Herley tertawa rendah, suara gelapnya menggema. "Menyesal? Kata itu tidak ada dalam kamusku. Tapi kalian, kalian akan menyesal datang ke sini dan mengganggu ketenangan kami. Pergilah sekarang, atau aku pastikan kalian tidak akan pernah kembali untuk melaporkan kegagalan kalian kepada Dario."
Pria itu menyeringai, mencoba mempertahankan keberaniannya. "Kau pikir bisa mengalahkan kami sendirian?"
Herley menatap mereka satu per satu, tatapannya tajam dan menakutkan. "Aku tidak berpikir, tapi aku tahu. Jika kalian berani mencoba, maka bersiaplah untuk merasakan kemarahan yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya."
Dengan kecepatan yang mengejutkan, Herley melesat ke arah pria yang berwajah kasar. Dalam sekejap, ia melumpuhkan salah satu dari mereka dengan sebuah pukulan telak yang membuat pria itu terjatuh ke tanah, tak berdaya. Pria-pria lainnya terkejut dan mundur dengan panik, wajah mereka memucat melihat rekan mereka yang terkapar.
"Masih ingin melanjutkan?" Herley menantang, suaranya dingin dan kejam.
Dengan wajah berkerut penuh kemarahan, pria berwajah kasar itu berdiri di antara rekan-rekannya yang terkapar. Meski jelas tertekan, dia tetap bersikap menantang.
“Kau mungkin bisa menjatuhkan salah satu dari kami, tapi itu tidak berarti kau bisa menghentikan kami semua!” teriaknya dengan suara serak. “Dario tidak akan membiarkanmu menang begitu saja. Ada banyak lagi yang akan datang untuk menyelesaikan apa yang kau mulai. Kami akan membuatmu menyesal telah menginjakkan kaki di sini.”
Sambil melirik rekan-rekannya yang masih berdiri, dia menambahkan, “Jangan biarkan dirimu terintimidasi. Kita masih memiliki kekuatan yang belum dikeluarkan. Ayo, serang dia semua!”
Salah satu pria yang masih berdiri dengan wajah marah, menarik senjata dari balik jaketnya dan mengayunkannya ke arah Herley, berusaha menambah semangat kepada kelompoknya. “Jangan mundur! Ini belum berakhir! Buktikan pada pengecut ini kalau kita tidak takut padanya!”
Herley tersenyum tajam, senyum yang bersinar seperti belati yang baru diasah, menanti untuk memotong setiap ancaman yang mendekat. Pria itu tidak memberi mereka waktu untuk bernafas. Ia bergerak lincah, menghindari serangan yang dilancarkan oleh dua pria yang mencoba menyerangnya dengan tongkat dan senjata tajam.
Dengan ketepatan yang memukau, Herley menangkap lengan salah satu pria dan memutarnya dengan kuat, memaksa pria itu menjatuhkan senjatanya. Ia kemudian melancarkan tendangan ke arah perut pria tersebut, membuatnya terhuyung dan jatuh ke tanah.
Sementara itu, seorang pria lain yang berusaha menyerang dengan pisau terpaksa berhadapan langsung dengan kecepatan dan ketangkasan Herley. Herley menghindari setiap ayunan pisau dengan gesit, kemudian meraih pergelangan tangan pria tersebut dan memutarnya hingga terdengar suara retakan.
Pisau itu jatuh, dan Herley melangkah maju, melancarkan pukulan cepat yang membuat pria itu terjatuh tak sadarkan diri.
Di tengah kekacauan, Herley menunjukkan keterampilan bertarung yang mengerikan. Ia bergerak seperti badai, melibas lawan-lawannya dengan kecepatan dan kekuatan yang menghancurkan.
Setiap kali seorang pria mencoba menyerangnya, Herley tidak hanya menghindar tetapi membalas dengan pukulan keras, tendangan menghancurkan, dan gerakan mematikan yang membuat lawan-lawannya terkapar sebelum mereka sempat menyadari apa yang terjadi. Suara benturan tubuh dan jeritan kesakitan memenuhi udara saat dia mengendalikan medan tempur, memastikan tidak ada satupun dari mereka yang mampu menyentuhnya.
