Share

Bab 8: Pertarungan di Balik Bayangan

Herley tertawa rendah, suara gelapnya menggema. "Menyesal? Kata itu tidak ada dalam kamusku. Tapi kalian, kalian akan menyesal datang ke sini dan mengganggu ketenangan kami. Pergilah sekarang, atau aku pastikan kalian tidak akan pernah kembali untuk melaporkan kegagalan kalian kepada Dario."

Pria itu menyeringai, mencoba mempertahankan keberaniannya. "Kau pikir bisa mengalahkan kami sendirian?"

Herley menatap mereka satu per satu, tatapannya tajam dan menakutkan. "Aku tidak berpikir, tapi aku tahu. Jika kalian berani mencoba, maka bersiaplah untuk merasakan kemarahan yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya."

Dengan kecepatan yang mengejutkan, Herley melesat ke arah pria yang berwajah kasar. Dalam sekejap, ia melumpuhkan salah satu dari mereka dengan sebuah pukulan telak yang membuat pria itu terjatuh ke tanah, tak berdaya. Pria-pria lainnya terkejut dan mundur dengan panik, wajah mereka memucat melihat rekan mereka yang terkapar.

"Masih ingin melanjutkan?" Herley menantang, suaranya dingin dan kejam.

Dengan wajah berkerut penuh kemarahan, pria berwajah kasar itu berdiri di antara rekan-rekannya yang terkapar. Meski jelas tertekan, dia tetap bersikap menantang.

“Kau mungkin bisa menjatuhkan salah satu dari kami, tapi itu tidak berarti kau bisa menghentikan kami semua!” teriaknya dengan suara serak. “Dario tidak akan membiarkanmu menang begitu saja. Ada banyak lagi yang akan datang untuk menyelesaikan apa yang kau mulai. Kami akan membuatmu menyesal telah menginjakkan kaki di sini.”

Sambil melirik rekan-rekannya yang masih berdiri, dia menambahkan, “Jangan biarkan dirimu terintimidasi. Kita masih memiliki kekuatan yang belum dikeluarkan. Ayo, serang dia semua!”

Salah satu pria yang masih berdiri dengan wajah marah, menarik senjata dari balik jaketnya dan mengayunkannya ke arah Herley, berusaha menambah semangat kepada kelompoknya. “Jangan mundur! Ini belum berakhir! Buktikan pada pengecut ini kalau kita tidak takut padanya!”

Herley tersenyum tajam, senyum yang bersinar seperti belati yang baru diasah, menanti untuk memotong setiap ancaman yang mendekat. Pria itu tidak memberi mereka waktu untuk bernafas. Ia bergerak lincah, menghindari serangan yang dilancarkan oleh dua pria yang mencoba menyerangnya dengan tongkat dan senjata tajam. 

Dengan ketepatan yang memukau, Herley menangkap lengan salah satu pria dan memutarnya dengan kuat, memaksa pria itu menjatuhkan senjatanya. Ia kemudian melancarkan tendangan ke arah perut pria tersebut, membuatnya terhuyung dan jatuh ke tanah.

Sementara itu, seorang pria lain yang berusaha menyerang dengan pisau terpaksa berhadapan langsung dengan kecepatan dan ketangkasan Herley. Herley menghindari setiap ayunan pisau dengan gesit, kemudian meraih pergelangan tangan pria tersebut dan memutarnya hingga terdengar suara retakan. 

Pisau itu jatuh, dan Herley melangkah maju, melancarkan pukulan cepat yang membuat pria itu terjatuh tak sadarkan diri.

Di tengah kekacauan, Herley menunjukkan keterampilan bertarung yang mengerikan. Ia bergerak seperti badai, melibas lawan-lawannya dengan kecepatan dan kekuatan yang menghancurkan. 

Setiap kali seorang pria mencoba menyerangnya, Herley tidak hanya menghindar tetapi membalas dengan pukulan keras, tendangan menghancurkan, dan gerakan mematikan yang membuat lawan-lawannya terkapar sebelum mereka sempat menyadari apa yang terjadi. Suara benturan tubuh dan jeritan kesakitan memenuhi udara saat dia mengendalikan medan tempur, memastikan tidak ada satupun dari mereka yang mampu menyentuhnya. 

Saat sebagian besar pria terkapar di tanah, hanya tersisa beberapa yang berusaha melawan dengan putus asa. 

Tak lama kemudian, sekelompok pria yang semula percaya diri kini terbaring tak berdaya di tanah. 

Herley berdiri tegap di tengah kerumunan pria yang tergeletak di tanah, ekspresi wajahnya menunjukkan rasa puas yang dingin. Dengan nada penuh penghinaan, dia berkata, "Ini yang Dario kirim? Sejumlah pecundang yang hanya tahu bersembunyi di balik senjata? Jika dia punya sesuatu yang lebih baik dari ini, aku sangat menantikan pertunjukannya. Sampai saat itu tiba, aku tidak punya waktu untuk main-main dengan kalian. Silakan pergi dan beri tahu Dario bahwa aku tidak hanya sekadar ancaman—aku adalah bencana yang akan menghancurkan semua yang menghalangi jalanku."

"Kau kira hanya ada kami di sini? Kau salah besar!" ujar seorang pria, darah mengalir dari mulutnya.

