Sona menunjukan keahliannya dalam bersilat lidah, ia mengoceh kesana kemarin didepan.
Nagara yang hanya mengorek telinga dengan jengah. Sampai pada akhirnya Nagara lelah sendiri dan membiarkan Sona mendongengkannya.“Tuan muda, aku juga membawakan jamu langgananku. Jamu ini membuatmu selalu bertenaga dan tidak mudah lelah. Tuan muda, aku membawakan nasi goreng spesial untukmu. Aku membuatnya sendiri penuh cinta,” ucap Sona.
Nagara mulai berbicara. “Kai?”
“Iya, tuan.”
“Seret burung beo ini! Mengganggu saja.”
Sona langsung berlari menghindar dan mendekati Nagara. Dia meminta perlindungan Nagara dan tidak ingin keluar sebelum pria sombong itu memakan makanannya.
Nagara berdiri lalu langsung mendorong Sona diatas meja kerjanya, tangannyamengunci tubuh Sona supaya setengah badannya terbaring di atas meja.“Hei wanita payah! Aku sudah membatalkan perjanjian kita. Aku tidak jadi menikah denganmu. Kau membuatku muak saja,” ucap Nagara.
“Tapi tuan muda, kau sudah membayar DP nya padaku.”
Nagara menekan dagu wanita itu dengan kuat. “Anggap saja itu uang sedekah untukmu.”
Nagara menarik tangan Sona sehingga wanita itu berdiri. Kenapa semua pria selalu mempermainkannya? Sekertaris Kai dan bahkan kini Tuan muda Nagara juga membuatnya kecewa. Ya, dia kecewa karena gagal akan mendapat uang banyak bukan karena gagal mendapat cinta dari Tuan muda Nagara yang sombong itu.
“Untuk kalian yang sudah membuatku terluka, semoga kalian mendapatkan hal setimpal karena sudah mempermainkan anak yatim piatu sepertiku,” ucap Sona memandang kedua pria tampan itu.
“Hahahahaha...” tawa Nagara menggelegar di seluruh ruangannya.
Sona mengelap air matanya yang berjatuhan, apakah ini semua lucu baginya? Apakah ini sebuah hiburan baginya? Betapa teganya ia menertawakan gadis yatim piatu
seperti Sona.“Lucu sekali, kau menjadikan yatim piatu sebagai tamengmu? Wah... Tidak ada gunanya. Kita sama-sama anak yatim piatu,” ucap Nagara.
“Tapi setidaknya kepergian orang tuamu meninggalkan banyak harta benda. Sedangkan kepergian orang tuaku hanya meninggalkan hutang. Huh... Kenapa aku harus curhat kepadamu? Dunia memang tidak adil,” ucap Sona sambil mengelap air matanya.
Sona mengambil plastik yang berisi nasi goreng buatannya, ia melangkah menuju pintu sambil mengelap air mata yang berjatuhan. Sekertaris Kai mengeratkan tangan, ia sangat tidak tega kepada wanita yang sangat dicintainya. Nagara memperhatikan sang sekertaris, dia mendekatinya.
“Kau tidak terima aku mempermainkannya? Hahaha... hoaaam, pertunjukan tadi membuatku mengantuk. Hus... sana pergi! Aku mau tidur,” ucap Nagara.
Sekertaris Kai langsung keluar untuk mengejar Sona. Wanita itu belum berjalan cukup jauh lalu masuk ke lift, Sekertaris Kai ikut masuk membuat Sona tidak nyaman. Sona menjauhi Sekertaris Kai dan memalingkan wajah. Pria yang tinggi itu mencoba mengajak mengobrol sang mantan pacar.
“Maafkan, aku!”
Sona menaikan alisnya lalu tersenyum kecil. “Tuanmu adalah pria unik yang pernah aku temui. Aku jadi semakin penasaran dengannya.”
“Apa maksudmu? Kau berusaha untuk mendekatinya lagi?”
Sona menggeleng, untuk apa melakukan itu? Membuang waktunya saja. Sekertaris Kai memeluknya dari belakang. Dia meminta maaf kepada Sona karen sudah ikut melukainya. Hubungan mereka yang terjalin sudah satu tahun harus kandas karena Nagara. Sona mengangguk, ia menerima dekapan sang mantan kekasih. Dia tidak punya siapa-siapa selain Sekertaris Kai yang selalu ada untuknya. Namun mereka memang tidak bisa bersama lagi karena orang tua pria itu tidak merestui hubunngan mereka. Ya, sosok Sona yang miskin menjadi alasan utama orang tua Sekertaris Kai tidak merestui mereka. Pintu lift terbuka, Sekertaris Kai segera melepas dekapannya. Sona tersenyum lalu mengulurkan tangan pada pria tampan
itu.“Walau kita sudah putus tetapi kita masih bisa menjadi teman ‘kan?” tanya Sona.
