Nature Squad

Nature Squad

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-11
Oleh:  seni_okt  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
10 Peringkat. 10 Ulasan-ulasan
56Bab
3.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sinopsis

Apa yang ada dibenakmu ketika mendengar kata Nature? Laut? Hujan? Gunung? Atau justru sebuah nama dari produk kecantikan? Namun, sayang sekali Nature di sini bukanlah tentang itu. Nature dalam cerita ini atau lebih tepatnya Nature Squad adalah sebuah nama dari para perkumpulan anak remaja SMA yang memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda. Sebut saja salah satu tokohnya Samudra. Seorang anak remaja kelas 2 SMA yang memiliki kepribadian ceria dan seperti tidak memiliki beban hidup. Dia jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri. Mungkin untuk sebagian orang itu adalah hal lumrah dan tidak akan berdampak apa-apa. Namun, bagaimana jika jatuh cinta adalah sesuatu yang dilarang untuknya? Jalan apa yang akan Samudra ambil? Apakah tetap mempertahankan perasaannya yang mungkin saja akan berakibat fatal untuknya, atau melepaskan perasaannya demi memiliki kesempatan hidup lebih lama?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1-Spidol Merah

"Aden nya belum pulang, Non," kata Teti, pekerja di rumah keluarga Aprilio, “mau nunggu di kamar aden saja?” "Tidak apa-apa Bi, aku tunggu di sini saja," balas Rain dengan ramah. "Non mau minum apa? Biar Bibi buatkan," tanyanya menawarkan barangkali gadis cantik itu haus atau menginginkan sesuatu. "Minuman paling sehat pastinya Bi," jawab Rain menjeda perkataannya, "air putih." Teti langsung mengangguk lalu setelah itu pergi ke dapur untuk membuatkan pesanan dari sahabat majikannya. Rain mendengkus seraya mengerucutkan bibirnya. Ya, gadis cantik itu saat ini berniat bercanda, tetapi nyatanya tidak berpengaruh apa-apa pada wanita setengah abad itu. "Menyebalkan. Sepertinya aku memang tidak berbakat ngelucu." Monolog gadis itu masih memasang wajah kesalnya. Beberapa menit kemudian Teti sudah kembali dengan membawa segelas air putih dan juga beberapa camilan. Mood gadis itu yang awalnya buruk tiba-tiba kembali baik setelah Teti me

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Kariani Sukadi
Aku mampir ya thor
2022-02-09 21:08:06
1
user avatar
Dede S
typo 🥲 you can do it
2021-08-10 13:21:56
0
user avatar
Dede S
you can di it!
2021-08-10 13:21:29
0
user avatar
youarestarsx
nice story thor, next ya!
2021-07-19 13:38:55
1
user avatar
Fitriani Nastar
Cerita kak Seni keren banget, sih. Ini gila bagus banget!!!❤️😆
2021-05-28 18:25:36
1
user avatar
Liliss354
Wahh semua cerita kakak menarik untuk dibaca😍 Semangat kakak, feedback ceritaku yang berjudul "Story of Kris & Liora" juga yah🥰
2021-05-22 12:20:09
1
user avatar
Ray Basil
Sukses selalu kk
2021-05-19 14:37:48
1
user avatar
Dede S
lanjutkan 👍
2021-05-17 13:11:24
1
user avatar
Al_lucard
Wah baca cerita ini berasa seperti kembali masa-masa kehidupan remaja. Ceritanya bagus dan alurnya menarik
2021-05-16 20:00:29
1
user avatar
amathiaston
ini pas bgt ama aku, aku punya shbt cwo, bisa dibilang friendzone aku. semangat kak nulisnya😃❤️
2021-05-16 19:10:55
1
56 Bab

