"Ini tidak bisa dibiarkan," gumam manajer toko, melihat kerumunan yang mulai kacau. Dia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Calista, seorang pelanggan VVIP yang sering berbelanja di toko itu.
"Selamat malam, Nona Calista," sapanya dengan sopan. "Maaf mengganggu waktu Anda, Saya manajer toko Threads Boutique kami mengalami situasi yang agak rumit dan sepertinya ini berkaitan dengan Anda."
"Apa yang terjadi?" tanya Calista, terdengar khawatir.
"Kami memiliki seorang pelanggan dengan tubuh tinggi dan pakaian compang-camping, wajahnya terlihat tampan dan sangar. Dia juga membawa kartu nama dan katanya uang yang Anda berikan sebelumnya. Apakah Anda mengenal pria ini?" tanya manajer dengan sopan.
Calista tampak berpikir dan mengingat, "aku tahu, apa yang terjadi dengan dia?"
"Beberapa pelanggan menuduh Tuan Herley mencuri dan mencoba menyerangnya. Namun, situasinya semakin memburuk karena mereka malah terluka sendiri. Kami sangat membutuhkan bantuan Anda untuk menenangkan keadaan. Bisakah Anda segera datang ke sini?"
"Tentu, saya akan segera ke sana," jawab Calista dengan cepat.
***
Tak lama kemudian, Calista tiba di toko. Dengan tubuh tinggi dan lekuk tubuh yang sangat menggoda, kehadirannya segera menarik perhatian semua orang di dalam toko. Manager toko segera mendekatinya dengan rasa lega yang terlihat jelas di wajahnya.
"Selamat datang, Nona Calista," sapa manajer dengan sopan. "Terima kasih sudah datang. Izinkan saya menjelaskan situasinya."
Calista mengangguk, mengikuti manajer menuju area di mana Herley berdiri. "Apa yang terjadi?" tanya Calista, suaranya tegas dan penuh perhatian.
Manajer toko menghela napas sebelum mulai menjelaskan. "Kenalan Anda tiba-tiba dituduh mencuri oleh beberapa pelanggan. Mereka mencoba menyerangnya, tetapi alih-alih dia yang terluka, mereka justru mengalami luka sendiri. Kami telah merekam kejadian ini di CCTV. Izinkan saya menunjukkan rekamannya."
Manajer mengajak Calista ke ruang monitor dan memutar rekaman CCTV. Calista menatap layar dengan seksama, melihat bagaimana setiap pukulan dan tendangan yang dilancarkan ke arah Herley justru memantul dan mengenai para penyerangnya.
"Ini... ini tidak mungkin," ujar Calista, terkejut. "Bagaimana bisa?"
Manajer toko menatap Calista dengan cemas. "Kami juga tidak tahu apa yang terjadi. Tan Anda tampak tidak terluka sama sekali. Kami sangat membutuhkan bantuan Anda untuk memahami situasi ini dan menyelesaikannya."
Calista berusaha mencerna apa yang baru saja dilihatnya. "Sesuatu yang aneh pasti sedang terjadi," katanya perlahan. "Herley tampaknya memiliki kemampuan yang tidak biasa," gumam wanita itu.
Calista kembali ke area di mana Herley berdiri, di tengah kerumunan yang kini mulai tenang.
"Aku akan bertanggung jawab atas semuanya. Maafkan pengawalku. Dia sedang melakukan misi, karena itu tampilannya seperti ini."
Orang-orang yang mendengarkan hanya bisa menyimak, mereka percaya dengan apa yang Calista katakan, lagipula profesi wanita itu memang membuatnya harus memiliki pengawal pribadi.
Setelah memberi pengertian pada semua orng, calista segera menghampiri herley, yang tampak tenang di tengah situasi yang telah mereda. "kuti aku!" Herley mengikuti Calista menjauh dari kerumunan. "Kenapa kamu melakukan semua ini? Katakan padaku! Apakah kamu benar-benar lupa ingatan, atau kamu sengaja ingin mempermainkan orang lain dengan kekuatanmu yang berbeda dengan orang lain?"
Herley tersenyum dingin. "Apa gunanya aku melakukan itu?"