Sekertaris Kai menerima uluran tangan Sona, mereka berjabat tangan. “Ya, kita masih bisa menjadi teman.”
Namun Sona malah meremas tangan pria itu dengan kuat, semakin sekertaris Kai ingin melepaskannya semakin kuat juga genggaman erat dari Sona. Sona tersenyum menyeringai pada pria dingin tanpa ekspresi itu.
“Siapa juga yang ingin menjadi temanmu? Kau pasti sudah mengompori tuan muda untuk membatalkan pernikahan kontrak kami karena kau cemburu ‘kan?” ucap Sona.
Gadis itu memang jago berakting bahkan membuat Sekertaris Kai terkecoh. Sekertaris Kai menarik tangan Sona dan membuatnya berputar lalu punggung wanita itu menabrak pada dada bidang Sekertaris Kai. Tangan pria itu mengunci leher Sona sehingga gadis itu tidak bisa bergerak.
“Lepaskan aku!” teriak Sona.
Para pegawai memperhatikannya tapi langsung memalingkan wajah sebab sangat takut dengan Sekertaris Kai yang diam-diam menghanyutkan. Dia sama kejamnya seperti Nagara
yang memberikan hukuman.“Tuan Nagara sudah tidak membutuhkanmu, sebisa mungkin kau jangan pernah menginjakkan kakimu
disini lagi,” ucap Sekertaris Kai.Sekertaris Kai mendorong Sona, Sona mendengus kesal lalu menatap Sekertaris Kai yang akan membalikan badan. Sona mengambil ancang-ancang untuk menendang pria menyebalkan
itu dan.... “Awas kau, Kairoooossss!”Sekertaris Kai menghindar namun tendangan itu tepat mengenai hidung Nagara yang mancung.
Nagara langsung terjatuh ke lantai dengan hidung yang berdarah-darah. Semua pegawai berteriak tatkala sang bos seketika pingsan. Sona menutup mulutnya karena terkejut ketika salah sasaran. Sona malah kabur karena ketakutan. Sedangkan Sekertaris Kai memanggil ambulan. Pasti setelah sang tuan sadar akan terjadi perang besar. Sona berlari ketakutan, ia langsung naik ojek menuju tempat kosnya.Sore hari saat di kampus.
Hari ini Sona kedapatan ada kelas sore, semua orang yang melewatinya memandangnya dengan
sinis membuta wanita itu heran. Sona memperhatikan dari ujung rambut sampaiujung kaki tidak ada yang aneh.“Heh.. Wanita bar-bar. Apa yang kau lakukan pada tuan muda kami? Kau melakukan kekerasan padanya sehingga membuatnya masuk ke rumah sakit,” ucap Rosa.
Sona heran, apakah berita itu sudah tersebar ke semua orang? Rosa menarik Sona ke kamar mandi lalu
menyiramnya dengan air. Teman-teman Rosa melempari Sona dengan telur busuk. Sona tidak tinggal diam, ia membalas perlakuan geng rusuh tersebut. Tangannya mengambil selang air lalu menyiramkannya pada mereka. Mereka pergi sebelum Sona mengamuk semakin parah.Sona menghela nafas, ia berkaca pada cermin. Dia seperti gembel yang kehujanan ditambah aroma busuk menusuk hidung. Sona terlihat anak yang kuat namun jauh di lubuk hatinya ia menangis sedih. Hidupnya begitu pilu sampai tidak ada siapapun
yang peduli. Sona membersihka diri,namun mau dibilas beberapa kali pun aroma telur busuk itu sudah melekat padatubuhnya.Awas saja! Aku akan melempar uang
kepada mereka yang menghinaku jika kau kaya nanti. Batin SonaSona keluar dari kamar mandi, semua orang menutup hidung ketika melewatinya. Sona tidak peduli, tujuannya disini untuk belajar lalu mendapat gelar supaya mendapat pekerjaan yang layak.
Disisi lain,
Nagara di rawat di rumah sakit, hidungnya masih sakit.
“Kai?” ucap Nagara.
“Ada apa, tuan?” tanya Sekertaris Kai.
“Seret gadis itu kemari! Akan ku jitak hidungnya.”
