Kerajaan Aradorn berdiri megah di bawah langit senja, dikelilingi oleh benteng kokoh dan menara-menara tinggi. Raja Herley, seorang pemimpin muda yang bijaksana dan kejam pada lawan, duduk di atas singgasananya di aula istana yang megah.
Permaisuri Elara, yang terkenal akan kecantikannya, berdiri di sisinya, tersenyum manis pada rakyat yang berkumpul untuk merayakan peringatan tahunan kemenangan kerajaan mereka.
Musik dan tarian mengisi aula, sementara para bangsawan dan rakyat jelata menikmati pesta yang melimpah. Herley, dengan tatapan penuh cinta, menatap Elara yang mengenakan gaun berhiaskan permata, memancarkan kilau di bawah cahaya obor. Di balik senyum itu, Elara menyembunyikan ambisi gelap yang telah lama dia rencanakan.
"Hari ini, kita merayakan kemenangan besar kita. Aradorn terus berdiri kokoh berkat keberanian dan pengorbanan kita semua," ucap Raja Herley seraya menggenggam tangan permaisurinya.
Permaisuri Elara tersenyum lembut menatap sang pria yang mencintainya, "Anda benar, Yang Mulia. Keberanian Anda sebagai pemimpinlah yang telah membawa kita pada kejayaan ini. Semua orang di sini berhutang budi pada Anda."
"Namun, aku tidak bisa melakukannya tanpa dukunganmu, Permaisuriku. Kau adalah kekuatanku."
Mata Elara berkilau dengan kelicikan yang tersembunyi. Sambil menatap sekilas jenderal tertinggi, seolah-olah dia memberi isyarat lain terhadap jenderal tertinggi.
"Hamba hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang permaisuri, mendukung rajanya. Malam ini adalah milikmu, Rajaku. Nikmati kemenanganmu."Seorang pelayan mendekati mereka dengan nampan berisi gelas-gelas anggur. Elara mengambil dua gelas, kemudian memberikan satu kepada Herley.
"Untuk kemenangan kita dan masa depan yang cerah bagi Aradorn," ucap Elara dengan lantang seraya mengangkat gelasnya dengan senyuman penuh arti.
"Untuk masa depan kita," balas Herley, meneguk anggurnya tanpa kecurigaan.
Malam itu, Elara menyajikan anggur khusus untuk Herley, anggur yang telah dia beri racuni dengan racun yang mematikan. Tanpa kecurigaan sedikitpun, Herley menenggak anggur itu, merasakan kehangatan yang menjalar di tubuhnya. Senyumnya mulai memudar saat anggur memasuki perutnya, racunny mulai bekerja, membuat tubuhnya lemah dan pandangannya kabur.
Herley tiba-tiba memuntahkan darah hitam dari mulutnya.
"Apa yang terjadi... Kenapa aku merasa...?" Herley merasa bingung dengan dirinya.
Elara menatapnya dengan pandangan pura-pura cemas.
“Yang mulia, ada apa denganmu?”
Harley Menggenggam dadanya, merasa sesak, "Aku... tidak tahu. Tiba-tiba saja aku merasa..."
"Apakah Anda baik-baik saja, Yang Mulia?" tanya Elara dengan suara yang tampak penuh perhatian, meskipun di dalam hatinya dia merayakan langkah pertama menuju kekuasaannya.
Herley mencoba untuk menjawab, namun lidahnya terasa berat. Dia merasa pusing, dan tubuhnya mulai tak terkendali. Para bangsawan yang menyadari perubahan ini mulai berbisik-bisik dengan khawatir.
Dalam hitungan detik, pria itu jatuh pingsan di lantai marmer aula, mencengkram dadanya dengan putus asa.
Elara berteriak, "Cepat, panggil tabib! Yang Mulia kita butuh pertolongan!"
Elara menatap pelayan yang membawakan anggur kepadanya. Sebelum Elara berbicara, jenderal tertinggi sudah tiba di hadapannya, dia tidak banyak bertanya, dan langsung mencengkram leher si pelayan itu.