Bab 1-Spidol Merah

"Aden nya belum pulang, Non," kata Teti, pekerja di rumah keluarga Aprilio, “mau nunggu di kamar aden saja?” "Tidak apa-apa Bi, aku tunggu di sini saja," balas Rain dengan ramah. "Non mau minum apa? Biar Bibi buatkan," tanyanya menawarkan barangkali gadis cantik itu haus atau menginginkan sesuatu. "Minuman paling sehat pastinya Bi," jawab Rain menjeda perkataannya, "air putih." Teti langsung mengangguk lalu setelah itu pergi ke dapur untuk membuatkan pesanan dari sahabat majikannya. Rain mendengkus seraya mengerucutkan bibirnya. Ya, gadis cantik itu saat ini berniat bercanda, tetapi nyatanya tidak berpengaruh apa-apa pada wanita setengah abad itu. "Menyebalkan. Sepertinya aku memang tidak berbakat ngelucu." Monolog gadis itu masih memasang wajah kesalnya. Beberapa menit kemudian Teti sudah kembali dengan membawa segelas air putih dan juga beberapa camilan. Mood gadis itu yang awalnya buruk tiba-tiba kembali baik setelah Teti me
Baca selengkapnya

Bab 2-It's okay to not be okay

Jam istirahat telah berbunyi, semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Ada yang pergi ke kelas gebetan, ada yang memilih pergi ke perpustakaan, ada yang memilih bergosip di kelas serta 90 persen pergi ke kantin untuk menenangkan cacing-cacing yang sudah berdemo di dalam perut, dan itu yang Nature Squad lakukan setiap jam istirahat." Bu, baksonya 5, es teh manisnya 5 jangan pakai es." Samudra sedang memesankan menu untuknya dan juga teman-temannya. "Maksudnya gimana?" tanya ibu kantin dengan ekspresi bingungnya. "Hmm sudah Bu, bakso sama teh manisnya 5," balas Bintang membenarkan pesanannya. Setelah mengerti dengan apa yang dipesan ibu kantin itu langsung pergi untuk membuatkan pesanan mereka. "Astaga parah banget ibu kantin saja dikerjain," lanjutnya, sedangkan Samudra hanya tertawa seperti biasanya. Ya, pemuda itu memang paling ceria dan seperti tidak memiliki beban hidup. Tampan, kaya, memiliki keluarga yang sangat
Baca selengkapnya

Bab 3-Aku anakmu

"Pekan depan Bintang diundang untuk mengisi acara di kafé Kenanga. Mama sama Papa datang, kan?" tanya Bintang kepada orang tuanya. "Pasti. Papa pasti datang dong," jawab Bram, ayahnya. "Mama datang, kan?" tanya Bintang pada ibunya yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, tidak memedulikan perbincangan antara suami dan anak laki-laki yang kini sedang menunggu jawaban darinya. "Bima, kamu dari mana saja? Apa kamu tidak melihat jam? Ini sudah larut malam," tanya Bram marah ketika melihat anak sulungnya baru pulang seraya menenteng jaket kulitnya. "Biasalah Pa, anak muda," jawab putra sulungnya itu dengan santai. "Kamu ini--" "Sudah sekarang kamu pergi mandi, ya," suruh Rita memotong ucapan suaminya. Wanita paruh baya itu selalu menjadi tameng untuk membela si sulung. "Bima! Papa belum selesai bicara," geram Bram ketika putra sulungnya malah naik ke atas. "Sudahlah Mas, Bima juga baru saja pulang," lerai sang istri.
Baca selengkapnya

Bab 4-Cemburu

Sudah menjadi rutinitas setiap jam istirahat anak-anak Nature Squad selalu berkumpul di kantin untuk berbagi cerita selama di kelas atau hanya sekadar untuk menyusun rencana sepulang sekolah. Sama halnya dengan hari ini, mereka berkumpul untuk membahas rencana selepas pulang sekolah nanti. "Nanti siang kumpul di rumahku, ok," ucap Dirgantara memulai pembicaraan. "Bahas apa nih? Jahat banget gak ngajak," kata Samudra yang entah muncul dari mana. "Ngapain ke sini?" tanya Bintang dengan ketus. "Ya ampun kalian masih marah?" Tanya pemuda itu seraya menempelkan kedua tangannya di pipi mulusnya serta memasang ekspresi sok terkejut. "Iya deh, sorry.” Lanjutnya seraya menatap satu persatu sahabatnya lalu menempelkan telapak tangannya, membuat gerakan seperti menyembah. "Dir," panggil Samudra. "Apa?" tanya Dirgantara masih bernada ketus. "Sorry," ucap Samudra dengan tulus. "hhh, Iya," jawab Dirgantara walaup
Baca selengkapnya