Sona diseret oleh orang suruhan Nagara untuk menemui pria menyebalkan itu. Saat akan masuk mobil sudah ada Sekertaris Kai. Dia mendengus kesal dan menatap tajam kearahnya. Gara-gara pria itu ia selalu mendapat masalah yang tidak terduga. Sona duduk disebelah Sekertaris Kai, ia masih sangat kesal dengan pria itu. "Andai saja aku tidak kenal denganmu maka aku pasti tidak akan berurusan dengan Nagara si pria sombong itu," gumam Sona yang didengar oleh Sekertaris Kai. Sekertaris Kai tidak menggubris ucapan Sona, ia melajukan mobil menuju rumah sakit yang merawat Nagara. Dalam perjalanan, Sona sangat bergetar hebat. Apakah ia akan di tuntut? Sudah dua kali ia membuat masalah pada Tuan muda Nagara. Perasaannya tidak karuan, ia terus saja berdoa supaya Nagara tidak membawa kasus ini ke pihak kepolisian. Setengah jam perjalanan, mereka sampai juga di rumah sakit yang merawat Nagara. Sona tidak berani untuk masuk namun S
Sona bisa bernafas lega karena berhasil keluar dari cengkraman Nagara namun belum tentu terbebas untuk besok. Pasti pria menyebalkan itu akan membuat perhitungan pada Sona yang membohonginya. Setelah sampai tempat kos, Sona segera mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan pikiran. Ya, benar. Gadis aneh itu berendam di bak mandi ala kos yang rasanya seperti pada bak mandi orang kaya pada umumnya. Sona memikirkan setiap kejadian tadi, ia merasa sangat sial bisa bertemu dengan Nagara. Andai saja waktu itu ia tidak kepo dengan kerumunan mahasiswi norak itu pasti dia tidak akan berurusan dengan Nagara. Di air bak yang dingin, ia berendam sangat lama sampai jemarinya menjadi keriput. Dirinya tak memperdulikan jika berendam terlalu lama akan sakit. Kenapa hidupku selalu begini? Kenapa berat sekali hidupku? Aku hanya ingin hidup bahagia dan tenang seperti orang lain, kenapa susah sekali? Batin Sona
Sona Aprilia, ia mengambil satu botol susu dan satu roti sobek. Dia membawanya ke kasir lalu segera membayarnya. Bayangan Sona hanya bisa tergambar wajah menyebalkan Nagara. Ingin sekali menendang hidung pria itu sekali lagi. "16 ribu, Kak Son," ucap sang kasir yang sudah mengenal Sona. Wati memasukan barang yang dibeli Sona di plastik kecil lalu memandang gadis itu dengan heran. "Woy ... Jangan melamun disini deh! Antrian banyak," ucap Wati. Sona terkejut, ia langsung mengambil uang di sakunya lalu membayar pada Wati. Setelah mendapat kembalian ia keluar dari minimarket. Sona masih terdiam membisu, kenapa hidupnya bisa sangat sial sekali? Dia hanya ingin ketenangan dalam menjalani hidup. Tin ... tin ... Suara klakson berbunyi, Sona memandangnya dan bisa melihat Sekertaris Kai yang berada di mobil itu. Langkah kakinya ia percepat supaya bisa menghindari Sekertaris Kai. Pria tinggi itu mengejar So
Sona melewati Zian, sang asisten Kakek Adhiatma. Zian mempersilahkan masuk ke dalam ruangan pribadi Kakek Adhiatma. Sona tertegun saat melihat ruangan yang sangat mewah itu. Di sudut ruangan sudah ada seorang pria tua yang tersenyum kepadanya. Sona dipersilahkan duduk di sofa lalu Zian membuatkan teh dengan aroma mint, favorit sang tuan. Sona masih menunduk sembari memainkan jemarinya. Dia sangat takut jika tiba-tiba Kakek Adhiatma menuntutnya. Kakek ikut duduk di seberang Sona, ia melihat ketakutan pada wajah gadis itu. Kakek mengembangkan senyuman dan mulai mengajak Sona untuk berbicara.“Kau sepertinya sangat tertarik dengan Nagara?” tanya Kakek.Sona menatap kakek, tertarik pada pria angkuh seperti itu? Tidak mungkin! Zian datang memberikan teh untuk keduanya setelah itu ia berdiri di belakang sang tuan dan menatap Sona. Sona sangat risih di tatap paman-paman itu.“Kau mau menikah dengannya? Kalian sepertinya sangat cocok?
