Share

Bab 79

Penyesalan selalu datang terlambat, maka berpikir bijaklah sebelum mengambil keputusan.

***

Ansel menendang pintu kamarnya dengan keras. Dia membuka dasi dengan gerakan kasar, lalu melepaskan jas yang dikenakannya dan membantingnya ke atas tempat tidur.

“Argh! Seharusnya aku kembali ke kafe itu lebih cepat,” sungut Ansel, mengenyakkan pantat di tepi ranjang.

Saat dia tiba di kafe itu, Qeiza tak lagi di sana. Entah ke mana gadis itu pergi. Ansel kehilangan jejak.

“Ah, ya. Aku melupakan sesuatu.”

Ansel bergegas membuka macbook-nya dan memeriksa kotak masuk pada email-nya. Kepalanya bergerak liar dan terlihat tidak sabar saat mengunduh beberapa lampiran yang diterimanya.

Muka Ansel menegang ketika dia membandingkan gambar yang terlampir di email-nya dengan foto-foto yang didapatnya dari remaja bayarannya tadi.

“Siaaal!” pekik Ansel sambil menjambak kasar rambutnya sendiri. “Jadi, Ae Ri adalah Qeiza?”

Ansel menggigit kepalan tinjunya. Beragam emosi campur aduk di dadanya. Marah, sesal, dan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status