Sona diseret oleh orang suruhan Nagara untuk menemui pria menyebalkan itu. Saat akan masuk mobil sudah ada Sekertaris Kai. Dia mendengus kesal dan menatap tajam kearahnya. Gara-gara pria itu ia selalu mendapat masalah yang tidak terduga. Sona duduk disebelah Sekertaris Kai, ia masih sangat kesal dengan pria itu.
"Andai saja aku tidak kenal denganmu maka aku pasti tidak akan berurusan dengan Nagara si pria sombong itu," gumam Sona yang didengar oleh Sekertaris Kai.
Sekertaris Kai tidak menggubris ucapan Sona, ia melajukan mobil menuju rumah sakit yang merawat Nagara. Dalam perjalanan, Sona sangat bergetar hebat. Apakah ia akan di tuntut? Sudah dua kali ia membuat masalah pada Tuan muda Nagara. Perasaannya tidak karuan, ia terus saja berdoa supaya Nagara tidak membawa kasus ini ke pihak kepolisian.
Setengah jam perjalanan, mereka sampai juga di rumah sakit yang merawat Nagara. Sona tidak berani untuk masuk namun Sekertaris Kai menyeretnya tanpa ampun.
"Kak Kai, kita ini pernah pacaran lho. Kali ini dengan penuh harap lepaskan aku!" ucap Sona memelas.
Sekertaris Kai tidak menggubris, ia menarik paksa Sona menuju ruangan Nagara. Wanita itu menghela nafas panjang dan berdoa supaya ia diberi umur yang panjang setelah masuk menemui pria menyebalkan itu. Tangan Sekertaris Kai memutar handel pintu lalu membuka perlahan, mata Sona mengintip Nagara yang tengah berbaring di tempat tidur dalam kondisi mata yang tertutup. Sona menghela nafas, ia tersenyum senang melihat Nagara tidur.
"Saya akan meninggalkan kalian berdua," ucap Sekertaris Kai.
"Eh... Aku juga mau keluar. Tuan muda 'kan tidur," ucap Sona.
Sekertaris Kai menunjuk dinding yang sudah tertempel kertas bertuliskan 'Jika kau keluar satu langkah dari pintu, maka aku tidak akan segan membawa kasus ini ke kepolisian'
Ya Tuhan, sedang sakit saja masih bisa menulis seperti itu? Dasar cowok aneh! Batin Sona.
Sona tidak bisa berkutik lagi, ia harus tetap disana melihat Nagara yang sedang tidur. Sedangkan Sekertaris Kai berpamitan untuk keluar.
Ya, sana pergi! Dasar mantan tidak berguna! Batin Sona.
Sekertaris Kai langsung menatap tajam Sona seolah tahu apa yang dipikirkan Sona. Sona memalingkan wajah dan bermain jemarinya.
"Huh... Panas sekali sih diruangan ini?" ucap Sona sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
Sekertaris Kai mulai membalikan badan dan keluar meninggalkan mereka berdua.
Sona memilih duduk di samping Nagara yang tengah tertidur, ia bingung harus melakukan apa. Dia melirik wajah tampan pria sombong itu lalu mencoba mencubit pipi Nagara. Sona mulai menyukai keisengannya, ia memegang pipi, telinga bahkan hidung Nagara yang sedang sakit akibat dari tendangannya. Namun, saat Sona mencoba mendekatkan wajahnya ke wajah Nagara tiba-tiba pria angkuh itu terbangun. Sona langsung mundur namun tangannya dicekal oleh Nagara.
"Mau kemana kau?" tanya Nagara.
Wajah tegasnya seolah tak main-main, Sona hanya cengengesan sambil mencoba melepaskan tangan Nagara yang meremasnya kencang.
"Sakit," lirih Sona.
Nagara melepas tangan Sona lalu menjitak kepala Sona, wanita itu kesakitan sampai mengelus kepalanya dengan cepat. Sona mendengus kesal, baru kali ini ia diperlakukan seperti ini dengan pria. Dia melirik Nagara lagi lalu ketakutan tatkala Nagara menunjukan tatapan elangnya.
"Jangan menatapku seperti itu! Maafkan, aku! Tadi seharusnya aku menendang Kak Kai namun malah terkena Tuan muda Nagara," ucap Sona mencari pembelaan.
"Kau pikir aku bisa menerima alasan tak masuk akalmu? Kau sengaja menendangku dan ingin membalas dendam 'kan?" tanya Nagara sambil mencengkeram dagu Sona.
