Share

Bab 3: Kekuatan Herley

Leo tersentak, mencoba mengendalikan mobil yang mulai oleng. Herley, yang berdiri di tengah jembatan, merasakan angin kencang saat mobil mendekat dengan cepat. Refleksnya tajam; ia melompat ke samping dengan kelincahan yang luar biasa, menghindari tabrakan tepat pada waktunya.

Mobil sport itu bergoyang keras, hampir menabrak pembatas jembatan sebelum Leo berhasil mengendalikannya kembali. Mobil berhenti dengan berdecit tajam, hanya beberapa meter dari tempat Herley berdiri.

Leo dan wanita itu terengah-engah, jantung mereka berdebar kencang. "Apa yang baru saja terjadi?" Leo memandang ke arah Herley dengan mata terbelalak. "Siapa pria itu?"

Wanita itu masih terguncang, tetapi tatapannya mengarah ke Herley dengan rasa ingin tahu yang bercampur ketakutan. "Aku tidak tahu, tapi dia terlihat seperti... dari dunia lain."

Herley menatap mereka dengan pandangan tajam, mencoba memahami situasi yang aneh ini. Tetapi instingnya mengatakan bahwa mereka mungkin bisa membantunya memahami dunia baru ini.

Tiba-tiba, Leo tanpa sengaja menginjak pedal gas dengan kuat. Mobil melaju cepat ke depan, membuat setengah badannya berada di luar jalan, dan sebagian besar mobil hampir jatuh ke laut lepas.

"Leo! Apa yang kamu lakukan?" wanita itu berteriak panik, memegang erat-erat dashboard mobil.

"Astaga, aku tidak sengaja!" Leo mencoba mengendalikan mobil, tapi semakin panik, semakin sulit baginya untuk berpikir jernih. "Kita akan jatuh!"

"Apa? Aku tidak mau, selamatkan aku!" teriak wanita itu semakin panik. "Leo, cepat lakukan sesuatu!"

"Apa kau tidak lihat aku sudah berusaha? Diamlah!" Leo balas berteriak, nadanya frustasi dan penuh kecemasan. "Fuck!"

Leo mencoba melajukan mobilnya ke belakang, namun ban mobil tiba-tiba turun dari tepi jalan, membuat mereka berdua berteriak ketakutan. 

AAAKKKHHHHHHHHH! 

"Leo, kita akan mati!" wanita itu menjerit, air mata mengalir di wajahnya. 

"Pegang yang erat!" Leo berteriak, napasnya tersengal-sengal. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi!"

"Kita tidak bisa keluar dari sini! Kita akan jatuh!" wanita itu menjerit lagi, menggenggam tangan Leo erat-erat.

"Aku berusaha! Tenang saja!" Leo mencoba menenangkan wanita itu, tapi suaranya penuh dengan ketakutan. "Kita akan baik-baik saja!"

Herley melihat situasi berbahaya itu dan tanpa ragu berlari ke arah mobil. Dengan kekuatan luar biasa yang dimilikinya sebagai seorang raja perkasa di zamannya, ia menempatkan dirinya di belakang mobil dan mulai mendorongnya dengan sekuat tenaga.

"Apa yang dia lakukan?" wanita itu berteriak lagi, matanya melebar melihat Herley yang berusaha menyelamatkan mereka. "Dia tidak mungkin bisa mengangkat mobil ini!"

"Apa dia akan mendorong kita?" Leo semakin panik. 

"Tidak! Aku tidak ingin mati, Aku tidak ingin mati!" teriak wanita itu. 

Leo melihat ke arah Herley, "Pegang yang erat!" Leo berteriak, mencoba membantu dengan mengarahkan kemudi mobil kembali ke jalur.

Herley, dengan kekuatan yang tampaknya melebihi manusia biasa, mengerahkan seluruh tenaganya. Tangan-tangannya yang kokoh memegang bagian belakang mobil, dan dengan satu dorongan yang kuat, mobil itu mulai bergerak mundur. Tampaknya mobil itu ringan baginya, seperti mainan. Dalam hitungan detik, Herley telah memindahkan mobil itu kembali ke jalan yang aman, jauh dari tepi jembatan.

Wanita itu menatap Herley dengan mulut ternganga. "Bagaimana... bagaimana dia bisa melakukan itu?"

Leo keluar dari mobil dengan tangan gemetar. "Kau... kau benar-benar menyelamatkan kami. Siapa kau sebenarnya?"

Herley hanya mengangguk, napasnya tetap tenang meski baru saja mengerahkan kekuatan besar. "Namaku Herley." Herley bingung, meskipun dia tidak mengingat tentang dirinya, namun nama Herley spontan keluar dari mulutnya. 

Leo masih terlihat terguncang, tetapi rasa ingin tahunya melebihi ketakutannya. "Sebenarnya, dari mana asalmu? Bagaimana kau bisa begitu kuat?"

Herley mengerutkan kening, mencoba mengingat sesuatu, apa pun. Namun, pikirannya kosong. "Aku... aku tidak tahu. Tempat asalku... rumahku... keluargaku... semuanya kabur. Aku hanya ingat namaku, tapi tidak yakin apakah itu memang namaku?" 

Wanita itu mendekat dengan hati-hati, rasa penasaran mengalahkan ketakutannya. "Bagaimana bisa kau tidak ingat apa-apa? Apakah kau mengalami kecelakaan atau sesuatu?"

Herley menggeleng pelan, matanya menatap ke kejauhan seolah mencoba menangkap bayangan yang hilang. "Aku tidak tahu!" 

