"Siapa dia?" Leo berbisik pada Dario ketika melihat di klub itu seorang wanita bertubuh tinggi, seragam hitam yang mengkilat dan rambut yang diikat tinggi. Wanita itu tampak seperti seorang bodyguard."Oh, jangan lirik dia. Dia bukan wanita yang pandai berjoget dan menemanimu bergoyang diatas ranjang. Tapi dia wanita yang bisa membuatmu kehilangan nyawa hanya sekali pukulan saja." jawab Dario sambil bergoyang mengikuti alunan musik. "Apa dia bisa melawan Herley?"Dario tertegun detik kemudian dia tersenyum memikirkan perkataan Leo. Seorang laki-laki bertubuh besar memegang gelas koktail mendekati mereka berdua. "Herley? Yang kau ceritakan itu? Dia pasti tak berani mendekat ke wilayah tempat ini. Wanita itu bernama Valentina, dikenal sebagai 'The Black Swan' di dunia bawah tanah. Tidak hanya kekuatan fisiknya yang menakutkan, tapi juga kecerdasannya dalam strategi pertarungan."Leo memperhatikan lebih jauh, melihat Valentina yang sedang berbicara dengan beberapa pria yang tampaknya s
Herley menatap tajam ke arah Valentina yang berdiri di tengah kerumunan. "Dia?" gumamnya, suaranya nyaris tak terdengar.Calista mengerutkan kening, berbalik ke arah Leo. "Dia wanita yang memukulmu? Bagaimana bisa wanita itu bisa memukulmu?" "Bisa saja." Calista menatap curiga, "kau menggodanya?" "Tidak, Sayang. Dia yang menggodaku." "Kau pikir, Aku akan percaya dengan apa yang kau katakan? Tapi dia terlihat seperti bodyguard profesional, Leo. Kau yakin?"Leo mengangguk dengan mantap, memasang wajah memelas. "Aku yakin. Dia memukulku tanpa alasan. Aku hanya ingin melindungi diriku dan tempat ini dari ancaman."Dario tertawa kecil, berjalan mendekati Herley. "Jadi, Herley, kau masih ingin melindungi Calista? Inilah waktunya kau memperlihatkan kesetiaanmu, Leo dan Calista adalah kekasih, jika Leo di ganggu, itu sama halnya dengan Calista yang diganggu juga." Herley mengabaikan Dario, matanya tetap tertuju pada Valentina. Wanita itu masih berdiri dengan tenang, ekspresinya datar tap
Valentina menghampiri Herley dengan langkah mantap, membuat kerumunan di sekitarnya membuka jalan. Setiap gerakannya dipenuhi dengan intensitas, seperti seorang pejuang yang siap beraksi. Tatapannya yang tajam mengunci pandangan Herley, dan suasana di ruangan itu langsung berubah menjadi tegang. Orang-orang yang semula menikmati pesta kini beralih menatap mereka, menahan napas menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.Herley tetap berdiri tegak, tidak bergeming sedikit pun ketika Valentina berhenti tepat di depannya. Wajah wanita itu kini berjarak hanya beberapa senti dari wajahnya. Herley dapat melihat kemarahan yang berkobar di mata Valentina, tetapi dia menolak untuk terpancing oleh provokasi tersebut."Jadi, ini ucapanmu tentang aku?" tanya Valentina dengan suara dingin, hampir seperti bisikan yang beracun. "Kau bilang aku hanya seorang wanita penghibur?"Herley menatap Valentina dengan tenang, mencoba membaca setiap gerak-geriknya. "Aku tidak pernah mengatakan hal seperti itu,"
"Tetaplah di tempatmu!" seru Valentina dengan amarah yang membara. "Kau tidak bisa mempermainkan kami!" Dengan cepat, dia mengambil sebuah botol kaca dari meja dan melemparkannya ke arah Herley.Herley dengan sigap memutar tubuhnya, membiarkan botol tersebut melayang melewatinya. Botol itu menghantam dinding di belakang, pecah menjadi serpihan kaca yang berserakan di lantai."Aku tidak di sini untuk bertarung denganmu," kata Herley dengan suara yang tetap tenang. "Dario sedang mempermainkanmu. Dia hanya ingin melihat kita bertarung.""Aku tidak peduli!" balas Valentina, yang kemudian meraih kursi terdekat dan mengayunkannya ke arah Herley.Herley menunduk cepat, kursi itu terbang di atas kepalanya dan menghantam meja di belakangnya, menyebabkan meja itu roboh. Pecahan kaca dan kayu berhamburan di lantai.Orang-orang di sekitar mereka mulai menjauh, menghindari puing-puing yang beterbangan. Suara barang-barang pecah dan keributan menyebar di seluruh klub, menciptakan kekacauan yang tak