Sona langsung mundur perlahan sambil menepis tangan Nagara. Dia mengambil tas nya yang tergeletak di sofa, Sona ingin pergi sebelum Nagara berbuat hal yang tidak diinginkan. Mata Nagara mengikuti setiap langkah Sona menuju pintu dan dengan sekali gertakan membuat Sona langsung terhenti dari langkahnya.
"Satu langkah melewati pintu maka aku akan melaporkanmu pada polisi," ucap Nagara.
Sona mundur teratur lalu mencoba untuk tersenyum kearah Nagara yang menunjukan sisi gelapnya. Setelah ia berdiri disamping tempat tidur pria angkuh itu tiba-tiba Nagara menoyor jidat Sona.
Huh... Suka sekali melukaiku? Dasar! Batin Sona dengan kesal.
"Aku ingin kau menulis kertas pernyataan supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi kepadaku," ucap Nagara.
Kau pikir ini sekolah yang pakai hukuman menulis surat pernyataan? Cih... Dasar tuan muda aneh! Batin Sona.
Nagara menekan kening Sona dengan jari telunjuknya. Wanita itu refleks mundur dan menggigit bibir. Alasan apa yang bisa membuat Sona keluar dari tempat ini? Andai saja ada Sekertaris Kai, dia pasti akan melindungi Sona. Hem... Sepertinya tidak, justru Sekertaris Kai akan semakin mengompori supaya Sona ditindas oleh sang tuan.
"Tuan muda, aku berjanji supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama, namun bisakah kali ini melepaskanku? Aku harus memberi makan anak-anakku dirumah," ucap Sona memelas.
Nagara menaikan alisnya lalu menurunkan jemarinya yang menekan kening Sona. Anak? Rupanya Sona sudah mempunyai anak? Pikiran Nagara berkecamuk, apakah Sona sudah berkeluarga? Itu yang ada dalam pikirannya.
Sona menghela nafas, ia menceritakan kisah hidupnya yang harus memberi makan kelima anaknya yang masih kecil. Ayah dari kelima anak itu tidak bertanggung jawab dan Sona harus menjadi tulang punggung dari kelima anaknya. Nagara yang mendengar semua itu mendadak sedih. Wanita malang itu ternyata sangat menyedihkan.
"Cukup!" ucap Nagara membuat Sona berhenti berdongeng. "Kau boleh pulang dan titip salam pada anak-anakmu," sambung Nagara.
Sona tersenyum. "Benarkah, tuan muda? Anda membebaskanku kali ini?"
"Hem. Pergilah! Baumu juga seperti telur busuk."
Sona tersenyum, ia menunduk hormat pada pria kaya itu lalu berjalan dengan sangat senang menuju keluar. Setelah Sona keluar, Sekertaris Kai masuk. Pria dingin nan kaku itu menyemprotkan parfum di ruangan VVIP yang merawat sang tuan. Sesekali ia melirik Nagara yang melamun tak jelas. Ekspresi Nagara sedih bercampur bingung.
"Ada apa, tuan?" tanya Sekertaris Kai.
"Jadi si Sona itu janda yang mempunyai 5 orang anak?"
Sekertaris Kai mengernyitkan dahi menyerapi pertanyaan dari sang tuan. "Apa yang Sona katakan, tuan?"
Nagara menjelaskan dengan detail apa yang dikatakan Sona tadi. Sekertaris Kai hanya diam dengan ekspresi yang tidak mudah ditebak, ia menyunggingkan senyuman membuat Nagara kesal melihatnya.
"Kenapa kau tersenyum?" tanya Nagara.
"Yang di maksud kelima anak-anak Sona adalah anak kucing, tuan. Sona memang memelihara kelima kucing di tempat kosnya," jawab Sekertaris Kai.
Nagara langsung mengepalkan tangan, bisa-bisanya ia ditipu oleh wanita menyebalkan itu lagi. Nagara melempar bantal ke arah Sekertaris Kai dan mengumpat padanya.
"Dasar bodoh! Kenapa diam saja? Cepat seret wanita itu! Sialan! Baru kali ini aku dipermainkan oleh seorang wanita," ucap Nagara.
Anda yang terlalu bodoh, tuan. Batin Sekertaris Kai.
