Sona Aprilia, ia mengambil satu botol susu dan satu roti sobek. Dia membawanya ke kasir lalu segera membayarnya. Bayangan Sona hanya bisa tergambar wajah menyebalkan Nagara. Ingin sekali menendang hidung pria itu sekali lagi.
"16 ribu, Kak Son," ucap sang kasir yang sudah mengenal Sona.
Wati memasukan barang yang dibeli Sona di plastik kecil lalu memandang gadis itu dengan heran. "Woy ... Jangan melamun disini deh! Antrian banyak," ucap Wati.
Sona terkejut, ia langsung mengambil uang di sakunya lalu membayar pada Wati. Setelah mendapat kembalian ia keluar dari minimarket. Sona masih terdiam membisu, kenapa hidupnya bisa sangat sial sekali? Dia hanya ingin ketenangan dalam menjalani hidup.
Tin ... tin ...
Suara klakson berbunyi, Sona memandangnya dan bisa melihat Sekertaris Kai yang berada di mobil itu. Langkah kakinya ia percepat supaya bisa menghindari Sekertaris Kai. Pria tinggi itu mengejar Sona dan pada akhirnya Sona mengalah juga. Dia memandang Sekertaris Kai dengan heran.
"Ikut aku!" ucap Sekertaris Kai menarik tangan Sona.
Sona menahan tangannya supaya pria itu menghentikan langkah kakinya. Sorot mata Sona seolah curiga, pasti ada sesuatu hal yang membuat Sekretaris Kai mengajak Sona ke suatu tempat.
"Kita sudah putus, jangan menemui aku lagi!" ucap Sona.
Ekspresi wajah Sekertaris Kai mendadak dingin, ia tidak menggubris ucapan Sona lalu menyeret Sona secara paksa. Wanita itu tentu saja memberontak dan pada akhirnya mengalah. Sona masuk ke dalam mobil, di benaknya ia sangat penasaran dengan pria aneh itu.
"Kita sebenarnya mau ke mana?" tanya Sona.
"Rumah Kakek Adhiatma."
Sona sangat terkejut, ia segera membuka pintu mobil namun sudah terkunci. Untuk apa ia di bawa ke rumah kakek dari Nagara? Apakah beliau mau menuntut Sona karena sudah menang hidung cucunya? Semua ini membuat Sona sangat takut. Dalam perjalanan ia terus saja berdoa supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi sampai masuk penjara di usianya yang masih muda. Sungguh, tak bisa terbayangkan.
"Apakah kakek Nagara akan menuntutku?" tanya Sona penasaran.
Sekertaris Kai tersenyum kecil, ia melirik Sona yang sudah sangat gugup. Sepertinya mengerjai Sona tak masalah. Sekali-kali membuat wanita itu kapok. Sekertaris Kai mengangguk dan ia melirik ekspresi Sona yang semakin panik. Sona menggigit jemarinya, bagaimana ini? Apakah ini akhir dari segalanya?
"Kak Kai, tolong aku! Tolong yakinkan pada Kakek si Nagara itu jika aku tidak sengaja menendang putranya,"
"Hadapilah nasibmu! Itu kita dari orang yang suka seenaknya dengan orang lain."
Sona memandang Sekertaris Kai, ia sangat kesal dengan mantan pacarnya itu. Huh ... ingin sekali menendang wajahnya yang sok itu. Sekertaris Kai tersenyum kecil karena bisa sedikit menggoda Sona.
"Kakek ingin berbicara penting padamu makanya dia menyuruhku untuk membawamu ke rumahnya."
Sona mengernyitkan dahi, ia semakin berdebar kencang. Jika ini mengenai Nagara maka ia sudah tidak bisa berkata-kata lagi atau ia harus merayu Kakek Adhiatma supaya melepaskan dari segala tuntutan? Setengah jam kemudian, mereka sampai di rumah Kakek Adhiatma, Sekertaris kai mengantarnya masuk ke sebuah ruangan mewah. Mata Sona terus terbelalak memandang rumah mewah yang di huni sendirian itu. Kapan dia bisa menikmati tinggal di rumah sebesar ini?
Ornamen klasik terpampang di setiap sudut, pilar-pilar besar menyangga setiap sudut rumah. Tatapan Sona seolah terdekat melihat rumah yang harganya milyaran ini. Setelah sampai lorong, Sekertaris Kai menyerahkan Sona pada Zian, dialah asisten pribadi Kakek Adhiatma.
