Setelah selesai di salon, mereka menuju hotel tempat makan malam berlangsung. Rasanya menjadi cinderella yang tiba-tiba bertemu pria tampan dan kaya. Sona menatap Nagara yang hanya memakai pakaian biasa sementara dirinya memakai gaun super cantik.
"Ehm, tuan muda. Anda tidak memakai pakaian formal sepertiku?" tanya Sona.
"Untuk apa? Hanya bertemu dengan kakekku saja."
Sona mengangguk, ia masih penasaran orang seperti apa Nagara ini? Apakah sekejam yang dikatakan orang-orang? Sepertinya tidak, jika saudara kembarnya sangat baik pasti sifat Nagara yang satu ini tidak jauh berbeda.
Setelah sampai hotel, mereka turun lalu segera menuju ke ruangan yang telah di sewa. Baru kali ini Sona masuk ke hotel mewah, dia langsung berlari menuju pintu kaca besar membuat kedua pria tampan itu heran."Foto 'kan dong! Jarang sekali aku datang ke tempat ini," ucap Sona sambil menyodorkan ponselnya.
Nagara melewatinya dan berbisik. "Jangan norak!"
Sementara Sekertaris Kai menatapnya dengan dingin lalu melewatinya mengikuti sang tuan. Padahal Sona yang dikenalnya tidak seperti ini.
Sona mendengus ia berteriak pada mereka."Aku bisa memfoto diriku sendiri! Dasar! Aku bukannya norak tapi hanya kagum saja," teriak Sona memandang mereka yang mulai masuk ke lift.
Sona yang sadar langsung berlari mengejar mereka. Nagara berdecih melihat wanita itu banyak tingkah.
Dia berlari sampai ngos-ngosan dan pada akhirnya sampai juga di lift. Dirinya menatap mereka dengan kesal.Awas saja! Jika bukan karena uang aku tidak mau melakukan hal ini.
"Kakekmu tipe orang yang suka wanita bagaimana? Pendiam atau yang rusuh?" ucap Sona.
"Yang jelas tidak norak sepertimu."
"Hah... Yang tadi bukan norak tapi kagum saja. Eh tuan muda...."
"Diam kau!" ucap Nagara menyuruh Sona untuk tutup mulut.
Sona langsung terdiam, sekian detik mereka tanpa suara dan pada akhirnya sampai juga ditempat makan malam yang sudah disewa.
Nagara langsung menggandeng Sona, Sona sangat terkejut lalu mendongak memandang pria yang tingginya 20 senti lebih tinggi daripadanya. Benar-benar tampan dan rupawan.Harusnya dengan wajah tampan seperti ini ia bisa memilih wanita idamannya. Namun kenapa dia harus berpura-pura menikah didepan keluarganya?
"Ini adalah wanita ke 7 yang kau bawa kemari, apakah dia wanita sewaanmu lagi?" tanya kakek sambil meminum anggur merah.
"Dia wanitaku yang terakhir, aku akan menikahinya," ucap Nagara datar.
Sekertaris Kai menarik kursi untuk pasangan itu. Mereka duduk bersebelahan, Sona sangat tidak nyaman dengan tatapan kakek tua itu.
Mereka lalu makan bersama, sedari tadi hanya hening tidak ada pembicaraan. Sona nampak kesusahan mengiris daging menggunakan pisau. Nagara yang melihatnya langsung membantunya, dia menyuapkan pada Sona.Kakek tersenyum kecil, ia tahu mereka hanya akting saja."Sudah lama kalian saling kenal?" tanya kakek.
"Iya."
"Hem, idemu membangun apartemen mewah sangat brilian juga. Tapi kau yakin bisnismu akan lancar? Lihatlah saudara kembarmu! Walau bisnisnya terkesan sederhana yaitu berjualan online tapi dia sudah sukses besar. Kakek tidak mau kau membuang-buang uangku jika bisnis apartemen mewahmu gagal," ucap kakek.
Nagara melempar garpu ke meja lalu yang mengeluarkan bunyi nyaring. Dia sangat kesal selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya yang sukses tanpa bantuan dari sang kakek. Kakek melihat perubahan sang cucu yang arogan dan keras kepala. Masa lalunya yang kelam membuatnya seperti ini.
"Maka dari itu aku malas bertemu dengan kakek. Setiap bertemu yang kakek bahas hanya Dewa, Dewa dan Dewa. Jalan hidup kami sangat berbeda. Jadi jangan bandingkan aku dengannya lagi," ucap Nagara sambil berdiri.