“Pengkhianat, siapa yang memberimu keberanian untuk melakukan ini terhadap yang mulia?”
Sebelum pelayanan itu bisa bersuara, tebasan pedang sudah mengenai tubuhnya. Dia mati di tempat.
Sang jenderal menatap seluruh menteri termasuk bawahannya.
“Diantara kalian pasti ada seorang pengkhianat yang ingin mencelakai Yang Mulia! Aku tidak peduli siapapun itu, aku pasti akan menemukan pengkhianat itu, dan mengulitinya hidup-hidup hingga mati mengenaskan!"***
Kehebohan terjadi di dalam istana. Para tabib segera berkumpul, namun Elara dan Jenderal Tertinggi dengan tegas mengambil alih kendali. "Bawa Yang Mulia ke kamar pribadinya," perintahnya dengan suara tegas. "Kita harus merahasiakan ini sampai Yang Mulia terbangun. Jangan ada yang menyebarkan berita ini, atau musuh-musuh kerajaan akan memanfaatkan situasi seperti ini!” titah permaisuri.“Baik permaisuri.” Jawab seluruh pasukan yang hadir.
Para penjaga membawa tubuh Herley yang tak sadarkan diri ke kamarnya, sementara Elara mengatur semuanya dengan hati-hati. Dia tahu bahwa rakyat dan para bangsawan akan menuntut penjelasan, namun dia telah mempersiapkan segalanya.
Elara berbisik kepada dirinya sendiri, "Akhirnya, saat yang kutunggu-tunggu telah tiba. Kerajaan ini akan menjadi milikku."
Elara menatap jenderalnya dengan wajah yang terlihat sedih.
Jenderal tertinggi melihat tumpahan anggur bekas Herley yang masih ada di lantai, setelah dia mengamatinya, dia mengerutkan kening.
“Racun penghancur jiwa.” gumamnya.Jenderal Tertinggi menatap permaisuri.
“Permaisuri, Permaisuri tidak perlu cemas, aku pasti akan menemukan pengkhianat yang berani meracuni yang mulia, dan akan menemukan penawarnya agar Yang Mulia kembali sehat.”Jenderal Tertinggi sangat licik. Dia segera membunuh pelayan yang memberikan anggur, agar semua informasi terputus, karena hanya pelayan itu yang mengetahui siapa yang menyuruhnya untuk meracuni Herley.
“Jenderal, aku akan menemani Yang Mulia, sekarang aku serahkan ini kepadamu.” titah permaisuri yang tampak sangat cantik itu.
“Baik, permaisuri.”
Jenderal tertinggi menatap tajam terhadap orang-orang yang paling setia terhadap Herley.
“Aku curiga pelakunya ada diantara kalian!”Salah satu petinggi kerajaan maju ke depan. “Jenderal tertinggi. Kami tidak mungkin melakukan hal tercela seperti itu terhadap yang mulia! Kami adalah orang-orang yang paling setia di bawah kepemimpinan yang mulia, jadi jangan menuduh kami tanpa adanya bukti!”
“Tepat sekali. Tetapi, walaupun kalian berada langsung di bawah instruksi Yang Mulia, kalian tidak akan lepas dari penyelidikan dalang dibalik ini semua!”
Jenderal tertinggi menyuruh rakyatnya bubar agar mereka tidak mengetahui apa yang terjadi di istana.
Semua rakyat meninggalkan istana, tidak peduli mereka berasal dari latar belakang bangsawan ataupun latar belakang biasa.
Setelah semua rakyat meninggalkan istana.
Jenderal tertinggi yang berkata akan melakukan penyelidikan, tiba-tiba mengeluarkan senjatanya dan membantai orang-orang yang paling setia pada Herley. Kejadian itu sangat cepat.“Sial, Jenderal Tertinggi. Ternyata ini semua ulahmu. Kamu melemparkan tuduhan kepada kami di hadapan orang lain, sedangkan pelaku sebenarnya adalah dirimu. Pengkhianat! aku akan membunuhmu!” Salah satu orang kepercayaan Herley maju, tetapi sebelum dia sampai, dia ditikam oleh banyak senjata dari belakangnya.