"Agar kamu terkenal atau ada alasan lain yang tidak aku tahu. Aku sarankan padamu, jangan gunakan kekuatanmu sembarangan. Jika ada bawahan dari kerajaan melihat kekuatanmu, keselamatanmu bisa berbahaya."
"Aku tidak mengerti maksudmu. Aku juga tidak ada apa dengan diriku."
"Herley, kamu harus hati-hati. Kekuatanmu itu bukan main-main. Di negeri ini, Kerajaan Aradorn sangat berkuasa, dan mereka tak segan menggunakan segala cara untuk mengendalikan orang-orang yang memiliki kekuatan seperti kamu."
Herley mengerutkan keningnya, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. "Tapi aku... aku tidak tahu apa-apa tentang kekuatan ini," ujarnya dengan suara rendah.
"Tunggu, apa kamu orang dari Kerajaan Aradorn? Hanya orang-orang dari Kerajaan Aradorn yang memiliki kekuatan seperti kamu, tidak tersentuh!" Calista terdiam, lalu tertawa dan menipis apa yang ada di pikirannya. "Tidak mungkin! Oh iya, sesuai yang aku katakan tadi, kau harus menjadi pengawalku. Tugasmu adalah untuk selalu melindungi keselamatanku. Kau akan kuberikan tempat tinggal, dan kau akan ikut kemanapun aku pergi. Satu hal yang yang terpenting, kau harus mendengar dan melakukan setiap yang aku katakan."
Herley tampak berpikir sejenak, tetapi kemudian dia mengangguk setuju. "Baiklah, aku akan melakukannya. Aku tidak punya tempat lain untuk pergi dan kau telah membantuku."
Calista tersenyum lega. "Bagus. Aku akan memilihkan pakaian untukmu dan kita harus segera pergi dari sini sebelum ada masalah lagi."
Setelah membeli beberapa pakaian, mereka berdua masuk ke dalam mobil Calista kendarai. Saat mobil melaju, Calista berbicara lagi, "Aku tidak tahu mengapa kamu memiliki kekuatan yang berbeda dengan manusia normal. Mungkin ini anugerah Tuhan untukmu. Namun, aku sarankan agar kamu tidak menggunakan kekuatan itu dengan sembarang. Bagaimanapun kamu harus bisa hidup berbaur dengan orang lain."
Herley mengangguk setuju, "Aku mengerti maksudmu. Aku juga tidak mengerti dengan keadaanku. Tapi, aku akan berusaha mengendalikan diriku, walaupun aku tidak tahu mengapa Aku bisa memiliki kekuatan seperti ini."
"Bagus. Besok akan ada seseorang yang menemuimu. Jangan lakukan sesuatu terhadapnya karena dia akan membantumu mengubah penampilanmu."
****
Keesokan harinya, Herley mengetuk pintu kamar Calista. Wanita itu keluar dengan mata yang masih menyipit karena baru bangun tidur, namun saat dia melihat penampilan Herley, matanya langsung terbuka lebar.
"Siapa kau?" tanya Calista dengan suara penuh kekagetan.
"Herley," jawab pria itu bingung melihat respon Calista.
"Tidak mungkin! Kenapa kau terlihat sangat tampan?"
Herley berdiri di hadapan Calista dengan postur tubuh yang tinggi dan tegap. Rambutnya sekarang dipotong pendek dengan gaya modern yang rapi, memperlihatkan garis rahangnya yang tegas. Dia mengenakan setelan jas hitam yang sangat pas di tubuhnya, lengkap dengan dasi berwarna gelap yang elegan. Sepatu kulit hitam mengkilap melengkapi penampilannya. Di telinganya, sebuah earphone kecil terlihat, menambah kesan profesional dan misterius.
Calista menatap Herley dari atas ke bawah, takjub dengan transformasi yang terjadi. "Ini... luar biasa. Kau terlihat seperti model papan atas."
"Apa ada yang salah? Aku hanya mengikuti instruksi yang kau berikan."
Calista menghela napas, mencoba mencerna perubahan yang drastis ini. "Tidak, tidak ada yang salah. Kita harus bergerak cepat. Hari ini Aku punya banyak hal yang harus dilakukan, aku ada pemotretan."
