Old Colony

Old Colony

last updateLast Updated : 2022-01-14
By:  Laksana Juang  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
30Chapters
2.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Mikky pindah apartemen karena putus dengan pacarnya. Pada awalnya Mikky bisa menikmati suasana baru, tetapi secara perlahan muncul keanehan-keanehan. Seorang pria besar bernama Tod Horgan muncul dan tiba-tiba menyuruhnya untuk tidak mendekati seorang gadis yang tinggal di apartemen sebelah. Gadis itu bernama Wendy Orsey. Lalu setelah Mikky melihat Tod di taman pada suatu malam dengan Wendy Orsey, lelaki itu menghilang. Seorang gadis Asia bernama Yui muncul dan mengaku sebagai tunangan Tod. Apartemen Mikky sering sekali mati lampu. Berulangkali ia meminta Nelson si penjaga malam mengurus listri yang rusak, tetapi tak kunjung selesai. Karena kesal, Mikky menghubungi sendiri pengelola. Namun, apa yang didapatkannya, nomor yang dihubungi Mikky malah terhubung ke kantor seorang pengacara tua. Awalnya Mikky tak percaya, tetapi setelah sampai di tempat tersebut, ia menyadari bahwa agen yang mengurusi penyewaan apartemennya bermasalah. Benjamin, si pengacara tua, dengan baik hati menawarkan bantuannya untuk melakukan penyeledikan. Fakta yang ditemukan Benjamin sangat mencengangkan. Mikky tidak benar-benar pindah karena kemauan dia sendiri. Seluruh hidupnya telah diatur. Hidupnya sekarang berkaitan dengan Wendy Orsey, Nelson, dan juga Yui. Mikky secepatnya harus menyelesaikan masalahnya sebelum berakhir seperti Tod Horgan.

View More

Latest chapter

Free Preview

Chapter 1

Suara guntur yang menggelegar membuatku terburu-buru. Hujan sebentar lagi turun. Aku masih harus berbelok sekali lagi untuk meninggalkan Dorchester Street menuju Old Colony Avenue. Meskipun belum pukul tujuh, langit telah sangat gelap. Mendung begitu tebal. Aku tidak ingin kotak yang aku bawa basah kuyup. Kotak itu berisi beberpa hal: foto Catherine dalam pigura, sebuah album kecil, cincin pertunangan, surat terakhir darinya yang diketik dengan komputer, dan beberapa pernak-pernik lain. Seharusnya, aku membuangnya bukan malah menyimpannya bila berniat melupakan mantanku itu. Melakukannya memang tidak semudah menyadarinya. Kotak itu bertengger di bangku samping kemudi. Ia seolah-olah menatapku menyetir seperti yang biasa Catherine lakukan. Bedanya kotak itu sangat pendiam sedangkan Catherine tidak. Ia pasti akan melotarkan sesuatu saat melihat langit semendung ini—kalimat yang romantis sekaligus puitis. Mungkin saja ia akan melukiskan bagaimana orang India m

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Binar Senja
mencari cerita ini ke sana ke mari, ketemu di sini....
2022-01-15 13:56:42
1
30 Chapters

Chapter 1

Suara guntur yang menggelegar membuatku terburu-buru. Hujan sebentar lagi turun. Aku masih harus berbelok sekali lagi untuk meninggalkan Dorchester Street menuju Old Colony Avenue. Meskipun belum pukul tujuh, langit telah sangat gelap. Mendung begitu tebal. Aku tidak ingin kotak yang aku bawa basah kuyup. Kotak itu berisi beberpa hal: foto Catherine dalam pigura, sebuah album kecil, cincin pertunangan, surat terakhir darinya yang diketik dengan komputer, dan beberapa pernak-pernik lain. Seharusnya, aku membuangnya bukan malah menyimpannya bila berniat melupakan mantanku itu. Melakukannya memang tidak semudah menyadarinya. Kotak itu bertengger di bangku samping kemudi. Ia seolah-olah menatapku menyetir seperti yang biasa Catherine lakukan. Bedanya kotak itu sangat pendiam sedangkan Catherine tidak. Ia pasti akan melotarkan sesuatu saat melihat langit semendung ini—kalimat yang romantis sekaligus puitis. Mungkin saja ia akan melukiskan bagaimana orang India m
Read more

Chapter 2

Sudah seminggu aku pindah ke apartemen baru. Dan aku rasa, aku cukup nyaman meskipun aku menemukan satu fakta baru bahwa apartemenku tidak memiliki sistem peredam suara yang cukup memadai. Pria tinggi yang aku temui saat pindah, berisik bukan main apalagi saat akhir pekan. Selain hal itu, aku sudah mulai terbiasa menemukan Nelson dengan mata setengah terpejam di konternya setiap kali aku pulang larut malam. Aku tidak akan menyalahkannya meskipun ia tertidur di jam jaga. Perampok tidak mungkin memasuki gedung tua ini. Mau mencuri apa? Kalau dipikir-pikir, apartemen ini cenderung aneh. Pengelola hanya menempatkan penjaga saat malam hari. Itu pun hanya satu penjaga tua. Mungkin pengelola begitu percaya diri dengan keamanan lingkungan di sini sehingga hanya menempatkan Nelson seorang.Malam ini, lagi-lagi, aku menemukan Nelson di konternya dengan posisi kepala yang merentang jauh ke puncak kursi dan kedua tangannya bertaut satu dengan lainnya di atas per
Read more