Saat sebagian besar pria terkapar di tanah, hanya tersisa beberapa yang berusaha melawan dengan putus asa.
Tak lama kemudian, sekelompok pria yang semula percaya diri kini terbaring tak berdaya di tanah.
Herley berdiri tegap di tengah kerumunan pria yang tergeletak di tanah, ekspresi wajahnya menunjukkan rasa puas yang dingin. Dengan nada penuh penghinaan, dia berkata, "Ini yang Dario kirim? Sejumlah pecundang yang hanya tahu bersembunyi di balik senjata? Jika dia punya sesuatu yang lebih baik dari ini, aku sangat menantikan pertunjukannya. Sampai saat itu tiba, aku tidak punya waktu untuk main-main dengan kalian. Silakan pergi dan beri tahu Dario bahwa aku tidak hanya sekadar ancaman—aku adalah bencana yang akan menghancurkan semua yang menghalangi jalanku."
"Kau kira hanya ada kami di sini? Kau salah besar!" ujar seorang pria, darah mengalir dari mulutnya.
Tiba-tiba, dari bayang-bayang, muncul seorang pria bertubuh tegap. Wajahnya tertutup topeng hitam, dan hoodie yang dikenakannya menambah kesan misterius. Dia berjalan perlahan mendekat, matanya yang tajam menatap Herley dengan penuh tantangan.
Herley menoleh dan menatap pria itu dengan tatapan datar, tanpa menunjukkan tanda-tanda ketakutan. "Jadi, ini yang kalian siapkan untukku?" katanya dengan nada angkuh.
"Kau benar-benar merasa berani menganggap dirimu ancaman? Menyadari betapa remeh dan tidak berarti dirimu di hadapanku?"
Herley membalas tatapan itu dengan dingin, senyumnya semakin tajam. "Jika aku sekadar remeh, maka rasakan sendiri apa yang terjadi ketika sesuatu yang remeh seperti diriku benar-benar serius."
"Kau tidak ada apa-apanya bagiku. Kau hanya sebuah gangguan kecil yang bisa dengan mudah aku singkirkan. Jangan berharap aku akan menghabiskan waktu lebih lama untuk menghadapi seseorang sepertimu," kata pria bertopeng itu dengan suara rendah namun mengancam.
Herley membalas dengan tatapan beku, senyumnya semakin tajam. "Kau akan menyadari betapa mengerikannya kesalahanmu."
Pria bertopeng itu menahan tawa dingin, mengangkat alisnya dengan sinisme. "Aku telah menghadapi banyak lawan yang lebih tangguh dari pada dirimu. Jangan harap aku takut hanya karena omonganmu."
Herley melangkah mendekat, aura dinginnya semakin menebal. "Bisa jadi kau hanya menghadapi ancaman yang tak terlihat. Dan saatnya tiba, kau akan tahu betapa menakutkannya musuh yang kau anggap remeh."
Di sekeliling mereka, pengikut Dario mulai merasakan ketegangan yang mencekam. Ketidakpastian menyelimuti mereka, menyadari bahwa pertarungan ini jauh lebih berat daripada yang mereka duga. Dengan napas tertahan, mereka akan menyaksikan duel yang akan mengubah segalanya, memaksa mereka untuk memilih antara kegelapan dan pencerahan. Dan antara yang kuat dan sangat kuat.
Dengan gerakan cepat, pria itu mulai menyerang Herley. Pertarungan sengit pun tak terhindarkan.
Pria bertopeng melesat dengan gerakan cepat, seperti bayangan yang mengalir di kegelapan hutan. Dia melancarkan serangan dengan tendangan dan pukulan yang cepat, seolah-olah dia menggunakan kecepatan angin untuk menyerang Herley. Setiap serangannya memiliki presisi tinggi, dengan gerakan tangan yang meluncur dan kaki yang menendang seperti panah yang terlepas dari busurnya.