“Ka—kalian?”
“Maafkan aku saudaraku. Aku lebih memilih jenderal tertinggi untuk memimpin kerajaan, yang mulia terlalu bodoh, walaupun dia memiliki kekuatan, dia tidak pernah menggunakan kekuatannya dengan benar. Jika kerajaan ini berada di bawah kepemimpinan Jenderal Tertinggi, kerajaan ini bisa menjadi satu-satunya penguasa di seluruh benua!” ucap Jenderal Tertinggi dengan tawanya.
“Dasar kalian pengkhianat, aku akan membunuh kalian semua!”
Plof ~~~~
Plof ~~~~
Sebelum orang itu bisa bertindak, dia sudah mati dengan banyaknya senjata yang menembus tubuhnya.
Namun, Jenderal Tertinggi tidak membantai semuanya, dia menyisakan orang-orang yang mau tunduk padanya.
Tragedi itu terjadi sangat mengerikan, Jenderal Tertinggi yang paling dihormati oleh semua pasukan, dan juga orang kepercayaan Harley, bahkan Herley sudah menganggapnya sebagai saudara kandungnya sendiri. Ternyata menyimpan rencana busuk yang bekerja sama dengan Permaisuri.
Setelah membereskan semua urusannya di aula istana, jenderal tertinggi menuju ke kamar pribadi Herley. Di sana permaisuri sudah menunggunya, dia duduk santai sambil memegang secangkir anggur di tangannya. Di hadapannya ada Herley yang sedang terbaring, walaupun dia sudah tidak sadarkan diri, wajahnya masih memperlihatkan penderitaan yang luar biasa, rasa sakit akibat racun penghancur jiwa memang sangat mengerikan.
Ketika permaisuri melihat Jenderal Tertinggi, dia segera bangkit dari kursinya, dan melingkarkan tangannya di leher Jenderal Tertinggi, dan meletakkan kepalanya di bahu sang jenderal dengan manja.
“Sayang, akhirnya kita berhasil menyingkirkannya, aku sudah muak harus terus berpura-pura menjadi istri terbaiknya. Sekarang akhirnya aku bisa lepas dari orang bodoh ini," ucap Permaisuri dengan memainkan telunjuknya pada dada bidang sang Jenderal.
Tangan sang jenderal juga melingkari pinggang mungil permaisuri.
“Aku juga sudah jijik melihat kamu terus begitu mesra dengannya. Akhirnya sekarang kamu bisa menjadi milikku seutuhnya, dan menjadi penguasa kerajaan ini sepenuhnya. Untuk memberikan penghormatan terakhir kepada si bodoh ini, mari kita antar dia pada kebahagiaan seutuhnya!”Di tengah keheningan malam, Jenderal Tertinggi dan Elara, permaisuri yang cantik jelita, melakukan hubungan badan di atas ranjang, tak jauh dari tubuh Herley yang terbaring tak sadarkan diri. Racun mematikan yang diberikan Jenderal Tertinggi telah membuat pria itu tak berdaya dan tak bisa melawan. Elara yang mengenakan gaun tipis berwarna merah marun memandang Jenderal Tertinggi dengan tatapan penuh nafsu, tangannya meraba pria itu dengan rakus. Jenderal Tertinggi yang kekar dan bermata tajam itu membalas tatapan Elara, lalu mencium bibirnya dengan ganas. Di tengah permainan asmara mereka, suara desahan dan rasa nikmat terus keluar dari mulut Elara. Sementara itu, Jenderal Tertinggi tak henti-hentinya menggerakkan tubuhnya dengan kuat, seolah ingin menaklukkan permaisuri itu sepenuhnya. Suara desahan dan rintihan nikmat keduanya semakin menggema di ruangan itu, seolah mengejek Herley yang terbaring tak berdaya. Di saat yang sama, wajah Herley yang pucat dan keringat dingin yang be