"Uncle Zi, saya serahkan Sona pada anda," ucap Sekertaris Kai.
Sona memandang pria tampan itu, dia sangat terkejut ternyata pria itu adalah pria gila yang mengaku sebagai ayahnya. Zian tersenyum kecil membuat Sona mundur perlahan karena takut. Pria yang tiba-tiba saat itu memeluknya dan mengaku sebagai ayahnya kini sudah ada di depannya.
Flashback saat itu,
“Duduklah, Zi!”
“Baik, tuan.”
Zian duduk dan memesan makanan, saat mendongak melihat wanita pelayan cafe ia melihat bola mata wanita itu seperti familiar dan wajahnya nampak tidak asing.
“Silahkan, Pak! Menu cafe hari ini jika saya boleh merekomendasikan adalah daging bakar dengan lelehan keju dan juga sedang promo,” ucap wanita itu.
Zian langsung tersadar saat wanita itu menyadarkannya, Zian langsung memesan apa yang dirokemendasikan oleh wanita itu. Wanita itu tersenyum dan pergi setelah menulis pesanan Zian.
“Zi, kau sudah mempunyai istri malah masih melirik wanita lain,” sindir Kakek Adhiatma.
“Bukan begitu, tuan. Dia sangat mirip dengan orang yang saya kenal.”
Kakek Adhiatma tersenyum, ia mengancam Zian untuk tetap selalu setia pada Elara yang kini belum
bisa berjalan. Tentu saja Zian sangat mengerti sebab hanya Elara yang diasayangi. Beberapa menit kemudian, pelayan itu datang lagi untuk menyerahkan pesanan Zian. Namun kesialan terjadi, ia tidak sengaja menumpahkan daging panasitu ke tangan Zian. Zian merasa kepanasan lalu menyiram air putih yang ada di depannya pada tangannya yang terkena daging itu.“Maaf, Pak. Saya tidak sengaja.”
Wanita itu sangat ketakutan dan disaat bersamaan sang bos datang untuk melihat apa yang terjadi. Rupaya sang pelayan membuat ulah untuk kesekian kalinya.
“Maaf, Pak. Kami akan membiayai pengobatan anda,” ucap si pemilik cafe.
“Tidak perlu, Pak. Hanya luka biasa.”
Si pemilik dan pelayan itu meminta maaf yang sebesar-besarnya, setelah Zian memaafkan mereka lalu wanita pelayan itu menghadap sang bos diruangannya. Tentu saja, dia dipecat karena melakukan kesalahan yang sangat fatal.Wanita itu sangat sedih padahal pekerjaan ini yang bisa menghidupinya sehari-hari.
Zian yang sedang di kamar mandi lalu membasuh tangannya keluar dan melewati ruangan si pemilik cafe. Dia mendengarkan jika wanita itu dipecat karena tidak kesengajaan. Zian mendengar dengan seksama sampai si pria menyebut nama wanita tersebut.
“Sona, aku sudah tidak bisa menerimamu lagi. Besok kau datang untuk ambil barang-barangmu dan gajimu bulan ini. Ini kesekian kalinya kau membuat kesalahann yang merugikan kami,” ucap sang bos.
Sona mengerti, ia lalu melepas rompi kerjanya dan berpamitan untuk pulang. Saat keluar dari ruangan sang bos, ia melihat Zian berada didepan pintu. Wanita itu sekali menunduk untuk meminta maaf.
“Namamu siapa?” tanya Zian.
“Nama saya Sona Aprilia, jika anda ingin menuntut saya bisa memakai nama itu untuk melaporkan saya pada polisi.”
Zian semakin penasaran lalu memperhatikan lengan wanita itu, perasaannya tidak karuan saat
melihat sebuah tanda lahir berada di lengan wanita itu.Dia putriku yang selama ini aku cari?
Sona? Sona ku? Apalah benar jika kau adalah Sona putriku? Batin Zian.Zian memeluknya dengan erat, Sona yang merasa pria ini mesum langsung mendorongnya. Dia tak habis pikir dengan pria matang didepannya ini.
“Anda tidak waras, Pak? Dasar mesum!” ucap Sona.
“Kau putriku yang hilang, kau adalah Sonalia Mawar Zianila. Kau putriku,” ucap Zian.
“Bapak salah orang, saya Sona Aprilia dan saya juga punya orang tua sendiri tapi mereka sudah meninggal," jawab Sona.