Herley, dengan reflek yang tajam, menghindari setiap serangan dengan ketangkasan luar biasa. Dia memutar tubuhnya dengan mulus, menyelusup di antara pukulan dan tendangan. Ketika pria bertopeng melancarkan tendangan menyilang, Herley menyambutnya dengan gerakan menyamping, lalu membalas dengan sebuah pukulan ke arah pinggul lawan.
Serangan Herley adalah gabungan antara kekuatan dan teknik. Dia mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menghancurkan setiap upaya pria bertopeng mengelak. Setiap kali pria bertopeng mencoba memanipulasi bayangan untuk menyerang, Herley menggunakan gerakan memutar dan menangkis untuk meredam serangan itu. Tendangan-tendangan Herley meluncur, mengarah ke titik-titik lemah yang terungkap saat pria bertopeng melakukan serangan.
Pria bertopeng, menyadari bahwa Herley tidak hanya cepat tetapi juga sangat terampil dalam membaca gerakannya, mempercepat serangannya dan mengubah pola serangannya. Dia menciptakan gelombang bayangan yang mengalir seperti air, berusaha menutup semua kemungkinan bagi Herley untuk bergerak bebas.
Di momen kunci, saat Herley sedang memutar tubuhnya untuk menghindari sebuah tendangan, pria bertopeng melancarkan serangan tiba-tiba dari sisi yang tidak terduga. Sebuah tendangan kuat melesat dari celah gelombang bayangan, menghantam bagian samping tubuh Herley dengan kekuatan yang mengejutkan. Herley terlempar ke samping, tubuhnya menghantam pohon dengan keras sebelum jatuh ke tanah.
Pria bertopeng berhenti sejenak, membiarkan kemenangan sejenak membanjiri dirinya. "Bagaimana rasanya berada di bawah ancaman yang nyata?" suaranya bergetar, penuh kemenangan.
Namun, sebelum dia bisa melakukan langkah lebih lanjut, Herley dengan cepat berdiri, perlahan mengangkat kepalanya, matanya berkilau dengan api yang tak tergoyahkan. "Ini belum berakhir," katanya dengan suara yang penuh tekad. "Jika kau pikir kemenanganmu sudah mutlak, kau akan sangat terkejut."
Pria bertopeng mengernyit, merasa ada sesuatu yang salah.
Pria bertopeng itu terdiam sejenak, merasakan getaran ketakutan yang aneh menjalari tubuhnya. Tatapan Herley yang penuh api dan tekad membuatnya merasakan ketidakpastian yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.Dengan suara yang sedikit gemetar, pria bertopeng itu berkata, "Apa sebenarnya kau ini? Tidak mungkin manusia bisa bangkit setelah serangan sekuat itu."Herley tersenyum tipis, bibirnya melengkung dengan kedinginan yang menakutkan. "Aku jauh lebih dari yang bisa kau bayangkan. Kau baru saja menyentuh permukaan kekuatanku. Jika kau berpikir serangan itu cukup untuk menjatuhkanku, maka kau benar-benar tidak siap untuk apa yang akan datang."Pria bertopeng itu mundur selangkah, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. "Tidak mungkin... Ini tidak masuk akal."Herley berjalan perlahan mendekatinya, setiap langkahnya penuh keyakinan dan ancaman. "Kau seharusnya tahu bahwa ketika kau bermain dengan api, kau akan terbakar. Kau dan Dario telah memilih j