Chapter 3

Aku sudah mengatakan bahwa masalah di apartemen ini adalah lampunya. Satu minggu yang lalu aku pulang agak larut. Saat berjalan di sepanjang lorong dengan lampu yang terus berkedip-kedip—jarak antara lift dan kondoku cukup jauh: dari ujung satu ke ujung lainnya—aku seperti melihat siluet seorang gadis berdiri di depan pintuku. Anehnya, saat sampai di depan pintu aku tidak menemukan siapa-siapa. Esok malamnya aku meminta Nelson untuk memeriksa seluruh lampu di selasar lantai lima. Aku sungguh terkejut saat ia mengatakan bahwa seluruh lampu di sana baik-baik saja. Bagaimana bisa?Pada malam yang lain—lagi-lagi saat pulang larut—lagi-lagi aku menemukan kejanggalan. Lampu lorong berkedip-kedip dan aku merasa seseorang sedang mengawasiku. Aku seperti mendengar seseorang berjalan dengan langkah menyeret di belakangku. Akan tetapi, saat menengok, aku tidak menemukan siapa-siapa. Esok malam setelah kejadian itu, lagi-lagi aku meminta Nelson untuk memeriksa lam
Read more

Chapter 4

Aku berusaha mati-matian agar mataku memejam, tetapi tidak berhasil. Padahal, seluruh sendiku terasa berkarat: rasanya pegal dan letih. Akan tetapi, hingga beberapa jam setelah masuk ke kamar, aku masih terjaga.Menyebalkan sekali.Untunglah besok akhir pekan. Tidak masalah kalau aku harus bergadang malam ini. Aku bisa membalaskan dendamku esok siang. Namun, aku tetap berharap bisa tidur sejenak.Setelah memutuskan keluar kamar, aku berpikir sekaleng bir sepertinya ide yang bagus. Siapa tahu alkohol bisa membuatku rileks dan mengudang rasa kantuk. Aku mengambil sekaleng bir di kulkas lalu melangkah menuju jendela yang mengarah ke taman. Kemudian, menyandarkan bahuku di dinding samping jendela sambil memandangi mainan anak-anak di taman itu.Mataku tak bisa lepas dari bangku taman. Tod dan teman wanitanya duduk di sana sebelum menghilang. Rasa penasaran pada wanita yang bersamanya diam-diam memenuhi pikiranku. Aku tidak sempat melihat wajahnya dengan jelas
Read more

Chapter 5

Tentu saja aku tidak langsung membuka pintu. Nelson mungkin berpikir aku seperti tokoh-tokoh bodoh dalam film murahan yang ditontonnya. Apa pria tua itu tidak tahu gunanya lobang intip pada pintu? Tentu saja aku akan memastikan terlebih dahulu bahwa sesuatu yang menungguku di balik pintu bukanlah sesuatu yang berbahaya. Ayahku selalu mengingatkan kami—anak-anaknya—untuk mengutamakan keselamatan. Safety First.Aku mengintip melalui lubang kecil itu dan melihat seorang wanita sedang berdiri di sana. Aku lumayan terkejut. Seorang wanita muda di jam tiga dini hari berdiri di pintu apartemenku. Wanita itu agak pendek, mengenakan hoodie biru muda yang dibiarkan terbuka dengan t-shirt putih. Lampu lorong di atas pintuku yang berkedip-kedip memperlihatkan wajah orientalnya. Gadis Asia rupanya. Wajahnya menoleh ke kiri dan ke kanan dengan raut cemas.Ia mengetuk pintu kembali. Kali ini dengan lebih cepat dan keras. Seorang gadis berwajah o
Read more

Chapter 6

Aku bangun terlalu siang. Weker di samping tempat tidurku menunjukkan pukul dua. Kepalaku berdenyut-denyut, seolah-olah seribu paku kecil menusuknya bersamaan, Aku membuka laci di samping kasur, mengambil sebutir aspirin, lalu langsung menelannya. Semoga obat itu bisa meredakan sakit kepalaku dengan cepat.Dengan gontai aku berjalan menuju pintu dan agak terkejut karena pintu ternyata terkunci. Aku termenung sejenak sebelum mengingat bahwa tadi malam aku mengunci pintu kamar ini. Seorang gadis asing menginap. Namun, ketika membayangkan orang asing yang aku maksudkan dan menyadari bahwa aku bisa melewati malam dengan aman, aku merasa seperti pria bodoh. Tadi malam—mengunci pintu kamar—aku anggap sebagai keputusan yang tepat. Mungkin aku bisa mengelak dengan mengatakan bahwa seorang wanita yang tidak aku kenal berada di luar kamarku dengan koper besar yang aku tidak tahu apa isinya. Tubuh Yui memang kecil tapi aku tidak ingin menebak benda yang dibawanya di dalam ko
Read more