Setelah bersiap beberapa menit bersiap, wanita dengan tinggi 175 cm, berjalan terburu-buru menuju acara pemotretan. Dia mengenakan pakaian kasual namun tetap terlihat sangat cantik, memakai celana jeans biru yang pas di tubuhnya, dipadukan dengan kaus putih sederhana yang menonjolkan siluet tubuhnya yang langsing. Rambut hitamnya yang panjang tergerai bebas, dengan sedikit gelombang alami yang menambah pesona.
Mereka berdua meninggalkan apartemen dan masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, Calista terus melirik Herley, masih belum percaya dengan transformasinya. "Aku tahu kau tampan, tapi ini benar-benar di luar dugaan." Herley yang tidak menanggapi sama sekali. Tatapannya terus menatap ke depan.
"Kau tidak bisa bawa mobil ini? Alangkah lebih baik jika kau yang membawanya."
"Bagaimana caranya?" Pria itu merasa tertarik dengan apa yang Calista katakan.
"Seseorang akan mengajarkanmu."
"Kenapa bukan kamu saja?"
"Belajarlah memanggilku dengan sebutan 'Nona Calista', bagaimanapun saat ini kau adalah bodyguard ku."
Setelah perjalanan yang relatif tenang menuju lokasi pemotretan, suasana mulai tegang ketika mereka tiba. Lokasi tersebut adalah sebuah vila mewah di pinggir kota, dikelilingi oleh hutan yang lebat. Calista, dengan aura profesionalnya, segera disambut oleh kru pemotretan dan tim yang telah menunggunya.Herley berdiri tegap di samping Calista, menarik perhatian banyak orang."Siapa pria itu? Dia tampak sangat mengesankan, bahkan dia terlihat seperti seorang model," bisik salah satu model kepada temannya."Aku tidak tahu, mungkin bodyguard baru Calista?" jawab temannya."Bisakah aku meminta nomor ponselnya? Aku ingin mengajaknya party malam ini." Wanita itu mengeluarkan telepon genggamnya dari dalam laci meja, berdiri dengan elegan dalam gaun merah yang menjuntai di lantai, melangkah dengan anggun bak seorang putri menuju Herley. Senyum manis menghiasi wajahnya, matanya bersinar penuh ketertarikan. "Hi, namaku Rose. Aku belum pernah melihat Anda di sini sebelumnya," kata Rise dengan s
Calista menatap Herley dengan ekspresi penuh rasa hormat, namun juga mengandung rasa khawatir. "Terima kasih atas bantuanmu," katanya dengan nada lembut namun tegas. "Namun, kita tidak bisa mengabaikan ancaman Dario. Dia bisa melakukan apapun yang dia katakan."Herley mengangguk, matanya tetap tajam menatap ke arah Dario yang sudah pergi. "Aku sudah siap untuk apa pun yang akan datang. Bahkan, aku tidak peduli dengan hal itu."Beberapa kru pemotretan mulai bergerak kembali, meskipun suasana masih tegang."Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya salah satu fotografer, suaranya bergetar."Kurasa begitu," jawab seorang asisten, tampak masih belum sepenuhnya pulih dari kejadian tersebut. "Tapi lihat, Herley benar-benar hebat.""Benar-benar mengesankan," kata model yang sebelumnya mendekati Herley. "Dia sepertinya memiliki kekuatan yang luar biasa.""Ya, dan dia sangat tenang," tambah seorang teknisi. "Aku masih tidak bisa percaya apa yang baru saja terjadi.""Bagaimana dengan Dario?" tanya
Herley tertawa rendah, suara gelapnya menggema. "Menyesal? Kata itu tidak ada dalam kamusku. Tapi kalian, kalian akan menyesal datang ke sini dan mengganggu ketenangan kami. Pergilah sekarang, atau aku pastikan kalian tidak akan pernah kembali untuk melaporkan kegagalan kalian kepada Dario."Pria itu menyeringai, mencoba mempertahankan keberaniannya. "Kau pikir bisa mengalahkan kami sendirian?"Herley menatap mereka satu per satu, tatapannya tajam dan menakutkan. "Aku tidak berpikir, tapi aku tahu. Jika kalian berani mencoba, maka bersiaplah untuk merasakan kemarahan yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya."Dengan kecepatan yang mengejutkan, Herley melesat ke arah pria yang berwajah kasar. Dalam sekejap, ia melumpuhkan salah satu dari mereka dengan sebuah pukulan telak yang membuat pria itu terjatuh ke tanah, tak berdaya. Pria-pria lainnya terkejut dan mundur dengan panik, wajah mereka memucat melihat rekan mereka yang terkapar."Masih ingin melanjutkan?" Herley menantang, suar