Dia langsung pergi tanpa melanjutkan makan malam lagi. Dirinya yang emosian belum bisa mengendalikan amarahnya. Sekertaris Kai menunduk hormat pada Kakek Adhiatma lalu mengikuti sang tuan yang memilih meninggalkan makan malamnya.
Sona sangat bingung dengan posisinya, apakah dia harus menyusul Nagara atau melanjutkan makan malam dengan kakek calon suaminya itu?Rasa canggung menyelimutinya, pada akhirnya ia melanjutkan makan malam berdua saja dengan kakek tua itu."Dibayar berapa kau dengannya?" tanya kakek.
Sona terkejut, ia tidak berani menjawab.
"Hahaha jujur saja! Kau adalah wanita ke 7 yang dibayar oleh Nagara untuk membohongiku."
”Saya dibayar 20 juta sebulan selama 6 bulan kedepan. Maafkan saya yang terlihat murahan! Saya hanya butuh uang," jawab Sona.
Kakek Adhiatma tersenyum kecil. "Berani sekali dia membayarmu tinggi? Padahal wanita-wanita sebelumnya hanya dibayar 3 juta saja. Apa kelebihanmu?"
Sona menggeleng, ia tidak tahu kelebihannya yang membuat Nagara berani membayarnya semahal itu hanya untuk menjadi pasangan palsunya.
"Aku tidak tahu sampai kapan kau akan bertahan dengan pria arogan seperti Nagara. Wanita-wanita bayarannya hanya bertahan tak sampai satu bulan dengan Nagara. Namun, aku akan memberikan bonus 100 juta jika kau benar-benar bisa memikat cucuku yang keras kepala itu," ucap kakek.
100 juta? Maksudnya aku harus membuatnya jatuh cinta padaku?
***
Keesokan harinya.Hari ini Sona memasak makanan spesial untuk Nagara. Dia memasak nasi goreng beserta telur dadar yang menurutnya sangat lezat pasti bisa memikat hati Nagara.
Dia tak lupa memakai baju bagus dan berdandan cantik, kali ini ia harus membuat Nagara terkesima.Sesampainya di kantor milik real estate Bimasena itu, dia langsung naik ke atas menuju ruangan pria menyebalkan itu. Kali ini aktingnya harus bagus supaya Nagara terpikat dengannya.
Saat sudah sampai atas ia di cegah oleh Sekertaris Kai."Minggir! Aku tidak ada urusan denganmu," ucap Sona.
"Tuan Nagara tidak ingin berjumpa denganmu lagi."
"Siapa bilang? Aku calon istrinya jadi kau harus membiarkanku menemuinya," ucap Sona.
Sekertaris Kai tersenyum kecil. Dia menunjuk pintu ruangan sang tuan yang terdapat kertas bertuliskan. "Wanita payah tidak boleh masuk! Melangkah satu langkah saja, akan aku penggal kepalanya."
Sona sangat terkejut, ia langsung memegangi lehernya namun ia tak semudah itu menyerah. Dia benar-benar ingin merebut hati Nagara.
"Kita lihat, jika dia tidak membolehkanku masuk maka dia yang harus keluar," ucap Sona menyeringai.
Sekertaris Kai memperhatikan Sona, gadis gesrek itu mulai menunjukan bakat aktingnya yang terpendam. Sepertinya tontonan kali ini akan asyik. Sona mengambil ancang-ancang dan siap beraksi.
"Ah... ah... Kak Kai... Jangan! Jangan! Ah... aduh... sakit Kak Kai... Aaaah... Iiihhh... Uuuuuh... Ampun Kak Kai!" teriak Sona mendesah sambil menyeringai.
Sekertaris Kai sangat heran dengan tingkah Sona. Berani sekali Sona tanpa malu melakukan itu. Pintu dari ruangan Nagara terbuka, Sona langsung menjulurkan lidah mengejek Sekertaris Kai karena caranya membuat Nagara keluar dari ruangannya sangat berhasil.
"Akhir-akhir ini aku sering berdelusi, aku mendengar suara monyet bernyanyi. Huhu a-aak huhu a-aak, begitu suaranya?" ucap Nagara heran.
Sekertaris Kai langsung tertawa kecil sedangkan Sona sangat kesal karena suaranya dikatai monyet.
