Share

7

Floren melangkah kembali ke mejanya dengan hati-hati, menjaga agar ekspresinya tetap tenang seolah tidak ada yang terjadi. Dia tidak ingin rekan-rekannya mencurigai apa pun. Begitu sampai di mejanya, dia langsung menyalakan komputer dan mulai mengetik, mencoba terlihat sibuk.

“Flo, kenapa lama sekali di ruang Pak Niko tadi?” tanya Gigi, teman sekantornya yang duduk di sebelahnya.

Mereka adalah sama-sama anak magang yang sudah enam bulan berada di sini.

Gigi adalah tipe gadis yang selalu penasaran dengan hal-hal kecil dan kali ini tidak berbeda. “Aku kira kamu cuma mau kasih laporan, kok bisa lama banget?”

Floren tersenyum tipis, berusaha tetap tenang.

“Oh, tadi aku langsung ke toilet setelah itu. Sempat antre sedikit di sana,” jawabnya dengan santai. Dia berharap alasan itu cukup untuk menghentikan rasa penasaran Gigi.

Namun, tak jauh dari mereka, Luna, seorang gadis yang juga bekerja di kantor itu, mendengar percakapan mereka. Ada sesuatu yang terasa janggal baginya. Barusan dia dari toilet, tapi dia tidak melihat siapa pun di sana, kecuali dirinya sendiri. Luna tidak langsung mengatakan apa-apa, tapi pikirannya mulai bekerja, mencoba menghubungkan titik-titik yang terasa tidak sinkron.

Gigi, yang tampaknya puas dengan jawaban Floren, hanya mengangguk. “Oh, begitu. Kupikir ada yang terjadi. Kamu tahu, rumor tentang Pak Niko dan pegawai wanita di sini sering banget beredar,” ujarnya sambil terkekeh.

Floren hanya tertawa kecil dan kembali fokus pada komputernya, meskipun dalam hati dia merasa sedikit gugup. Dia tahu bahwa dia harus lebih berhati-hati mulai sekarang. Sementara itu, Luna hanya mengangkat alis dan berpikir, ‘Ada yang nggak beres di sini'.

***

Setelah percakapan dengan Floren selesai, Niko kembali ke mejanya, tapi pikirannya masih sedikit terbagi antara pekerjaannya dan Floren. Namun, dia segera tersadar ketika pintu kantornya diketuk lagi, kali ini lebih tegas. Lika, manajer yang bertanggung jawab penuh atas operasional kantor dan juga teman dekat Adel, muncul di depan pintu dengan raut wajah serius.

"Niko, aku butuh kamu segera mengganti laporan penjualan yang kamu berikan kemarin," kata Lika tanpa basa-basi, berjalan langsung ke meja Niko sambil menyerahkan beberapa berkas.

Niko mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan nada mendesak dari Lika. "Ganti laporan? Apa ada masalah?" tanyanya, mencoba bersikap tenang meski sedikit terganggu.

"Ya, ada beberapa kesalahan dalam angka-angka yang kamu masukkan. Aku tidak mau laporan yang kita serahkan ke pusat nanti berantakan karena kesalahan ini," jawab Lika tegas, matanya menatap Niko dengan tajam.

Niko menghela napas, merasa sedikit tersudut, tetapi dia mengangguk. "Baiklah, aku akan memperbaikinya," jawabnya, berusaha menjaga nada suara yang tetap netral.

Lika yang memang sangat profesional, segera beralih ke hal lain. "Selain itu, aku juga butuh laporan evaluasi untuk anak-anak magang. Ini sudah genap enam bulan dan kita harus segera memutuskan siapa yang akan diangkat menjadi karyawan tetap. Aku butuh laporan detail tentang Floren, Gigi, dan Luna."

Niko sedikit terkejut mendengar permintaan itu. Dia belum sempat mempersiapkan laporan tersebut, tetapi dia sudah punya daftar nama siapa yang akan dijadikan karyawan tetap.

"Tentu, saya akan segera menyusun laporan mereka," jawab Niko, mencoba menutupi kegelisahannya.

Lika mengangguk, merasa tidak ada yang janggal. "Pastikan kamu menyelesaikannya secepat mungkin. Aku ingin laporan itu di mejaku sebelum akhir minggu ini. Ini penting untuk kelancaran evaluasi."

Setelah Lika pergi, Niko merasa sedikit lega karena tak perlu lagienerima tatapan Lika yang tajam.

Dia menari napas dalam-dalam lalu kembali duduk di kursinya.

"Entah kenapa aku merasa wanita itu tidak menyukaiku," gerutu Niko sambil melirik jam di tangannya. Rasanya dia ingin segera pulang dan bermesraan dengan Floren untuk menghilangkan kepenatan dalam pikirannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status