Pria bertopeng itu terdiam sejenak, merasakan getaran ketakutan yang aneh menjalari tubuhnya. Tatapan Herley yang penuh api dan tekad membuatnya merasakan ketidakpastian yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.Dengan suara yang sedikit gemetar, pria bertopeng itu berkata, "Apa sebenarnya kau ini? Tidak mungkin manusia bisa bangkit setelah serangan sekuat itu."Herley tersenyum tipis, bibirnya melengkung dengan kedinginan yang menakutkan. "Aku jauh lebih dari yang bisa kau bayangkan. Kau baru saja menyentuh permukaan kekuatanku. Jika kau berpikir serangan itu cukup untuk menjatuhkanku, maka kau benar-benar tidak siap untuk apa yang akan datang."Pria bertopeng itu mundur selangkah, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. "Tidak mungkin... Ini tidak masuk akal."Herley berjalan perlahan mendekatinya, setiap langkahnya penuh keyakinan dan ancaman. "Kau seharusnya tahu bahwa ketika kau bermain dengan api, kau akan terbakar. Kau dan Dario telah memilih j
Setelah meninggalkan pemandangan horor di belakangnya, Herley berjalan cepat kembali ke lokasi pemotretan. Begitu melihat bodyguard-nya kembali, Calista segera berlari mendekatinya. "Bagaimana, apa kamu menemukan orang yang mencurigakan?" tanyanya dengan nada khawatir.Herley menatapnya dengan tenang. "Aku sudah mengatasi mereka semua," jawabnya datar tanpa beban.Calista tampak kaget. "Lalu siapa mereka?""Suruhan temanmu, pria yang kemarin," jawab Herley dengan nada serius.Calista terkejut. "Maksudmu Dario? Dia benar-benar balas dendam?"Herley mengangguk. "Tidak perlu khawatir. Mereka tidak akan mengganggu kita lagi untuk sementara waktu atau mungkin selamanya."Calista menghela napas, berusaha menenangkan diri. "Herley, ini mulai menakutkan. Mengapa Dario begitu bertekad mengejar kita? Apa sebenarnya yang dia inginkan?""Dario adalah tipe orang yang tidak bisa menerima kekalahan. Dia merasa terancam oleh kehadiranku, dan merasa terhina karena kau menolak keinginannya. Tapi aku ti
Herley melompat turun dari kudanya, mendarat dengan gemuruh di tengah medan perang yang penuh dengan mayat. Dengan pedang terhunus, dia menantang siapa saja yang berani mendekat. "Siapa yang berani menantangku?" suaranya bergemuruh, penuh dengan kemarahan dan kekuatan. Musuh-musuhnya mundur ketakutan, namun beberapa yang pemberani mencoba menyerang."Majulah, kalian pengecut!" teriak Herley, mengayunkan pedangnya ke arah prajurit pertama yang mendekat. Dengan satu tebasan kuat, pedangnya menembus baju zirah dan tubuh prajurit itu, memisahkan tubuhnya menjadi dua. Darah menyembur, membasahi tanah di sekitar Herley."Ini hanya pemanasan," katanya dengan dingin, matanya menatap musuh-musuhnya yang tersisa. Dua prajurit lainnya mencoba menyerangnya dari kedua sisi. Herley dengan cepat memutar tubuhnya, mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh. "Kalian tidak lebih dari serangga bagiku!" Pedang itu menghantam perisai salah satu prajurit, menghancurkannya dan menebas leher prajurit itu da