Awas kau, Nagara! Baru kali ini suara merduku dikatai mirip monyet. batin Sona
Sona menunjukan keahliannya dalam bersilat lidah, ia mengoceh kesana kemarin didepan.Nagara yang hanya mengorek telinga dengan jengah. Sampai pada akhirnya Nagara lelah sendiri dan membiarkan Sona mendongengkannya.“Tuan muda, aku juga membawakan jamu langgananku. Jamu ini membuatmu selalu bertenaga dan tidak mudah lelah. Tuan muda, aku membawakan nasi goreng spesial untukmu. Aku membuatnya sendiri penuh cinta,” ucap Sona.Nagara mulai berbicara. “Kai?”“Iya, tuan.”“Seret burung beo ini! Mengganggu saja.”Sona langsung berlari menghindar dan mendekati Nagara. Dia meminta perlindungan Nagara dan tidak ingin keluar sebelum pria sombong itu memakan makanannya.Nagara berdiri lalu langsung mendorong Sona diatas meja kerjanya, tangannyamengunci tubuh Sona supaya setengah badannya terbaring di atas meja.“Hei wanita payah! Aku sudah membatalkan perjanjian kita. Aku tidak jadi
Sona diseret oleh orang suruhan Nagara untuk menemui pria menyebalkan itu. Saat akan masuk mobil sudah ada Sekertaris Kai. Dia mendengus kesal dan menatap tajam kearahnya. Gara-gara pria itu ia selalu mendapat masalah yang tidak terduga. Sona duduk disebelah Sekertaris Kai, ia masih sangat kesal dengan pria itu. "Andai saja aku tidak kenal denganmu maka aku pasti tidak akan berurusan dengan Nagara si pria sombong itu," gumam Sona yang didengar oleh Sekertaris Kai. Sekertaris Kai tidak menggubris ucapan Sona, ia melajukan mobil menuju rumah sakit yang merawat Nagara. Dalam perjalanan, Sona sangat bergetar hebat. Apakah ia akan di tuntut? Sudah dua kali ia membuat masalah pada Tuan muda Nagara. Perasaannya tidak karuan, ia terus saja berdoa supaya Nagara tidak membawa kasus ini ke pihak kepolisian. Setengah jam perjalanan, mereka sampai juga di rumah sakit yang merawat Nagara. Sona tidak berani untuk masuk namun S
Sona bisa bernafas lega karena berhasil keluar dari cengkraman Nagara namun belum tentu terbebas untuk besok. Pasti pria menyebalkan itu akan membuat perhitungan pada Sona yang membohonginya. Setelah sampai tempat kos, Sona segera mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan pikiran. Ya, benar. Gadis aneh itu berendam di bak mandi ala kos yang rasanya seperti pada bak mandi orang kaya pada umumnya. Sona memikirkan setiap kejadian tadi, ia merasa sangat sial bisa bertemu dengan Nagara. Andai saja waktu itu ia tidak kepo dengan kerumunan mahasiswi norak itu pasti dia tidak akan berurusan dengan Nagara. Di air bak yang dingin, ia berendam sangat lama sampai jemarinya menjadi keriput. Dirinya tak memperdulikan jika berendam terlalu lama akan sakit. Kenapa hidupku selalu begini? Kenapa berat sekali hidupku? Aku hanya ingin hidup bahagia dan tenang seperti orang lain, kenapa susah sekali? Batin Sona
Sona Aprilia, ia mengambil satu botol susu dan satu roti sobek. Dia membawanya ke kasir lalu segera membayarnya. Bayangan Sona hanya bisa tergambar wajah menyebalkan Nagara. Ingin sekali menendang hidung pria itu sekali lagi. "16 ribu, Kak Son," ucap sang kasir yang sudah mengenal Sona. Wati memasukan barang yang dibeli Sona di plastik kecil lalu memandang gadis itu dengan heran. "Woy ... Jangan melamun disini deh! Antrian banyak," ucap Wati. Sona terkejut, ia langsung mengambil uang di sakunya lalu membayar pada Wati. Setelah mendapat kembalian ia keluar dari minimarket. Sona masih terdiam membisu, kenapa hidupnya bisa sangat sial sekali? Dia hanya ingin ketenangan dalam menjalani hidup. Tin ... tin ... Suara klakson berbunyi, Sona memandangnya dan bisa melihat Sekertaris Kai yang berada di mobil itu. Langkah kakinya ia percepat supaya bisa menghindari Sekertaris Kai. Pria tinggi itu mengejar So
Sona melewati Zian, sang asisten Kakek Adhiatma. Zian mempersilahkan masuk ke dalam ruangan pribadi Kakek Adhiatma. Sona tertegun saat melihat ruangan yang sangat mewah itu. Di sudut ruangan sudah ada seorang pria tua yang tersenyum kepadanya. Sona dipersilahkan duduk di sofa lalu Zian membuatkan teh dengan aroma mint, favorit sang tuan. Sona masih menunduk sembari memainkan jemarinya. Dia sangat takut jika tiba-tiba Kakek Adhiatma menuntutnya. Kakek ikut duduk di seberang Sona, ia melihat ketakutan pada wajah gadis itu. Kakek mengembangkan senyuman dan mulai mengajak Sona untuk berbicara.“Kau sepertinya sangat tertarik dengan Nagara?” tanya Kakek.Sona menatap kakek, tertarik pada pria angkuh seperti itu? Tidak mungkin! Zian datang memberikan teh untuk keduanya setelah itu ia berdiri di belakang sang tuan dan menatap Sona. Sona sangat risih di tatap paman-paman itu.“Kau mau menikah dengannya? Kalian sepertinya sangat cocok?