Chapter 7

Aku menemukan Yui sedang menonton televisi. Matanya terpaku pada layar sehingga ia tidak sadar bahwa aku telah kembali. Ia menonton sebuah siaran tunda yang disiarkan secara langsung minggu sebelumnya. Aku mengetahuinya setelah melihat tulisan kecil di sisi kanan layar. Acara itu akan kembali disiarkan langsung malam ini. Aku yakin, itu bagian dari strategi mereka agar penonton bisa mengingat episode sebelumnya. Hanya saja, acara yang disaksikan Yui termasuk acara tua.Vernors dan program televisi lama, selera Yui bertolak belakang dengan penampilannya. Seperti halnya kebanyakan Asia, Yui terlihat lebih muda dari usianya. Aku melihatnya seperti remaja belasan tahun. Apalagi sekarang, ia menggunakan tangtop dan hotpants.Kulit orang eropa berwarna putih kemerahan seperti daging ayam sedangkan kulit Yui seperti daging ayam yang telah dilumuri madu sehingga terlihat sangat halus dan bercahaya:: putih, agak merah, dan agak keemasan. Tubuh Yui kecil, tapi padat. Ra
Read more

Chapter 8

Mataku langsung silau. Ternyata, tadi malam aku lupa mematikan lampu kamar. Butuh sedikit waktu agar mataku bisa menyesuikan suasana. Kepalaku agak pusing. Aku rasa kali ini bukan karena kurang tidur seperti kemarin, tetapi karena alkohol. Aku dan Yui minum bir terlalu banyak.Aku baru menyadari bahwa aku tidur di pinggir ranjang. Biasanya aku tidur di tengah-tengah. Ketika melihat benda-benda yang tergeletak di lantai kamar, aku langsung mengingat apa yang terjadi tadi malam. Ah, sialan! Ini akan menjadi lebih rumit!Aku yakin, apa yang terjadi antara aku dan Yui tadi malam karena alkohol, rasa sedih, dan perasaan senasib. Tiga hal itu bercampur menjadi satu menciptakan suasana yang melankolis sehingga membuat kami berdua tidak bisa mengendalikan diri. Namun, tetap saja rasanya salah.Senin besok saat aku bercerita pada David, pria itu pasti tidak akan percaya dengan apa yang aku lakukan. Ia pasti akan menyebutku bodoh. Lalu, apa kira-kira yang akan terjadi pad
Read more

Chapter 9

“Bukankah itu bagus? Kau harus cepat-cepat move on,” kata David ketika melihatku masuk ke dalam ruang rapat, lalu menyambar paper cup berisi kopi yang aku sodorkan padanya. Ia menyeruputnya sedikit dan wajahnya langsung berubah. “Ini pahit sekali, Mikky. Apa negara ini sudah kehabisan gula?”“Tidak. Aku hanya menolong istrimu.” Aku menarik kursi di sampingnya. “Kau juga harus mengurangi donat-donat itu.” Di samping laptop David terdapat sebuah kotak kecil berisi donat. Seperti halnya dengan Watson, David mengalami sedikit obesitas. Ia suka sekali dengan gula.“Sekarang kau terdengar seperti Anne,” ujarnya lirih.David adalah sahabatku sejak kami masuk bersama di MollenLowe empat tahun yang lalu. Pria itu lulus dari Universitas Boston sedangkan aku dari Ann Arbor, Universitas Michigan. Aku mengambil jurusan periklanan sedangkan David komunikasi. Kami adalah duo maut di kantor ini, setid
Read more

Chapter 10

Awalnya aku tidak terlalu memikirkan kejadian-kejadian yang aku alami. Meskipun merasakan kejanggalan, aku tidak terlalu khawatir. Namun, pendapat David dan fakta yang aku dapatkan siang itu cukup membuatku berpikir kembali. Apa yang terjadi jika aku ditipu? Aku sudah mengecek beberapa hal sebelum memutuskan untuk pindah apartemen. Aku pikir semuanya baik-baik saja. Nyonya Borden terlihat begitu alami.Aku menyangka Nyonya Borden orang lokal. Ia terlihat sangat Irlandia seperti halnya Tod. Rambutnya agak kemerahan dengan tulang hidung yang tegas. Rahangnya lancip dan tubuhnya cukup jangkung. Ia memiliki mata hijau yang unik. Sebenarnya wanita itu cukup menarik. Gaya bicaranya juga teratur dan mampu menjelaskan detil dengan cepat dan singkat. Apalagi dengan balutan blazer hitam dengan rok pendek serta high heel yang sesuai dengan warna kulitnya. Ia sangat meyakinkan sebagai agen perumahan. Itulah kenapa aku masih mengingatnya hingga sekarang.Aku bahkan tidak b
Read more
DMCA.com Protection Status