Setelah meninggalkan pemandangan horor di belakangnya, Herley berjalan cepat kembali ke lokasi pemotretan. Begitu melihat bodyguard-nya kembali, Calista segera berlari mendekatinya. "Bagaimana, apa kamu menemukan orang yang mencurigakan?" tanyanya dengan nada khawatir.Herley menatapnya dengan tenang. "Aku sudah mengatasi mereka semua," jawabnya datar tanpa beban.Calista tampak kaget. "Lalu siapa mereka?""Suruhan temanmu, pria yang kemarin," jawab Herley dengan nada serius.Calista terkejut. "Maksudmu Dario? Dia benar-benar balas dendam?"Herley mengangguk. "Tidak perlu khawatir. Mereka tidak akan mengganggu kita lagi untuk sementara waktu atau mungkin selamanya."Calista menghela napas, berusaha menenangkan diri. "Herley, ini mulai menakutkan. Mengapa Dario begitu bertekad mengejar kita? Apa sebenarnya yang dia inginkan?""Dario adalah tipe orang yang tidak bisa menerima kekalahan. Dia merasa terancam oleh kehadiranku, dan merasa terhina karena kau menolak keinginannya. Tapi aku ti
Herley melompat turun dari kudanya, mendarat dengan gemuruh di tengah medan perang yang penuh dengan mayat. Dengan pedang terhunus, dia menantang siapa saja yang berani mendekat. "Siapa yang berani menantangku?" suaranya bergemuruh, penuh dengan kemarahan dan kekuatan. Musuh-musuhnya mundur ketakutan, namun beberapa yang pemberani mencoba menyerang."Majulah, kalian pengecut!" teriak Herley, mengayunkan pedangnya ke arah prajurit pertama yang mendekat. Dengan satu tebasan kuat, pedangnya menembus baju zirah dan tubuh prajurit itu, memisahkan tubuhnya menjadi dua. Darah menyembur, membasahi tanah di sekitar Herley."Ini hanya pemanasan," katanya dengan dingin, matanya menatap musuh-musuhnya yang tersisa. Dua prajurit lainnya mencoba menyerangnya dari kedua sisi. Herley dengan cepat memutar tubuhnya, mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh. "Kalian tidak lebih dari serangga bagiku!" Pedang itu menghantam perisai salah satu prajurit, menghancurkannya dan menebas leher prajurit itu da
Malam itu, di villa yang sunyi di tengah hutan, Herley duduk di tepi tempat tidurnya, masih terguncang oleh mimpi buruk yang baru saja dialaminya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, dan napasnya terengah-engah.Dengan suara bergetar, Herley bergumam, "Apa arti mimpi itu? Mengapa terasa begitu nyata? Siapa wanita dan pria itu?"Karena tak bisa tidur, akhirnya pria tinggi berwajah dingin itu beranjak keluar kamar. Saat di luar, dia bertemu dengan Calista yang juga terjaga."Herley, apa yang kamu lakukan di luar malam-malam begini?" tanya Calista, suaranya penuh kekhawatiran."Aku hanya ingin mencari angin dan berjalan-jalan. Tidak bisa tidur," jawab pria itu, seperti biasa dengan wajah datar walaupun yang mengajaknya bicara adalah Calista.Calista mengernyit. "Tapi ini masih sangat malam, dan kita berada di tengah hutan. Bisakah kau menemaniku saja? Aku juga tidak bisa tidur," pintanya, matanya memancarkan kekhawatiran yang sama.Herley mengangguk dan berdiri di seberang Calista te
Calista sebenarnya sangat takut, walaupun dia tahu Herley kuat, musuh yang dia hadapi kali ini berbeda dengan yang dikirim Dario. Mendengar ucapan Herley, Angel menjadi semakin marah. “Kamu hanya bekerja sebagai bodyguard saja sudah sangat sombong. Bagaimana jika kamu menjadi Raja Aradorn? Mungkin tingkah lakumu akan lebih tinggi dari langit. Namun, sayang, kamu hanya seekor anjing yang terikat pada majikannya, berlari-lari mengelilingi tuannya yang hanya peduli pada penampilan. Kamu selamanya akan menjadi bayangan setia Nona Calista. Tapi, berterima kasihlah pada Tuan Muda Daniel, karena pengawalnya akan segera menutup lembaran hidupmu sebagai anjing setia Nona Calista.” “Cukup!" Herley menyipitkan matanya dengan sangat tajam. "Jangan pikir karena kamu wanita, aku tidak berani berbuat kasar terhadapmu. Jika kamu berani lagi membuka mulutmu, nasibmu tidak akan seperti mereka!" Herley menunjuk ke arah Daniel dan Gimmy yang terkapar. "Nasibmu akan lebih menderita daripada mereka. Jika