Bab 5-Tas little ponny

Haha ... Dirgantara tertawa ngakak melihat wajah kedua sahabatnya yang penuh dengan jepitan jemuran, sementara yang ditertawakan hanya mendengkus kesal. "Puas banget ketawanya, Bang Di," ujar Rain dari arah dapur. "Camilan hari ini bakso goreng ala Rain dan Sarah," lanjutnya sangat bangga dengan kreasi yang ia buat kali ini. Setelah menaruh piring dan gelas-gelas itu di meja, tawa Rain langsung menggelegar kala melihat wajah kedua sahabatnya yang sudah penuh dengan jepitan. Baik Samudra maupun Bintang hanya bisa mendengkus kesal menerima kekalahan. "Mainnya sudah dulu, sekarang ayo makan," perintah Rain sudah seperti seorang ibu yang mengingatkan anak-anaknya yang keasyikan bermain. Bintang membuang napasnya dengan sangat keras seraya melepaskan jepitan-jepitan yang masih menempel di wajahnya, begitupun dengan Samudra. Namun, pemuda itu dikejutkan dengan pergerakan Rain yang tiba-tiba duduk di sampingnya lalu mengulurkan tangan
Baca selengkapnya

Bab 6-Self-Injury

Baskara benar-benar terpukul dengan meninggalnya nenek tercinta, apalagi ia tidak diijinkan untuk sekadar mengantar neneknya ke peristirahatan terakhirnya. "Babas." Panggil Wina mengetuk pintu kokoh tersebut, "ada teman-teman kamu datang." "Gimana?" tanya Bintang berbisik karena tidak sabar ingin melihat kondisi sahabatnya yang terus mengurung diri di dalam kamar. "Dari semalam dia belum keluar-keluar kamar," jawab Wina tampak sangat khawatir dengan kondisi pemuda itu. "Babas." Kini Rain yang mencoba memanggilnya, tetapi hasilnya tetap sama, pemuda itu tidak mau keluar dari kamarnya bahkan tidak mengeluarkan sepatah katapun. "Bas, kamu harus makan, nanti kamu sakit." Wina kembali mengetuk pintu kamar dengan ketukan yang lebih keras dari sebelumnya. "Bas buka! Kamu tidak sendiri. Ada kita-kita yang selalu siap menjadi sandaran buatmu," seru Angkasa berusaha meyakinkan pemuda itu bahwa dia tidak sendiri. Sedangkan kondisi di dala
Baca selengkapnya

Bab 7-Khawatir

Sarah langsung pergi ke rumah sakit ketika mendapat kabar sepupunya masuk rumah sakit. Ia mempercepat langkahnya saat manik matanya melihat tantenya yang sedang duduk di depan ruang ICU. "Tante, Sam kenapa?" tanya Sarah. "Dia habis menerima panggilan dari Rain, tiba-tiba--" Wanita paruh baya itu bahkan tidak sanggup melanjutkan perkataannya. "Sa, Tante takut." Lanjutnya diiringi dengan isak tangis yang kembali pecah. Gadis itu hanya memeluk wanita itu untuk memberikannya kekuatan. Dewi langsung menghampiri Dokter Leon yang baru saja keluar dari ruang ICU, dia adalah dokter yang menangani Samudra selama ini, sekaligus kakak dari Sarah. Jadi, mereka masih satu keluarga besar. "Kondisinya masih sangat lemah dan belum sadarkan diri, tapi Tante jangan khawatir, Sam laki-laki yang kuat, dia tidak akan kalah hanya karena ini," tutur Dokter Leon menenangkan wanita yang sedang dilanda kecemasan itu. *** Baskara sudah di pindahkan ke rua
Baca selengkapnya