Leo mengerutkan kening, mencoba menyembunyikan ketidakpercayaannya. "Dia tidak tahu siapa dirinya. Bagaimana bisa kita mempercayainya?" bisiknya kepada wanita di sebelahnya.

Wanita itu memandang Herley dengan simpati. "Dia menyelamatkan kita. Kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja."

"Dia mungkin gila," balas Leo dengan nada rendah namun tegas. "Kita tidak tahu siapa dia atau dari mana asalnya."

"Tidak, dia tidak gila." Wanita itu menggeleng, tatapannya penuh keyakinan. "Kau tidak merasakannya? Ada sesuatu yang istimewa tentang dia."

Leo menatap wanita itu dengan frustrasi. "Apa kau mengatakan itu karena melihat wajahnya yang tampan? Jangan biarkan penampilannya membutakanmu."

Wanita itu menatap Leo tajam. "Ini bukan tentang penampilannya. Ini tentang fakta bahwa dia menyelamatkan kita tanpa ragu, tanpa berpikir dua kali. Bagaimana bisa kau begitu cepat menghakimi seseorang yang baru saja menyelamatkan nyawa kita?"

Herley, yang mendengar percakapan mereka tidak ambil pusing, dia berbalik dan akan pergi. 

"Tunggu!" Wanita yang bernama Calista memanggilnya. "Kemana kamu akan pergi?" tanyanya khawatir. 

"Aku mengikuti langkahku!"

"Tapi jembatan ini masih panjang, kau tidak akan menemukan perumahan di sekitar sini," Calista menatap Leo untuk memberikan Herley tumpangan. 

Namun, pria itu mendengus. "Kamu yang ingin tinggal di jembatan ini dan memberikan tempat dudukmu pada pria ini? Atau Aku yang harus tinggal di jembatan ini dan memberikan kursiku pada pria ini?" 

Calista tertegun, mobil yang mereka tumpangi memang hanya ada dua kursi saja. "Kalau begitu berikan dia uang. Ucapan terima kasih saja tidak mampu kau berikan. Pria ini sudah menyelamatkanmu, kamu harus ingat itu!" 

Leo tidak ingin memperpanjang masalah, dia menuju mobil dan mengambil dompetnya. "Aku tidak punya tunai," dia masih melihat dompetnya, black card tersusun rapi. 

"Satu black card itu tidak akan mengurangi kekayaanmu," sindir Calista. 

"Dan satu black card ini mampu menghidupimu dan memberimu tempat tinggal mewah," lanjut Leo yang merasa enggan memberikan black card_nya pada Herley. 

Calista dengan cepat menarik black card itu dari tangan Leo dan memberinya pada Herley, "jika kamu menemukan toko pakaian, belilah dan ganti pakaianmu. Kartu ini juga bisa kamu gunakan untuk menginap di hotel atau membeli rumah. Gunakan dengan baik!" 

Herley menatap benda itu, "tidak perlu!" 

Leo membelalakan matanya karena terkejut, "kau menolaknya?" Pria itu menyeringai tak percaya, "Kau pasti bercanda. Siapa yang menolak kesempatan seperti ini?"

Herley tetap tenang. "Aku tidak membutuhkan itu. Aku hanya membutuhkan jawaban."

Leo tertawa sinis. "Jawaban? Kau pikir jawaban akan memberi makanmu atau memberikan tempat untuk tidur? Dunia ini keras, Man."

Calista menatap Leo dengan cemoohan. "Dan dunia ini membutuhkan lebih banyak orang seperti Herley, yang mau membantu tanpa pamrih."

Leo memutar matanya, tidak ada gunanya berdebat lebih lama. 

"Herley, jawaban apa yang kamu butuhkan?" Calista bertanya dengan lembut seakan ingin menolong pria itu. 

"Siapa diriku?" 

Leo, yang mulai kehilangan kesabaran, memutar matanya dan mengejek, "Mana aku tahu siapa dirimu? Aku hanya ingin pergi dari sini."

Calista menoleh pada Leo dengan tatapan tegas. "Leo, jangan bersikap kasar!" ucapnya lalu memandang Herley dengan empati. "Jawaban itu mungkin tidak akan datang dengan mudah. Tapi, apapun yang kamu cari, ingatlah bahwa perjalanan ini bisa membantu kamu menemukan siapa dirimu sebenarnya. Terkadang, kita harus melawan ketidakpastian untuk memahami diri kita sendiri."

Leo mendengus, tampak kesal, "bisa kita pulang sekarang?" 

Sebelum pergi, Calista dengan cepat mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan menyerahkannya kepada Herley. "Ini untukmu. Mungkin bisa membantumu, gunakan itu untuk mengganti pakaianmu. Dan ini," ia menambahkan sambil menyerahkan kartu nama. "Kartu namaku. Jika kamu membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk menghubungiku."

Herley menerima uang dan kartu nama itu dengan hati-hati. "Terima kasih. Aku akan mengingat tawaranmu."

Leo mendorong Calista untuk segera pergi. "Kita pergi sekarang! Aku tidak suka dengannya!" ucap pria itu saat memasuki mobilnya. 

Leo mencibir, "Dia bilang lupa siapa dirinya, tapi sebenarnya dia hanya bermain drama. Menolak black card yang kuberikan, tapi malah menerima uang dan kartu nama? Itu seperti menolak permata berharga hanya untuk mengumpulkan kerikil."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ms. Crab
gimana kabarnya Elara
goodnovel comment avatar
Mmhddarul aqsa30
Seru, lanjut min
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status