Sona melewati Zian, sang asisten Kakek Adhiatma. Zian mempersilahkan masuk ke dalam ruangan pribadi Kakek Adhiatma. Sona tertegun saat melihat ruangan yang sangat mewah itu. Di sudut ruangan sudah ada seorang pria tua yang tersenyum kepadanya. Sona dipersilahkan duduk di sofa lalu Zian membuatkan teh dengan aroma mint, favorit sang tuan. Sona masih menunduk sembari memainkan jemarinya. Dia sangat takut jika tiba-tiba Kakek Adhiatma menuntutnya. Kakek ikut duduk di seberang Sona, ia melihat ketakutan pada wajah gadis itu. Kakek mengembangkan senyuman dan mulai mengajak Sona untuk berbicara.“Kau sepertinya sangat tertarik dengan Nagara?” tanya Kakek.Sona menatap kakek, tertarik pada pria angkuh seperti itu? Tidak mungkin! Zian datang memberikan teh untuk keduanya setelah itu ia berdiri di belakang sang tuan dan menatap Sona. Sona sangat risih di tatap paman-paman itu.“Kau mau menikah dengannya? Kalian sepertinya sangat cocok?
Suatu hari di Universitas Dominico.Sona keluar dari kelas dan menuju kerumunan, ia heran kenapa semua mahasiswi berteriak histeris seperti bertemu dengan artis.Sona mencoba mendekat lalu tetap saja dia tidak melihat sesuatu. Sona mencoba menerobos kerumunan lalu melihat dua orang berjas sedang memberi tanda tangan pada para mahasiswi norak itu.Ya, pria itu adalah Nagara Vikram Bimasena. Salah satu orang yang berpengaruh dalam universitas tersebut.Sona berdiri tepat didepannya, Nagara yang membawa spidol permanen siap memberi tanda tangan untuk Sona."Mana kertasnya?" tanya Nagara pada Sona."Kertas apa?""Sialan! Lama sekali," ucap Nagara lalu menarik kepala Sona dan menandatangani pada jidat Sona.Sona sangat terkejut, pria aneh itu mengotori keningnya dengan tanda tangan yang bagi Sona tak begitu penting. Semua mahasiswi itu bersorak saat Sona kepalanya dipegang oleh T
Keesokan harinya.Aura Mahadewi, seorang model terkenal mendatangi kantor Bimasena Group. Dia ingin bertanya maksud rumor yang beredar pada masyarakat jika Nagara dan Kai menjalin hubungan spesial. Namun tak mudah untuk menemui Tuan Muda Nagara sang presdir pemilik real estate yang sukses bahkan mempunyai penthouse 100 lantai."Gara, keluar kau! Apa benar jika Sekertaris Kai kekasihmu? Apa kurangnya aku sehingga kau malah memilih sesama pria?" teriak Aura berada didepan ruangan Nagara.Sekertaris Kai mendorong wanita itu dengan kasar. Aura mendengus, bukan pertama kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari Sekertaris Kai."Tuan Nagara sedang sibuk, anda bisa kembali minggu depan," ucap Sekertaris Kai.Sekertaris Kai menyuruh petugas keamanan untuk menyeret Aura dari gedung ini. Pria dingin itu mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan sang tuan. Dia melihat Nagara sedang menatap jendela kaca jumbo yang menampilkan pemandangan kota metropolitan ini.