Suatu hari di Universitas Dominico.Sona keluar dari kelas dan menuju kerumunan, ia heran kenapa semua mahasiswi berteriak histeris seperti bertemu dengan artis.Sona mencoba mendekat lalu tetap saja dia tidak melihat sesuatu. Sona mencoba menerobos kerumunan lalu melihat dua orang berjas sedang memberi tanda tangan pada para mahasiswi norak itu.Ya, pria itu adalah Nagara Vikram Bimasena. Salah satu orang yang berpengaruh dalam universitas tersebut.Sona berdiri tepat didepannya, Nagara yang membawa spidol permanen siap memberi tanda tangan untuk Sona."Mana kertasnya?" tanya Nagara pada Sona."Kertas apa?""Sialan! Lama sekali," ucap Nagara lalu menarik kepala Sona dan menandatangani pada jidat Sona.Sona sangat terkejut, pria aneh itu mengotori keningnya dengan tanda tangan yang bagi Sona tak begitu penting. Semua mahasiswi itu bersorak saat Sona kepalanya dipegang oleh T
Keesokan harinya.Aura Mahadewi, seorang model terkenal mendatangi kantor Bimasena Group. Dia ingin bertanya maksud rumor yang beredar pada masyarakat jika Nagara dan Kai menjalin hubungan spesial. Namun tak mudah untuk menemui Tuan Muda Nagara sang presdir pemilik real estate yang sukses bahkan mempunyai penthouse 100 lantai."Gara, keluar kau! Apa benar jika Sekertaris Kai kekasihmu? Apa kurangnya aku sehingga kau malah memilih sesama pria?" teriak Aura berada didepan ruangan Nagara.Sekertaris Kai mendorong wanita itu dengan kasar. Aura mendengus, bukan pertama kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari Sekertaris Kai."Tuan Nagara sedang sibuk, anda bisa kembali minggu depan," ucap Sekertaris Kai.Sekertaris Kai menyuruh petugas keamanan untuk menyeret Aura dari gedung ini. Pria dingin itu mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan sang tuan. Dia melihat Nagara sedang menatap jendela kaca jumbo yang menampilkan pemandangan kota metropolitan ini.
Setelah selesai bernegosiasi dan Sona meminta DP untuk menjadi jaminan. Dia keluar dari ruangan mewah tersebut. Disampingnya terdapat Sekertaris Kai yang sedari tadi hanya diam mengantarnya sampai teras gedung.Orang ini memang susah ditebak, namun aku yakin jika dia sangat cemburu."Jadi mulai besok kau harus memanggilku Nona Sona. Aku akan menjadi istri atasanmu," ucap Sona."Kenapa anda bangga sekali hanya menjadi istri sewaan selama 6 bulan? Anda tidak takut menjadi janda?" tanya Sekretaris Kai.Wah... Orang ini langsung berbicara formal kepadaku.Sona tersenyum tipis, ia memandang sang mantan pacar dengan lekat. Sona bahkan terlihat mengejek pria yang tanpa ekspresi itu."Itu semua bukan urusanmu. Aku hanya butuh uang untuk melunasi hutang-hutang orang tua angkatku," ucap Sona.Dia berjalan keluar menuju jalan raya meninggalkan Sekertaris Kai yang memandangi kepergiannya. Pria es balok itu mengambil ponselnya dan menghapus semua