Bab 8-Kecurigaan

Keadaan Samudra sudah mulai membaik. Oleh karenanya pemuda itu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. "Sayang, yakin mau sekolah hari ini?" tanya Dewi khawatir ketika melihat putranya sudah siap dengan seragam sekolahnya. "Iya, Sam sudah ketinggalan banyak pelajaran Bun," jawabnya, "kalau kelamaan tidak masuk, nanti Sam jadi bodoh." Jujur, dia sangat merindukan para sahabatnya. Selama hampir satu minggu tidak mendengar dan tidak melihat kekonyolan mereka rasanya ada yang kurang. Pemuda itu juga rindu mengendarai motor kesayangannya. "Ya sudah, tunggu, Bunda bawa kunci mobil dulu." Pinta Dewi hendak mengambil kunci mobil yang tergantung di tempatnya. "Eh, mau ngapain?" tanya Samudra mengernyitkan kening. "Bunda mau antar kamu lah, apa lagi," jawab wanita itu gemas dengan sikap Samudra yang terlihat menggemaskan. "Jangan mulai Bun. Sam tidak suka Bunda memperlakukan Sam seperti anak kecil seperti ini." Pemuda itu mengerucutkan b
Baca selengkapnya

Bab 9-Sejarah

"Selamat siang anak-anak," sapa Bu Mita, guru Seni Budaya. "Siang, Bu," jawab mereka serempak. "Baik, materi kali ini tentang seni peran. Hari ini Ibu akan membagi kelompok, satu kelompok terdiri dari dua sampai tiga orang--" "Kelompoknya bebas atau ditentukan sama Ibu?" potong salah satu siswa di kelas XI IPA 1. Bu Mita mendengkus seraya menatap siswa yang memotong ucapannya itu, kesal karena sudah memotong perkataannya saat beliau masih menjelaskan. "Makanya jika Ibu sedang bicara jangan dulu disela. Untuk anggotanya Ibu yang akan menentukan. Di kotak ini sudah ada nomor kelompok, silakan kalian pilih dan bagi siapapun yang nomornya di panggil harap ke depan," jelas Bu Mita kembali serius. "Semoga aku bisa satu kelompok dengan Bintang," harap beberapa siswa di sana. Sementara para siswinya berharap bisa satu kelompok dengan Samudra, siswa yang dijuluki sebagai most wanted sekolah. "Semoga sama bebeb Sam
Baca selengkapnya

Bab 10-Sepupu gak ada akhlak

"Angka, tunggu!" Teriak Sarah sedikit berlari untuk mengejarnya sampai ke dekat parkiran. "Angkasa!" panggilnya lagi dengan penekanan berharap pemuda itu berhenti. "Apa?" sahut Angkasa sedater dan sedingin mungkin. "Kamu aneh," ujar gadis itu membuat pemuda itu menaikkan sebelah alisnya. “Maksudmu?” tanya pemuda itu. Kenapa kamu tidak pernah peka? Aku tuh suka sama kamu, Angka. Gadis itu mengerjap beberapa kali. "Ya, aneh. Kamu kan marahnya sama Sam, kenapa aku juga kena?" "Padahal, aku ingin ngobrol sama kamu seperti dulu, tapi kamu malah seperti ini." Protesnya seraya mengerucutkan bibirnya seperti anak bebek. Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung harus menjawab apa. Mungkin lebih baik ia jujur saja pada gadis di depannya ini. Berbohong juga tidak ada gunanya, pikirnya. "Karena kamu terus saja membelanya, terus pakai bentak aku segala lagi," jawab Angkasa dengan sangat jujur. Kening
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status