Malam itu, di villa yang sunyi di tengah hutan, Herley duduk di tepi tempat tidurnya, masih terguncang oleh mimpi buruk yang baru saja dialaminya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, dan napasnya terengah-engah.Dengan suara bergetar, Herley bergumam, "Apa arti mimpi itu? Mengapa terasa begitu nyata? Siapa wanita dan pria itu?"Karena tak bisa tidur, akhirnya pria tinggi berwajah dingin itu beranjak keluar kamar. Saat di luar, dia bertemu dengan Calista yang juga terjaga."Herley, apa yang kamu lakukan di luar malam-malam begini?" tanya Calista, suaranya penuh kekhawatiran."Aku hanya ingin mencari angin dan berjalan-jalan. Tidak bisa tidur," jawab pria itu, seperti biasa dengan wajah datar walaupun yang mengajaknya bicara adalah Calista.Calista mengernyit. "Tapi ini masih sangat malam, dan kita berada di tengah hutan. Bisakah kau menemaniku saja? Aku juga tidak bisa tidur," pintanya, matanya memancarkan kekhawatiran yang sama.Herley mengangguk dan berdiri di seberang Calista te
Calista sebenarnya sangat takut, walaupun dia tahu Herley kuat, musuh yang dia hadapi kali ini berbeda dengan yang dikirim Dario. Mendengar ucapan Herley, Angel menjadi semakin marah. “Kamu hanya bekerja sebagai bodyguard saja sudah sangat sombong. Bagaimana jika kamu menjadi Raja Aradorn? Mungkin tingkah lakumu akan lebih tinggi dari langit. Namun, sayang, kamu hanya seekor anjing yang terikat pada majikannya, berlari-lari mengelilingi tuannya yang hanya peduli pada penampilan. Kamu selamanya akan menjadi bayangan setia Nona Calista. Tapi, berterima kasihlah pada Tuan Muda Daniel, karena pengawalnya akan segera menutup lembaran hidupmu sebagai anjing setia Nona Calista.” “Cukup!" Herley menyipitkan matanya dengan sangat tajam. "Jangan pikir karena kamu wanita, aku tidak berani berbuat kasar terhadapmu. Jika kamu berani lagi membuka mulutmu, nasibmu tidak akan seperti mereka!" Herley menunjuk ke arah Daniel dan Gimmy yang terkapar. "Nasibmu akan lebih menderita daripada mereka. Jika
"Sudah cukup, Leo," kata pria itu dengan suara rendah tapi tegas. "Kau tak bisa mengendalikan semuanya. Badai ini akan menghancurkan kita semua, dan uangmu tak akan menyelamatkanmu kali ini."Leo menatap pria itu dengan tatapan penuh kebencian, "Diam! Kau tak tahu apa-apa! Aku akan keluar dari sini hidup-hidup! Dan tak ada yang bisa menghentikanku!"Pria itu menggeleng pelan, seolah menyayangkan kejatuhan Leo ke dalam kegilaan. "Mungkin kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri, Leo, tapi ingatlah ini. Kau akan mati sendirian."Sebelum Leo bisa membalas, pria itu berjalan menuju lemari pelampung yang masih tersisa, diikuti oleh beberapa penumpang lain yang kini lebih memilih mengikuti arahan pria tersebut daripada terjebak dalam kegilaan Leo. Namun, Leo tak peduli. Dia hanya punya satu tujuan: bertahan hidup, apapun caranya.Badai semakin menggila, dan kapal itu pun terus berguncang. Semua orang, termasuk Leo, kini berada di ujung tanduk, di antara hidup dan mati, tak ada yang bisa memast
DOOR! Pria berbadan besar itu tergeletak di lantai dek, darah menyembur dari luka tembak di kepalanya. Tubuh yang tadinya penuh tenaga, kini hanya seonggok daging tak bernyawa di bawah kaki Leo. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu terdiam sejenak, seolah tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Leo menatap tubuh tak bernyawa itu dengan tatapan dingin, lalu memutar pistolnya, memastikan tidak ada lagi yang mencoba mengambil apa yang menjadi miliknya. “Dengar baik-baik!” Leo berteriak, suaranya menggema di tengah raungan badai. “Tak ada seorang pun yang boleh merebut milikku! Apapun yang ada di kapal pesiar ini adalah milikku! Dan aku akan mempertahankannya sampai mati!” Para penumpang yang masih bertahan memandangnya dengan ketakutan, tak ada yang berani mendekat. Mereka tahu, di bawah tekanan dan ketakutan, Leo sudah kehilangan kendali. Dia akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan dirinya sendiri, termasuk mengorbankan nyawa orang lain. Tiba-tiba, suara teriakan lain