Sona bisa bernafas lega karena berhasil keluar dari cengkraman Nagara namun belum tentu terbebas untuk besok. Pasti pria menyebalkan itu akan membuat perhitungan pada Sona yang membohonginya. Setelah sampai tempat kos, Sona segera mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan pikiran. Ya, benar. Gadis aneh itu berendam di bak mandi ala kos yang rasanya seperti pada bak mandi orang kaya pada umumnya. Sona memikirkan setiap kejadian tadi, ia merasa sangat sial bisa bertemu dengan Nagara. Andai saja waktu itu ia tidak kepo dengan kerumunan mahasiswi norak itu pasti dia tidak akan berurusan dengan Nagara. Di air bak yang dingin, ia berendam sangat lama sampai jemarinya menjadi keriput. Dirinya tak memperdulikan jika berendam terlalu lama akan sakit. Kenapa hidupku selalu begini? Kenapa berat sekali hidupku? Aku hanya ingin hidup bahagia dan tenang seperti orang lain, kenapa susah sekali? Batin Sona
Sona Aprilia, ia mengambil satu botol susu dan satu roti sobek. Dia membawanya ke kasir lalu segera membayarnya. Bayangan Sona hanya bisa tergambar wajah menyebalkan Nagara. Ingin sekali menendang hidung pria itu sekali lagi. "16 ribu, Kak Son," ucap sang kasir yang sudah mengenal Sona. Wati memasukan barang yang dibeli Sona di plastik kecil lalu memandang gadis itu dengan heran. "Woy ... Jangan melamun disini deh! Antrian banyak," ucap Wati. Sona terkejut, ia langsung mengambil uang di sakunya lalu membayar pada Wati. Setelah mendapat kembalian ia keluar dari minimarket. Sona masih terdiam membisu, kenapa hidupnya bisa sangat sial sekali? Dia hanya ingin ketenangan dalam menjalani hidup. Tin ... tin ... Suara klakson berbunyi, Sona memandangnya dan bisa melihat Sekertaris Kai yang berada di mobil itu. Langkah kakinya ia percepat supaya bisa menghindari Sekertaris Kai. Pria tinggi itu mengejar So
Sona melewati Zian, sang asisten Kakek Adhiatma. Zian mempersilahkan masuk ke dalam ruangan pribadi Kakek Adhiatma. Sona tertegun saat melihat ruangan yang sangat mewah itu. Di sudut ruangan sudah ada seorang pria tua yang tersenyum kepadanya. Sona dipersilahkan duduk di sofa lalu Zian membuatkan teh dengan aroma mint, favorit sang tuan. Sona masih menunduk sembari memainkan jemarinya. Dia sangat takut jika tiba-tiba Kakek Adhiatma menuntutnya. Kakek ikut duduk di seberang Sona, ia melihat ketakutan pada wajah gadis itu. Kakek mengembangkan senyuman dan mulai mengajak Sona untuk berbicara.“Kau sepertinya sangat tertarik dengan Nagara?” tanya Kakek.Sona menatap kakek, tertarik pada pria angkuh seperti itu? Tidak mungkin! Zian datang memberikan teh untuk keduanya setelah itu ia berdiri di belakang sang tuan dan menatap Sona. Sona sangat risih di tatap paman-paman itu.“Kau mau menikah dengannya? Kalian sepertinya sangat cocok?
Suatu hari di Universitas Dominico.Sona keluar dari kelas dan menuju kerumunan, ia heran kenapa semua mahasiswi berteriak histeris seperti bertemu dengan artis.Sona mencoba mendekat lalu tetap saja dia tidak melihat sesuatu. Sona mencoba menerobos kerumunan lalu melihat dua orang berjas sedang memberi tanda tangan pada para mahasiswi norak itu.Ya, pria itu adalah Nagara Vikram Bimasena. Salah satu orang yang berpengaruh dalam universitas tersebut.Sona berdiri tepat didepannya, Nagara yang membawa spidol permanen siap memberi tanda tangan untuk Sona."Mana kertasnya?" tanya Nagara pada Sona."Kertas apa?""Sialan! Lama sekali," ucap Nagara lalu menarik kepala Sona dan menandatangani pada jidat Sona.Sona sangat terkejut, pria aneh itu mengotori keningnya dengan tanda tangan yang bagi Sona tak begitu penting. Semua mahasiswi itu bersorak saat Sona kepalanya dipegang oleh T
Keesokan harinya.Aura Mahadewi, seorang model terkenal mendatangi kantor Bimasena Group. Dia ingin bertanya maksud rumor yang beredar pada masyarakat jika Nagara dan Kai menjalin hubungan spesial. Namun tak mudah untuk menemui Tuan Muda Nagara sang presdir pemilik real estate yang sukses bahkan mempunyai penthouse 100 lantai."Gara, keluar kau! Apa benar jika Sekertaris Kai kekasihmu? Apa kurangnya aku sehingga kau malah memilih sesama pria?" teriak Aura berada didepan ruangan Nagara.Sekertaris Kai mendorong wanita itu dengan kasar. Aura mendengus, bukan pertama kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari Sekertaris Kai."Tuan Nagara sedang sibuk, anda bisa kembali minggu depan," ucap Sekertaris Kai.Sekertaris Kai menyuruh petugas keamanan untuk menyeret Aura dari gedung ini. Pria dingin itu mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan sang tuan. Dia melihat Nagara sedang menatap jendela kaca jumbo yang menampilkan pemandangan kota metropolitan ini.
