Share

6

Niko duduk di kursi empuk di kantornya, memandang tumpukan dokumen yang ada di meja. Dia adalah wakil manajer di perusahaan milik ayah mertuanya, tapi dia lebih sering memanfaatkan posisinya untuk kepentingan pribadi daripada menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh.

Padahal, dulu saat masih berstatus mahasiswa dia adalah orang yang ulet dan pekerja keras, tetapi setelah masuk ke dunia kerja, semuanya berubah. Entah karena itu memang sifat aslinya atau karena jabatan dan uang mengubah hidupnya. Niko beranggapan bahwa perusahaan ini membutuhkannya dan apa pun yang dilakukannya, tak akan mempengaruhi posisinya.

Pintu ruangannya terbuka pelan dan seorang gadis berusia dua puluh tahunan masuk dengan membawa laporan yang diminta oleh Niko. Aroma parfum floral yang dikenakan gadis itu segera memenuhi ruangan, membuat Niko menyeringai tipis.

“Pak Niko, ini laporan yang Bapak minta,” katanya dengan suara lembut sambil menyerahkan berkas tersebut.

Niko menatap gadis itu dengan senyum penuh arti. Floren, dengan kecantikan yang masih segar, mengingatkannya pada masa-masa kuliah dulu dan juga saat awal bertemu dengan istrinya.

Sayangnya, sekarang istrinya tak lagi segar seperti Florem melainkan sudah swpwrti bunga yang layu setelah dipetik.

“Terima kasih, Flo. Kamu benar-benar cepat belajar,” puji Niko sambil menerima laporan itu.

Floren tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca seolah dia baru saja memenangkan jackpot. "Semua ini berkat bimbingan Pak Niko. Makanya saya jadi cepat belajar."

Niko berdiri dari kursinya, berjalan mengitari meja, lalu berdiri di samping Floren. “Apa sih yang tidak untuk gadis manis sepertimu," ucap Niko sambil meraih rambut panjang Floren lalu mengendusnya dalam-dalam.

"Pak Niko ada waktu malam ini? Bagaimana kalau kita pergi dinner?" tanya gadis itu dengan pandangan yang intens.

Niko tersenyum kecil, meletakkan tangannya di bahu Floren. "Tentu saja. Mau makan malam di restoran atau di apartemenmu seperti biasa?"

Gadis itu mendekatkan bibirnya ke telinga Niko dan berbisik, "Bagaimana kalau di restoran, setelah itu kita pulang ke apartemen?"

"Ide yang bagus," balas Niko yang ikut berbisik, lalu meraih pinggang gadis itu agar menempel pada tubuhnya. Hawa panas dari tubuh Floren terasa di kulitnya, memicu hasrat yang sudah lama dipendam.

Untuk sesaat mereka hanya saling pandang dengan napas yang semakin berat. Floren menggigit bibirnya sedikit, memberikan isyarat yang tak mungkin diabaikan. Tanpa menunggu lebih lama, Niko menundukkan wajahnya dan bibir mereka pun bertemu dalam ciuman yang penuh gairah.

Niko sedang asyik bercumbu dengan Floren di sudut ruang kantornya langsung mematung saat tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Kedua tubuh yang semula saling melekat itu segera terpisah dengan cepat.

"Sialan! Siapa sih yang datang saat penting begini?" gerutu Niko kesal.

"Tunggu sebentar, Sayang," bisik Niko tergesa-gesa dengan wajahnya berubah pucat.

Floren buru-buru merapikan bajunya yang sedikit berantakan, sambil menahan napas. Ia berharap tidak ada yang melihat keadaan mereka barusan.

Niko, sambil merapikan dasinya dan menarik napas panjang untuk menenangkan diri, berjalan ke arah pintu.

Saat pintu dibuka, wajah Niko langsung berubah lega ketika melihat siapa yang datang. Itu hanya salah satu staf biasa yang mengantarkan dokumen lainnya.

"Maaf mengganggu, Pak. Ini laporan tambahan yang diminta oleh Bu Lika kemarin. Katanya serahkan saja pada Pak Niko untuk diperiksa," kata staf tersebut dengan nada datar.

Niko mengambil dokumen itu sambil memaksakan senyum. "Terima kasih," jawab Niko mengambil dokumen itu dari tangan bawahannya.

Staf tersebut mengangguk, sedikit curiga melihat ekspresi Niko yang tampak tegang. Namun, dia tidak berkomentar apa pun dan segera pergi. Setelah pintu tertutup, Niko menoleh ke arah Floren yang masih berdiri di sudut ruangan, matanya memancarkan campuran perasaan lega dan kegelisahan.

"Astaga, hampir saja," desis Floren sambil merapikan rambutnya sekali lagi.

"Sekarang keluarlah, Sayang. Orang-orang akan curiga kalau kamu terlalu lama di sini."

Floren tidak membantah. Sekali lagi dia memagut bibir pria itu dan memeluknya dengan erat sebelum keluar dari ruangan Niko.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status