  kamu di situ?  Kamu senang, kan?  Keluarga suami kamu  memperlakukan kamu dengan baik, kan?” tanya Papa.   “Senang, Pa.  Amel  bahagia banget  di  sini.  Tapi, anu ….”  Sengaja kujeda  ucapanku. Itu membuat  perhatian  mereka sontak tertuju padaku.  Sorot gelisah terpancar dari wajah-w
last updateLast Updated : 2022-04-06
Read more
Bab 8. Papa Amelia Mulai Mengontrol
Bab 8. Papa Amelia Mulai Mengontrol “Sayang,  kita baru aja pindahan.  Kok, si Yati langsung disuruh kerja berat, gitu?  Mana anak-anaknya masih kecil-kecil lagi!  Kan, repot, Sayang!  Kalau di rumah Mama, Mama bisa jagain  anak-anaknya.  Kalau di sini, gimana?  Kasihan, lho!” protes Mas  Dar tampak sangat tidak suka.  “Lah, bukannya Mbak Yati itu  pembantu kita?   Tugasnya bersih-bersih, dong!  Lagian, dia aku izinin, kok, kerja sambil momong anak!” sergahku.  “Ayo, dong,  Mas!  Antarin aku!”  perintahku  tak peduli akan ketidak senangannya.  “Sebenarnya kita mau ke mana?  Masih capek, kan, Sayang?  Kalau mau ngontrol peternakan, besok aja, ya!  Uang penjualan gak mungkin diselewengkan oleh  kasir kamu, kan?” 
last updateLast Updated : 2022-04-07
Read more
Bab 9. Papa Amelia Terkapar
Bab 9. Papa  Amelia Terkapar  “Kenapa, Pak?” tanyaku tak kalah  kalah kaget.  Pak Anwar  menunjukku  dengan tangan gemetar.  Kenapa dia? Kertas yang bertuliskan Kartu Keluarga  ada  di tangannya. Kertas  yang ditunjukkan oleh Bagas  putra sulungku. Kartu Keluarga?  Astaga! Jadi, kertas yang disodorkan bagas tadi adalah kartu keluarga kami?   “Ja – di, Dar – fan,  su -  a – mi, ka – mu?  Ka … li … an, pe … ni … pu!” ucap Anwar  terbata-bata.  Lelaki  paruh baya itu jatuh tiba-tiba terkapar.  “Pak!  Pak Anwar!”  Spontan  aku menghampirinya.  “Bapak kenapa, Pak?” tanyaku seraya mengguncang-guncang tubuhnya. Tapi pria itu tetap diam, t
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Bab 10. Keluarga Parasit Mulai Mendekat
Bab 10.  Keluarga Parasit  Mulai Mendekat     “Sabar, ya, Sayang!”  Darfan yang sudah datang,  duduk di sisinya. “ Tenang, ya!” hiburnya lagi seraya   mengelus bahu  Amelia.  Kali  ini tak  ada  lagi kalimat meninggal dari mulutnya. Khawatir karena  Amel telah  mengancamnya.     Amelia segera menepis kasar elusan tangan pria licik itu.     Hampir dua jam mereka menunggu, Dr Frans  akhirnya keluar dari ruangan. Amel segera memburunya.     “Gimana Papa, Dok? Papa gak meninggal, kan, Dok?”  tanya Amelia  masih diiringi isak ketakutan.  Darfan ikut berdebar. Pria itu berusaha melongokkan kepala ke dalam ruangan  untuk mengintip situasi  di dalam. Dia  tak sabar  mengetahui  kondisi papa mertua yang   diharapkannya 
last updateLast Updated : 2022-04-14
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status