Leo tersentak, mencoba mengendalikan mobil yang mulai oleng. Herley, yang berdiri di tengah jembatan, merasakan angin kencang saat mobil mendekat dengan cepat. Refleksnya tajam; ia melompat ke samping dengan kelincahan yang luar biasa, menghindari tabrakan tepat pada waktunya.Mobil sport itu bergoyang keras, hampir menabrak pembatas jembatan sebelum Leo berhasil mengendalikannya kembali. Mobil berhenti dengan berdecit tajam, hanya beberapa meter dari tempat Herley berdiri.Leo dan wanita itu terengah-engah, jantung mereka berdebar kencang. "Apa yang baru saja terjadi?" Leo memandang ke arah Herley dengan mata terbelalak. "Siapa pria itu?"Wanita itu masih terguncang, tetapi tatapannya mengarah ke Herley dengan rasa ingin tahu yang bercampur ketakutan. "Aku tidak tahu, tapi dia terlihat seperti... dari dunia lain."Herley menatap mereka dengan pandangan tajam, mencoba memahami situasi yang aneh ini. Tetapi instingnya mengatakan bahwa mereka mungkin bisa membantunya memahami dunia baru
Herley melanjutkan perjalanannya dengan beberapa lembar uang bernilai tinggi di genggamannya. Langkah-langkahnya mantap, tatapannya terfokus pada kota elit yang semakin mendekat di hadapannya. Setelah melewatai jembatan, ia akhirnya memasuki pusat kota yang ramai. Kerumunan orang berlalu lalang, kendaraan bermotor melaju cepat, dan lampu-lampu kota bersinar terang, menciptakan pemandangan yang memukau namun membingungkan bagi Herley.Tatapan Herley semakin intens ketika melihat keramaian kota. Pakaian yang ia kenakan, compang-camping dan tidak layak, menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Bisikan dan tatapan risih mengarah padanya, tetapi Herley tidak peduli. Dia terus berjalan. Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada sebuah toko pakaian di sudut jalan. "Kenapa orang-orang ini menatapku seperti itu?" gumam Herley pada dirinya sendiri, merasa risih dengan tatapan dan bisikan di sekitarnya.Herley mengingat Calista yang mengatakan untuk membeli pakaian baru. Pada akhirnya, pria it
"Ini tidak bisa dibiarkan," gumam manajer toko, melihat kerumunan yang mulai kacau. Dia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Calista, seorang pelanggan VVIP yang sering berbelanja di toko itu."Selamat malam, Nona Calista," sapanya dengan sopan. "Maaf mengganggu waktu Anda, Saya manajer toko Threads Boutique kami mengalami situasi yang agak rumit dan sepertinya ini berkaitan dengan Anda.""Apa yang terjadi?" tanya Calista, terdengar khawatir."Kami memiliki seorang pelanggan dengan tubuh tinggi dan pakaian compang-camping, wajahnya terlihat tampan dan sangar. Dia juga membawa kartu nama dan katanya uang yang Anda berikan sebelumnya. Apakah Anda mengenal pria ini?" tanya manajer dengan sopan.Calista tampak berpikir dan mengingat, "aku tahu, apa yang terjadi dengan dia?""Beberapa pelanggan menuduh Tuan Herley mencuri dan mencoba menyerangnya. Namun, situasinya semakin memburuk karena mereka malah terluka sendiri. Kami sangat membutuhkan bantuan Anda untuk menenangkan keadaan. Bi
Setelah perjalanan yang relatif tenang menuju lokasi pemotretan, suasana mulai tegang ketika mereka tiba. Lokasi tersebut adalah sebuah vila mewah di pinggir kota, dikelilingi oleh hutan yang lebat. Calista, dengan aura profesionalnya, segera disambut oleh kru pemotretan dan tim yang telah menunggunya.Herley berdiri tegap di samping Calista, menarik perhatian banyak orang."Siapa pria itu? Dia tampak sangat mengesankan, bahkan dia terlihat seperti seorang model," bisik salah satu model kepada temannya."Aku tidak tahu, mungkin bodyguard baru Calista?" jawab temannya."Bisakah aku meminta nomor ponselnya? Aku ingin mengajaknya party malam ini." Wanita itu mengeluarkan telepon genggamnya dari dalam laci meja, berdiri dengan elegan dalam gaun merah yang menjuntai di lantai, melangkah dengan anggun bak seorang putri menuju Herley. Senyum manis menghiasi wajahnya, matanya bersinar penuh ketertarikan. "Hi, namaku Rose. Aku belum pernah melihat Anda di sini sebelumnya," kata Rise dengan s