Setelah selesai bernegosiasi dan Sona meminta DP untuk menjadi jaminan. Dia keluar dari ruangan mewah tersebut. Disampingnya terdapat Sekertaris Kai yang sedari tadi hanya diam mengantarnya sampai teras gedung.Orang ini memang susah ditebak, namun aku yakin jika dia sangat cemburu."Jadi mulai besok kau harus memanggilku Nona Sona. Aku akan menjadi istri atasanmu," ucap Sona."Kenapa anda bangga sekali hanya menjadi istri sewaan selama 6 bulan? Anda tidak takut menjadi janda?" tanya Sekretaris Kai.Wah... Orang ini langsung berbicara formal kepadaku.Sona tersenyum tipis, ia memandang sang mantan pacar dengan lekat. Sona bahkan terlihat mengejek pria yang tanpa ekspresi itu."Itu semua bukan urusanmu. Aku hanya butuh uang untuk melunasi hutang-hutang orang tua angkatku," ucap Sona.Dia berjalan keluar menuju jalan raya meninggalkan Sekertaris Kai yang memandangi kepergiannya. Pria es balok itu mengambil ponselnya dan menghapus semua
Setelah selesai di salon, mereka menuju hotel tempat makan malam berlangsung. Rasanya menjadi cinderella yang tiba-tiba bertemu pria tampan dan kaya. Sona menatap Nagara yang hanya memakai pakaian biasa sementara dirinya memakai gaun super cantik."Ehm, tuan muda. Anda tidak memakai pakaian formal sepertiku?" tanya Sona."Untuk apa? Hanya bertemu dengan kakekku saja."Sona mengangguk, ia masih penasaran orang seperti apa Nagara ini? Apakah sekejam yang dikatakan orang-orang? Sepertinya tidak, jika saudara kembarnya sangat baik pasti sifat Nagara yang satu ini tidak jauh berbeda.Setelah sampai hotel, mereka turun lalu segera menuju ke ruangan yang telah di sewa. Baru kali ini Sona masuk ke hotel mewah, dia langsung berlari menuju pintu kaca besar membuat kedua pria tampan itu heran."Foto 'kan dong! Jarang sekali aku datang ke tempat ini," ucap Sona sambil menyodorkan ponselnya.Nagara melewatinya dan berbisik. "Jangan norak!"Sementara
Sona menunjukan keahliannya dalam bersilat lidah, ia mengoceh kesana kemarin didepan.Nagara yang hanya mengorek telinga dengan jengah. Sampai pada akhirnya Nagara lelah sendiri dan membiarkan Sona mendongengkannya.“Tuan muda, aku juga membawakan jamu langgananku. Jamu ini membuatmu selalu bertenaga dan tidak mudah lelah. Tuan muda, aku membawakan nasi goreng spesial untukmu. Aku membuatnya sendiri penuh cinta,” ucap Sona.Nagara mulai berbicara. “Kai?”“Iya, tuan.”“Seret burung beo ini! Mengganggu saja.”Sona langsung berlari menghindar dan mendekati Nagara. Dia meminta perlindungan Nagara dan tidak ingin keluar sebelum pria sombong itu memakan makanannya.Nagara berdiri lalu langsung mendorong Sona diatas meja kerjanya, tangannyamengunci tubuh Sona supaya setengah badannya terbaring di atas meja.“Hei wanita payah! Aku sudah membatalkan perjanjian kita. Aku tidak jadi
Sona diseret oleh orang suruhan Nagara untuk menemui pria menyebalkan itu. Saat akan masuk mobil sudah ada Sekertaris Kai. Dia mendengus kesal dan menatap tajam kearahnya. Gara-gara pria itu ia selalu mendapat masalah yang tidak terduga. Sona duduk disebelah Sekertaris Kai, ia masih sangat kesal dengan pria itu. "Andai saja aku tidak kenal denganmu maka aku pasti tidak akan berurusan dengan Nagara si pria sombong itu," gumam Sona yang didengar oleh Sekertaris Kai. Sekertaris Kai tidak menggubris ucapan Sona, ia melajukan mobil menuju rumah sakit yang merawat Nagara. Dalam perjalanan, Sona sangat bergetar hebat. Apakah ia akan di tuntut? Sudah dua kali ia membuat masalah pada Tuan muda Nagara. Perasaannya tidak karuan, ia terus saja berdoa supaya Nagara tidak membawa kasus ini ke pihak kepolisian. Setengah jam perjalanan, mereka sampai juga di rumah sakit yang merawat Nagara. Sona tidak berani untuk masuk namun S
Sona bisa bernafas lega karena berhasil keluar dari cengkraman Nagara namun belum tentu terbebas untuk besok. Pasti pria menyebalkan itu akan membuat perhitungan pada Sona yang membohonginya. Setelah sampai tempat kos, Sona segera mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan pikiran. Ya, benar. Gadis aneh itu berendam di bak mandi ala kos yang rasanya seperti pada bak mandi orang kaya pada umumnya. Sona memikirkan setiap kejadian tadi, ia merasa sangat sial bisa bertemu dengan Nagara. Andai saja waktu itu ia tidak kepo dengan kerumunan mahasiswi norak itu pasti dia tidak akan berurusan dengan Nagara. Di air bak yang dingin, ia berendam sangat lama sampai jemarinya menjadi keriput. Dirinya tak memperdulikan jika berendam terlalu lama akan sakit. Kenapa hidupku selalu begini? Kenapa berat sekali hidupku? Aku hanya ingin hidup bahagia dan tenang seperti orang lain, kenapa susah sekali? Batin Sona