Saat tubuh terakhir jatuh, sekelompok orang yang datang bersama Albern mundur beberapa langkah, mata mereka membulat dengan ketakutan yang nyata. Mereka jelas tidak menyangka bahwa seorang bodyguard bisa memiliki kemampuan seperti itu. Herley, dengan sikap tenang namun mematikan, menatap langsung ke arah Albern. "Dalam hidup, ada kalanya kita bertemu lawan yang lebih kuat dari yang kita kira," ujar Herley, sambil mengangkat pedang pendek yang kini berlumuran darah. "Namun, itu bukan alasan untuk menyerah." Albern menelan ludah, mencoba mengendalikan rasa takut yang mulai merayap di hatinya. "Kau mungkin kuat, tapi jangan lupa, aku adalah orang yang dilatih oleh Kerajaan. Kekuatanmu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan Kerajaan." Herley mengangkat alis, tatapan matanya penuh rasa ingin tahu. "Kerajaan, katamu? Apakah itu seharusnya membuatku takut?" Albern menarik napas dalam-dalam, mencoba memulihkan kepercayaan dirinya. "Ya, Kerajaan. Kau mungkin belum menyadari bet
Herley mengangguk, menatap sekeliling ruangan yang memang porak-poranda. Meja-meja terbalik, kursi-kursi patah, dan hiasan-hiasan yang sebelumnya menghiasi ruangan kini berserakan di lantai. Dia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya setelah pertempuran sengit itu."Kita bisa memperbaiki ini, Nona Calista," katanya dengan suara yang lebih lembut. "Yang terpenting adalah Anda selamat. Acara amal bisa dijadwalkan ulang."Calista menggelengkan kepala, matanya penuh keprihatinan. "Bukan hanya itu. Reputasi ku bisa terancam karena insiden ini. Banyak tamu penting yang hadir, dan sekarang mereka mungkin berpikir dua kali sebelum mendukungku lagi sebagai model ambasador.""Kami akan mencari cara untuk menjelaskan semuanya. Keamanan Anda adalah prioritas utama, dan Aku yakin mereka akan mengerti."Calista menatap Herley dengan tatapan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Herley. Kamu telah menyelamatkan nyawaku hari ini.""Itulah tugasku, Nona. Selalu ada untuk melindungi Anda.
Acara penggalangan dana berlangsung dengan lancar tanpa keributan lebih lanjut. Dario dan Leo masih berbisik merencanakan pembunuhan Herley. "Bagaimana setelah ini kita ke clubku, banyak wanita cantik yang akan menjamumu," Dario terus berusaha mendekati Leo yang pengaruhnya di dunia bisnis, tidak main-main. Hanya menggerakkan ujung jarinya, maka semua masalah akan selesai dengan keuntungan yang tidak main-main juga. "Apakah ini sogokan?" "Tentu saja tidak, Aku tahu kau memiliki jejeran model yang siap memuaskanmu. Tapi apa kau tidak penasaran dengan koleksiku?" "Aku tidak tertarik dengan barang bekas." "Aku jamin yang aku suguhkan padamu bukan barang bekas, tapi barang langka yang sangat sulit di dapatkan." Leo mengangkat alisnya, matanya memandang Dario dengan campuran skeptisisme dan minat. "Barang langka, katamu?" Dario tersenyum licik, matanya berkilat dengan niat tersembunyi. "Benar. Wanita-wanita yang aku miliki di klubku bukan hanya cantik, tapi juga memiliki kea