Malam itu, kapal pesiar berubah menjadi panggung pesta yang gemerlap. Lampu-lampu berwarna-warni berkilauan menyinari dek kapal, menciptakan suasana yang seru dan menggairahkan. Musik menggema, mengundang para tamu untuk bergoyang seirama. Para wanita berbikini dan pria dengan gelas anggur di tangan mereka terus menikmati malam dengan penuh suka cita. Tawa dan percakapan riang mengisi udara malam yang hangat, sementara sampanye dan rokok menambah aroma khas pesta yang tak terlupakan. Leo, yang menjadi pusat perhatian, sesekali mengangkat gelasnya, memberikan toast untuk tahun-tahun yang akan datang, dikelilingi oleh teman-teman dan musik yang tak pernah berhenti. Di tengah kerumunan, Calista dan Leo, yang tengah merayakan ulang tahunnya, tampak asyik berjoget. Wanita itu , dalam balutan bikini yang mencolok, bergerak lincah mengikuti irama, tawa cerianya mengalir lepas, menambah kegembiraan malam itu. Seorang tamu pria, dengan gelas anggur di tangannya, mendekati Leo. “Leo, pes
Suara mesin kapal pesiar yang lembut hampir tak terdengar di tengah tawa, dentingan gelas, dan percakapan riuh yang memenuhi udara malam. Cahaya bulan memantul di permukaan laut yang tenang, memberikan kilauan perak pada kapal pesiar yang megah. Lampu kristal menggantung dari langit-langit, musik lembut mengalun di latar belakang, dan aroma cerutu mahal serta parfum mewah memenuhi udara.Dario yang baru saja tiba melewati Herley tanpa melihat pria itu. Begitu Dario masuk, kapal mulai berlabuh meninggalkan pelabuhan. Riuh suara wanita yang bergoyang membuat para pria sangat senang. Namun, Leo menyadari sesuatu hal sejak tadi. Matanya menyipit saat dia kembali melihat para wanita- wanitanya melirik ke arah bodyguard itu. Suasana hatinya semakin memburuk seiring berjalannya waktu, rasa asam mulai muncul di mulutnya. Dia terbiasa menjadi pusat perhatian, sosok yang dikagumi dan diinginkan semua orang. Namun malam ini, di ulang tahunnya yang ke 35, seorang bodyguard biasa justru mencuri
Sorak sorai orang-orang bergema. Beradu dengan suara deburan ombak di tengah laut. Pro dan kontra akan aksi heroik Leo dan komplotan nya samar diterka. Semua orang di sana memakai topeng gengsi demi keuntungan pribadi semata. Leo, belum cukup puas dengan permainan yang ia ciptakan. Samudera luas menjadi saksi bisu kekejaman Leo yang berniat menghabisi Herley atas asas kedengkian saja. “Lihatlah, jagoan kita ini. Dia masih bertahan setelah aku memukul tubuhnya. Bahkan tongkat golf tidak mampu membuatnya tumbang! Apakah kau mau berlagak seperti batu karang yang sulit dihempaskan, hm?” ucap Leo tepat disaat komplotannya menyeret tubuh Herley ke bagian dek atas kapal. Angin laut berhembus kencang. Mengibarkan setiap helai pakaian orang-orang yang ikut menyaksikan momen menegangkan ini. Leo mendekati Herley. Air muka tak terbaca, sorot matanya dingin, dan mulut Herley masih terkatup rapat. Seolah enggan menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Di sisi dek yang lain, Dario tersenyum puas
Pengawal yang bertugas mengikat Herley mengangguk, menarik tali dengan keras hingga tubuh Herley terjepit. Dario mengamati hasilnya dan tersenyum puas. "Bagus, sekarang kau benar-benar tidak bisa ke mana-mana," ujar Dario, nadanya mengejek. "Tapi aku penasaran, Herley. Apakah kau masih akan diam seperti patung ketika kau tahu nasib buruk apa yang menantimu?"Herley tetap tidak menjawab, hanya menatap Dario dengan pandangan yang tidak terbaca. Hal itu hanya membuat Dario semakin jengkel."Diam saja, huh? Baiklah, mari kita lihat seberapa lama kau bisa bertahan," kata Dario sambil melangkah mundur. "Mulai sekarang, kau adalah mainan kami. Dan kami akan menikmati setiap detik dari permainan ini."Leo mengangkat tangannya, mengisyaratkan para tamu untuk memperhatikan. "Ayo, kawan-kawan! Pertunjukan baru saja dimulai! Jangan ragu untuk memberi saran tentang cara terbaik untuk membuatnya menderita. Ini adalah pesta kita, dan kita punya hak untuk bersenang-senang!"Kerumunan tamu mulai bers