Setelah selesai bernegosiasi dan Sona meminta DP untuk menjadi jaminan. Dia keluar dari ruangan mewah tersebut. Disampingnya terdapat Sekertaris Kai yang sedari tadi hanya diam mengantarnya sampai teras gedung.Orang ini memang susah ditebak, namun aku yakin jika dia sangat cemburu."Jadi mulai besok kau harus memanggilku Nona Sona. Aku akan menjadi istri atasanmu," ucap Sona."Kenapa anda bangga sekali hanya menjadi istri sewaan selama 6 bulan? Anda tidak takut menjadi janda?" tanya Sekretaris Kai.Wah... Orang ini langsung berbicara formal kepadaku.Sona tersenyum tipis, ia memandang sang mantan pacar dengan lekat. Sona bahkan terlihat mengejek pria yang tanpa ekspresi itu."Itu semua bukan urusanmu. Aku hanya butuh uang untuk melunasi hutang-hutang orang tua angkatku," ucap Sona.Dia berjalan keluar menuju jalan raya meninggalkan Sekertaris Kai yang memandangi kepergiannya. Pria es balok itu mengambil ponselnya dan menghapus semua
Setelah selesai di salon, mereka menuju hotel tempat makan malam berlangsung. Rasanya menjadi cinderella yang tiba-tiba bertemu pria tampan dan kaya. Sona menatap Nagara yang hanya memakai pakaian biasa sementara dirinya memakai gaun super cantik."Ehm, tuan muda. Anda tidak memakai pakaian formal sepertiku?" tanya Sona."Untuk apa? Hanya bertemu dengan kakekku saja."Sona mengangguk, ia masih penasaran orang seperti apa Nagara ini? Apakah sekejam yang dikatakan orang-orang? Sepertinya tidak, jika saudara kembarnya sangat baik pasti sifat Nagara yang satu ini tidak jauh berbeda.Setelah sampai hotel, mereka turun lalu segera menuju ke ruangan yang telah di sewa. Baru kali ini Sona masuk ke hotel mewah, dia langsung berlari menuju pintu kaca besar membuat kedua pria tampan itu heran."Foto 'kan dong! Jarang sekali aku datang ke tempat ini," ucap Sona sambil menyodorkan ponselnya.Nagara melewatinya dan berbisik. "Jangan norak!"Sementara
Sona menunjukan keahliannya dalam bersilat lidah, ia mengoceh kesana kemarin didepan.Nagara yang hanya mengorek telinga dengan jengah. Sampai pada akhirnya Nagara lelah sendiri dan membiarkan Sona mendongengkannya.“Tuan muda, aku juga membawakan jamu langgananku. Jamu ini membuatmu selalu bertenaga dan tidak mudah lelah. Tuan muda, aku membawakan nasi goreng spesial untukmu. Aku membuatnya sendiri penuh cinta,” ucap Sona.Nagara mulai berbicara. “Kai?”“Iya, tuan.”“Seret burung beo ini! Mengganggu saja.”Sona langsung berlari menghindar dan mendekati Nagara. Dia meminta perlindungan Nagara dan tidak ingin keluar sebelum pria sombong itu memakan makanannya.Nagara berdiri lalu langsung mendorong Sona diatas meja kerjanya, tangannyamengunci tubuh Sona supaya setengah badannya terbaring di atas meja.“Hei wanita payah! Aku sudah membatalkan perjanjian kita. Aku tidak jadi