Calista menatap Herley dengan ekspresi penuh rasa hormat, namun juga mengandung rasa khawatir. "Terima kasih atas bantuanmu," katanya dengan nada lembut namun tegas. "Namun, kita tidak bisa mengabaikan ancaman Dario. Dia bisa melakukan apapun yang dia katakan."Herley mengangguk, matanya tetap tajam menatap ke arah Dario yang sudah pergi. "Aku sudah siap untuk apa pun yang akan datang. Bahkan, aku tidak peduli dengan hal itu."Beberapa kru pemotretan mulai bergerak kembali, meskipun suasana masih tegang."Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya salah satu fotografer, suaranya bergetar."Kurasa begitu," jawab seorang asisten, tampak masih belum sepenuhnya pulih dari kejadian tersebut. "Tapi lihat, Herley benar-benar hebat.""Benar-benar mengesankan," kata model yang sebelumnya mendekati Herley. "Dia sepertinya memiliki kekuatan yang luar biasa.""Ya, dan dia sangat tenang," tambah seorang teknisi. "Aku masih tidak bisa percaya apa yang baru saja terjadi.""Bagaimana dengan Dario?" tanya
Herley tertawa rendah, suara gelapnya menggema. "Menyesal? Kata itu tidak ada dalam kamusku. Tapi kalian, kalian akan menyesal datang ke sini dan mengganggu ketenangan kami. Pergilah sekarang, atau aku pastikan kalian tidak akan pernah kembali untuk melaporkan kegagalan kalian kepada Dario."Pria itu menyeringai, mencoba mempertahankan keberaniannya. "Kau pikir bisa mengalahkan kami sendirian?"Herley menatap mereka satu per satu, tatapannya tajam dan menakutkan. "Aku tidak berpikir, tapi aku tahu. Jika kalian berani mencoba, maka bersiaplah untuk merasakan kemarahan yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya."Dengan kecepatan yang mengejutkan, Herley melesat ke arah pria yang berwajah kasar. Dalam sekejap, ia melumpuhkan salah satu dari mereka dengan sebuah pukulan telak yang membuat pria itu terjatuh ke tanah, tak berdaya. Pria-pria lainnya terkejut dan mundur dengan panik, wajah mereka memucat melihat rekan mereka yang terkapar."Masih ingin melanjutkan?" Herley menantang, suar
Pria bertopeng itu terdiam sejenak, merasakan getaran ketakutan yang aneh menjalari tubuhnya. Tatapan Herley yang penuh api dan tekad membuatnya merasakan ketidakpastian yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.Dengan suara yang sedikit gemetar, pria bertopeng itu berkata, "Apa sebenarnya kau ini? Tidak mungkin manusia bisa bangkit setelah serangan sekuat itu."Herley tersenyum tipis, bibirnya melengkung dengan kedinginan yang menakutkan. "Aku jauh lebih dari yang bisa kau bayangkan. Kau baru saja menyentuh permukaan kekuatanku. Jika kau berpikir serangan itu cukup untuk menjatuhkanku, maka kau benar-benar tidak siap untuk apa yang akan datang."Pria bertopeng itu mundur selangkah, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. "Tidak mungkin... Ini tidak masuk akal."Herley berjalan perlahan mendekatinya, setiap langkahnya penuh keyakinan dan ancaman. "Kau seharusnya tahu bahwa ketika kau bermain dengan api, kau akan terbakar. Kau dan Dario telah memilih j