Dengan satu gerakan cepat, Herley menarik Dario ke atas dek, menyelamatkannya dari maut. Pria itu terkapar di lantai dek, tubuhnya basah kuyup dan gemetar. Ia mencoba bangkit, tapi lututnya lemas, membuatnya tersungkur lagi. Herley berdiri di hadapannya, bayangannya menjulang seperti sosok malaikat kematian yang siap menuntut balas."Kau tahu," suara Herley terdengar tenang, namun setiap kata yang keluar dari mulutnya penuh dengan ancaman dingin, "orang-orang seperti kau selalu merasa di atas segalanya. Uang, kekuasaan, dan status sosial yang kau punya membuatmu merasa tak tersentuh. Tapi lihatlah dirimu sekarang. Tak ada satu pun dari itu yang bisa menyelamatkanmu dari badai ini. Atau dari aku."Dario menelan ludah, napasnya tersengal-sengal. "Aku... aku minta maaf, sungguh... aku benar-benar menyesal..."Herley menggeleng pelan, tatapannya penuh penghinaan. "Kata-kata itu, tak ada artinya bagiku. Penyesalanmu hanya muncul saat kau berada di ujung kematian. Kalau badai ini tak perna
Dua pengawal yang tadinya hendak mendorong Herley ke laut kini berusaha keras bertahan dari badai yang semakin menggila. Mereka terpental ke samping, jatuh menabrak pagar dek. Tali yang mengikat Herley mulai longgar karena guncangan yang tak terkendali. Dengan gerakan cepat, pria itu menggoyangkan tubuhnya, melepaskan diri dari lilitan tali kapal yang keras. Setelah itu, ia berdiri tegak di tengah dek, di mana angin dan ombak seolah enggan menyentuhnya.Dario yang masih berusaha berdiri, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Ini tidak mungkin!" teriaknya, matanya melotot ke arah Herley yang kini bebas dari ikatan. "Kau seharusnya tidak bisa lolos!"Herley melangkah perlahan ke arah Dario, setiap langkahnya stabil meski kapal berguncang hebat. "Kalian pikir bisa mengendalikan segalanya dengan uang dan kekuasaan," kata Herley dengan suara yang tenang namun penuh ancaman. "Tapi kalian lupa satu hal... alam tidak bisa dibeli."Dario yang mulai ketakutan, mundur sambil meraba-raba paga
Pengawal yang bertugas mengikat Herley mengangguk, menarik tali dengan keras hingga tubuh Herley terjepit. Dario mengamati hasilnya dan tersenyum puas. "Bagus, sekarang kau benar-benar tidak bisa ke mana-mana," ujar Dario, nadanya mengejek. "Tapi aku penasaran, Herley. Apakah kau masih akan diam seperti patung ketika kau tahu nasib buruk apa yang menantimu?"Herley tetap tidak menjawab, hanya menatap Dario dengan pandangan yang tidak terbaca. Hal itu hanya membuat Dario semakin jengkel."Diam saja, huh? Baiklah, mari kita lihat seberapa lama kau bisa bertahan," kata Dario sambil melangkah mundur. "Mulai sekarang, kau adalah mainan kami. Dan kami akan menikmati setiap detik dari permainan ini."Leo mengangkat tangannya, mengisyaratkan para tamu untuk memperhatikan. "Ayo, kawan-kawan! Pertunjukan baru saja dimulai! Jangan ragu untuk memberi saran tentang cara terbaik untuk membuatnya menderita. Ini adalah pesta kita, dan kita punya hak untuk bersenang-senang!"Kerumunan tamu mulai bers