Suatu hari di Universitas Dominico.Sona keluar dari kelas dan menuju kerumunan, ia heran kenapa semua mahasiswi berteriak histeris seperti bertemu dengan artis.Sona mencoba mendekat lalu tetap saja dia tidak melihat sesuatu. Sona mencoba menerobos kerumunan lalu melihat dua orang berjas sedang memberi tanda tangan pada para mahasiswi norak itu.Ya, pria itu adalah Nagara Vikram Bimasena. Salah satu orang yang berpengaruh dalam universitas tersebut.Sona berdiri tepat didepannya, Nagara yang membawa spidol permanen siap memberi tanda tangan untuk Sona."Mana kertasnya?" tanya Nagara pada Sona."Kertas apa?""Sialan! Lama sekali," ucap Nagara lalu menarik kepala Sona dan menandatangani pada jidat Sona.Sona sangat terkejut, pria aneh itu mengotori keningnya dengan tanda tangan yang bagi Sona tak begitu penting. Semua mahasiswi itu bersorak saat Sona kepalanya dipegang oleh T
Keesokan harinya.Aura Mahadewi, seorang model terkenal mendatangi kantor Bimasena Group. Dia ingin bertanya maksud rumor yang beredar pada masyarakat jika Nagara dan Kai menjalin hubungan spesial. Namun tak mudah untuk menemui Tuan Muda Nagara sang presdir pemilik real estate yang sukses bahkan mempunyai penthouse 100 lantai."Gara, keluar kau! Apa benar jika Sekertaris Kai kekasihmu? Apa kurangnya aku sehingga kau malah memilih sesama pria?" teriak Aura berada didepan ruangan Nagara.Sekertaris Kai mendorong wanita itu dengan kasar. Aura mendengus, bukan pertama kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari Sekertaris Kai."Tuan Nagara sedang sibuk, anda bisa kembali minggu depan," ucap Sekertaris Kai.Sekertaris Kai menyuruh petugas keamanan untuk menyeret Aura dari gedung ini. Pria dingin itu mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan sang tuan. Dia melihat Nagara sedang menatap jendela kaca jumbo yang menampilkan pemandangan kota metropolitan ini.
Setelah selesai bernegosiasi dan Sona meminta DP untuk menjadi jaminan. Dia keluar dari ruangan mewah tersebut. Disampingnya terdapat Sekertaris Kai yang sedari tadi hanya diam mengantarnya sampai teras gedung.Orang ini memang susah ditebak, namun aku yakin jika dia sangat cemburu."Jadi mulai besok kau harus memanggilku Nona Sona. Aku akan menjadi istri atasanmu," ucap Sona."Kenapa anda bangga sekali hanya menjadi istri sewaan selama 6 bulan? Anda tidak takut menjadi janda?" tanya Sekretaris Kai.Wah... Orang ini langsung berbicara formal kepadaku.Sona tersenyum tipis, ia memandang sang mantan pacar dengan lekat. Sona bahkan terlihat mengejek pria yang tanpa ekspresi itu."Itu semua bukan urusanmu. Aku hanya butuh uang untuk melunasi hutang-hutang orang tua angkatku," ucap Sona.Dia berjalan keluar menuju jalan raya meninggalkan Sekertaris Kai yang memandangi kepergiannya. Pria es balok itu mengambil ponselnya dan menghapus semua
Setelah selesai di salon, mereka menuju hotel tempat makan malam berlangsung. Rasanya menjadi cinderella yang tiba-tiba bertemu pria tampan dan kaya. Sona menatap Nagara yang hanya memakai pakaian biasa sementara dirinya memakai gaun super cantik."Ehm, tuan muda. Anda tidak memakai pakaian formal sepertiku?" tanya Sona."Untuk apa? Hanya bertemu dengan kakekku saja."Sona mengangguk, ia masih penasaran orang seperti apa Nagara ini? Apakah sekejam yang dikatakan orang-orang? Sepertinya tidak, jika saudara kembarnya sangat baik pasti sifat Nagara yang satu ini tidak jauh berbeda.Setelah sampai hotel, mereka turun lalu segera menuju ke ruangan yang telah di sewa. Baru kali ini Sona masuk ke hotel mewah, dia langsung berlari menuju pintu kaca besar membuat kedua pria tampan itu heran."Foto 'kan dong! Jarang sekali aku datang ke tempat ini," ucap Sona sambil menyodorkan ponselnya.Nagara melewatinya dan berbisik. "Jangan norak!"Sementara