Tiba-tiba, dari bayang-bayang, muncul seorang pria bertubuh tegap. Wajahnya tertutup topeng hitam, dan hoodie yang dikenakannya menambah kesan misterius. Dia berjalan perlahan mendekat, matanya yang tajam menatap Herley dengan penuh tantangan.

Herley menoleh dan menatap pria itu dengan tatapan datar, tanpa menunjukkan tanda-tanda ketakutan. "Jadi, ini yang kalian siapkan untukku?" katanya dengan nada angkuh.

"Kau benar-benar merasa berani menganggap dirimu ancaman? Menyadari betapa remeh dan tidak berarti dirimu di hadapanku?"

Herley membalas tatapan itu dengan dingin, senyumnya semakin tajam. "Jika aku sekadar remeh, maka rasakan sendiri apa yang terjadi ketika sesuatu yang remeh seperti diriku benar-benar serius."

"Kau tidak ada apa-apanya bagiku. Kau hanya sebuah gangguan kecil yang bisa dengan mudah aku singkirkan. Jangan berharap aku akan menghabiskan waktu lebih lama untuk menghadapi seseorang sepertimu," kata pria bertopeng itu dengan suara rendah namun mengancam.

Herley membalas dengan tatapan beku, senyumnya semakin tajam. "Kau akan menyadari betapa mengerikannya kesalahanmu."

Pria bertopeng itu menahan tawa dingin, mengangkat alisnya dengan sinisme. "Aku telah menghadapi banyak lawan yang lebih tangguh dari pada dirimu. Jangan harap aku takut hanya karena omonganmu."

Herley melangkah mendekat, aura dinginnya semakin menebal. "Bisa jadi kau hanya menghadapi ancaman yang tak terlihat. Dan saatnya tiba, kau akan tahu betapa menakutkannya musuh yang kau anggap remeh."

Di sekeliling mereka, pengikut Dario mulai merasakan ketegangan yang mencekam. Ketidakpastian menyelimuti mereka, menyadari bahwa pertarungan ini jauh lebih berat daripada yang mereka duga. Dengan napas tertahan, mereka akan menyaksikan duel yang akan mengubah segalanya, memaksa mereka untuk memilih antara kegelapan dan pencerahan. Dan antara yang kuat dan sangat kuat. 

Dengan gerakan cepat, pria itu mulai menyerang Herley. Pertarungan sengit pun tak terhindarkan.

Pria bertopeng melesat dengan gerakan cepat, seperti bayangan yang mengalir di kegelapan hutan. Dia melancarkan serangan dengan tendangan dan pukulan yang cepat, seolah-olah dia menggunakan kecepatan angin untuk menyerang Herley. Setiap serangannya memiliki presisi tinggi, dengan gerakan tangan yang meluncur dan kaki yang menendang seperti panah yang terlepas dari busurnya.

Herley, dengan reflek yang tajam, menghindari setiap serangan dengan ketangkasan luar biasa. Dia memutar tubuhnya dengan mulus, menyelusup di antara pukulan dan tendangan. Ketika pria bertopeng melancarkan tendangan menyilang, Herley menyambutnya dengan gerakan menyamping, lalu membalas dengan sebuah pukulan ke arah pinggul lawan.

Serangan Herley adalah gabungan antara kekuatan dan teknik. Dia mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menghancurkan setiap upaya pria bertopeng mengelak. Setiap kali pria bertopeng mencoba memanipulasi bayangan untuk menyerang, Herley menggunakan gerakan memutar dan menangkis untuk meredam serangan itu. Tendangan-tendangan Herley meluncur, mengarah ke titik-titik lemah yang terungkap saat pria bertopeng melakukan serangan.

Pria bertopeng, menyadari bahwa Herley tidak hanya cepat tetapi juga sangat terampil dalam membaca gerakannya, mempercepat serangannya dan mengubah pola serangannya. Dia menciptakan gelombang bayangan yang mengalir seperti air, berusaha menutup semua kemungkinan bagi Herley untuk bergerak bebas. 

Di momen kunci, saat Herley sedang memutar tubuhnya untuk menghindari sebuah tendangan, pria bertopeng melancarkan serangan tiba-tiba dari sisi yang tidak terduga. Sebuah tendangan kuat melesat dari celah gelombang bayangan, menghantam bagian samping tubuh Herley dengan kekuatan yang mengejutkan. Herley terlempar ke samping, tubuhnya menghantam pohon dengan keras sebelum jatuh ke tanah.

Pria bertopeng berhenti sejenak, membiarkan kemenangan sejenak membanjiri dirinya. "Bagaimana rasanya berada di bawah ancaman yang nyata?" suaranya bergetar, penuh kemenangan.

Namun, sebelum dia bisa melakukan langkah lebih lanjut, Herley dengan cepat berdiri, perlahan mengangkat kepalanya, matanya berkilau dengan api yang tak tergoyahkan. "Ini belum berakhir," katanya dengan suara yang penuh tekad. "Jika kau pikir kemenanganmu sudah mutlak, kau akan sangat terkejut."

Pria bertopeng mengernyit, merasa ada sesuatu yang salah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Lestari
cerita yang menarik ...... semanggat nulisnya kak......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status