Sorak sorai orang-orang bergema. Beradu dengan suara deburan ombak di tengah laut. Pro dan kontra akan aksi heroik Leo dan komplotan nya samar diterka. Semua orang di sana memakai topeng gengsi demi keuntungan pribadi semata. Leo, belum cukup puas dengan permainan yang ia ciptakan. Samudera luas menjadi saksi bisu kekejaman Leo yang berniat menghabisi Herley atas asas kedengkian saja. “Lihatlah, jagoan kita ini. Dia masih bertahan setelah aku memukul tubuhnya. Bahkan tongkat golf tidak mampu membuatnya tumbang! Apakah kau mau berlagak seperti batu karang yang sulit dihempaskan, hm?” ucap Leo tepat disaat komplotannya menyeret tubuh Herley ke bagian dek atas kapal. Angin laut berhembus kencang. Mengibarkan setiap helai pakaian orang-orang yang ikut menyaksikan momen menegangkan ini. Leo mendekati Herley. Air muka tak terbaca, sorot matanya dingin, dan mulut Herley masih terkatup rapat. Seolah enggan menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Di sisi dek yang lain, Dario tersenyum puas
Suara mesin kapal pesiar yang lembut hampir tak terdengar di tengah tawa, dentingan gelas, dan percakapan riuh yang memenuhi udara malam. Cahaya bulan memantul di permukaan laut yang tenang, memberikan kilauan perak pada kapal pesiar yang megah. Lampu kristal menggantung dari langit-langit, musik lembut mengalun di latar belakang, dan aroma cerutu mahal serta parfum mewah memenuhi udara.Dario yang baru saja tiba melewati Herley tanpa melihat pria itu. Begitu Dario masuk, kapal mulai berlabuh meninggalkan pelabuhan. Riuh suara wanita yang bergoyang membuat para pria sangat senang. Namun, Leo menyadari sesuatu hal sejak tadi. Matanya menyipit saat dia kembali melihat para wanita- wanitanya melirik ke arah bodyguard itu. Suasana hatinya semakin memburuk seiring berjalannya waktu, rasa asam mulai muncul di mulutnya. Dia terbiasa menjadi pusat perhatian, sosok yang dikagumi dan diinginkan semua orang. Namun malam ini, di ulang tahunnya yang ke 35, seorang bodyguard biasa justru mencuri
Malam itu, kapal pesiar berubah menjadi panggung pesta yang gemerlap. Lampu-lampu berwarna-warni berkilauan menyinari dek kapal, menciptakan suasana yang seru dan menggairahkan. Musik menggema, mengundang para tamu untuk bergoyang seirama. Para wanita berbikini dan pria dengan gelas anggur di tangan mereka terus menikmati malam dengan penuh suka cita. Tawa dan percakapan riang mengisi udara malam yang hangat, sementara sampanye dan rokok menambah aroma khas pesta yang tak terlupakan. Leo, yang menjadi pusat perhatian, sesekali mengangkat gelasnya, memberikan toast untuk tahun-tahun yang akan datang, dikelilingi oleh teman-teman dan musik yang tak pernah berhenti. Di tengah kerumunan, Calista dan Leo, yang tengah merayakan ulang tahunnya, tampak asyik berjoget. Wanita itu , dalam balutan bikini yang mencolok, bergerak lincah mengikuti irama, tawa cerianya mengalir lepas, menambah kegembiraan malam itu. Seorang tamu pria, dengan gelas anggur di tangannya, mendekati Leo. “Leo, pes
"Tetaplah di tempatmu!" seru Valentina dengan amarah yang membara. "Kau tidak bisa mempermainkan kami!" Dengan cepat, dia mengambil sebuah botol kaca dari meja dan melemparkannya ke arah Herley.Herley dengan sigap memutar tubuhnya, membiarkan botol tersebut melayang melewatinya. Botol itu menghantam dinding di belakang, pecah menjadi serpihan kaca yang berserakan di lantai."Aku tidak di sini untuk bertarung denganmu," kata Herley dengan suara yang tetap tenang. "Dario sedang mempermainkanmu. Dia hanya ingin melihat kita bertarung.""Aku tidak peduli!" balas Valentina, yang kemudian meraih kursi terdekat dan mengayunkannya ke arah Herley.Herley menunduk cepat, kursi itu terbang di atas kepalanya dan menghantam meja di belakangnya, menyebabkan meja itu roboh. Pecahan kaca dan kayu berhamburan di lantai.Orang-orang di sekitar mereka mulai menjauh, menghindari puing-puing yang beterbangan. Suara barang-barang pecah dan keributan menyebar di seluruh klub, menciptakan kekacauan yang tak