Keesokan harinya.
Aura Mahadewi, seorang model terkenal mendatangi kantor Bimasena Group. Dia ingin bertanya maksud rumor yang beredar pada masyarakat jika Nagara dan Kai menjalin hubungan spesial. Namun tak mudah untuk menemui Tuan Muda Nagara sang presdir pemilik real estate yang sukses bahkan mempunyai penthouse 100 lantai.
"Gara, keluar kau! Apa benar jika Sekertaris Kai kekasihmu? Apa kurangnya aku sehingga kau malah memilih sesama pria?" teriak Aura berada didepan ruangan Nagara.
Sekertaris Kai mendorong wanita itu dengan kasar. Aura mendengus, bukan pertama kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari Sekertaris Kai.
"Tuan Nagara sedang sibuk, anda bisa kembali minggu depan," ucap Sekertaris Kai.
Sekertaris Kai menyuruh petugas keamanan untuk menyeret Aura dari gedung ini. Pria dingin itu mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan sang tuan. Dia melihat Nagara sedang menatap jendela kaca jumbo yang menampilkan pemandangan kota metropolitan ini.
"Siapa yang menulis artikel itu?" tanya Nagara tanpa membalikan badan.
Sekertaris Kai merasa berat menyebut nama Sona, ia takut jika sang tuan akan menyakiti Sona.
"Aku bertanya padamu, sialan!" umpat Nagara.
"Maaf, tuan. Yang menulis artikel itu adalah Sona."
Nagara membalikan badan menatap sang sekertaris yang menunduk tak berani menatapnya.
"Wanita payah itu lagi? Hahahahaha..."
Sekertaris Kai memandang wajah senang sang tuan. Apa maksud dari tertawanya kali ini? Seolah menyimpan tanda tanya besar.
"Kairos Devandra, hahaha... Sejauh mana kau akan melindungi gadis itu namun tuan mudamu tak bisa di bohongi. Hahaha... cukup unik. Kau melindungi mantan pacarmu. Wah pengkhianat besar, kau lebih memilih wanita payah itu dari pada tuan mu?" ucap Nagara sambil tersenyum mendekati Sekertaris Kai.
Nagara membenarkan dasi Sekertaris Kai lalu menepuk bahunya dan membisikan sesuatu padanya. "Anjing kecilku sudah mulai nakal, mau terkena hukuman rupanya?" tanya Nagara menyeringai.
"Maaf, tuan. Saya tidak bermaksud mengkhianatimu."
Nagara berjalan kearah kursi kerjanya, ia menatap Sekertaris Kai dengan tatapan tajam. Sudah lama ia tidak mengerjai sang sekertaris yang sudah lama mengabdi padanya.
"Kai?"
"Ya, tuan."
"Push up sampai aku mengantuk!"
Sekertaris Kai langsung melakukan perintah sang tuan tanpa membantah. Dia push up sekuat tenaga, Nagara tersenyum tipis. Dirinya menikmati pertunjukan dari pria seumurannya itu.
"Terus kai! Aku belum mengantuk. Itulah hukumanmu karena berani menjalin asmara di belakangku," ucap Nagara.
"Maafkan saya, tuan!"
Nagara menyeringai, pria yang di kenal kejam itu memang tak main-main dalam menghukum seseorang. Hukuman push up masih wajar, ia pernah menghukum Sekertaris Kai menghitung jumlah pohon yang ada di kota ini.
"Kau masih mencintai Sona?" tanya Nagara.
"Tidak, tuan. Rasa cinta dan kasih saya hanya untuk anda saja."
Nagara bertepuk tangan, Sekretaris Kai yang nampak sudah kelelahan mulai terlihat ngos-ngosan.
"Jadi aku boleh menikahi Sona dan mempermainkannya semauku?" tanya Nagara.
"Terserah anda saja, tuan! Saya sudah tidak ada hubungan dengannya."
Nagara merasa senang, ia menyuruh sang sekertaris untuk berhenti push up. Itulah jawaban yang diinginkan oleh Nagara. Permainan ini akan menarik karena ia akan menikahi mantan pacar dari orang terdekatnya.
"Ambilkan aku minum! Kau yang push up, aku yang merasa haus," ucap Nagara sambil memegang lehernya.
Sekertaris Kai mengambilkan air putih untuk sang tuan. Nagara menenggaknya dengan cepat. Disaat bersamaan telepon di mejanya berbunyi. Sekertaris Kai mengangkatnya lalu menyuruh sang tamu untuk masuk ke ruangan sang tuan.
Gadis dengan memakai jaket kumal serta jeans yang robek membuat Nagara sangat kesal memandangnya. Ada ya wanita yang akan menemuinya memakai pakaian apa adanya seperti itu.
Sona langsung mendekati Nagara lalu meminum air putih bekas pria menyebalkan itu yang berada diatas meja.
Glek... glek... glek...
"Wah... Segarnya... Huh... air putih orang kaya memang rasanya sangat berbeda," ucap Sona.
Nagara semakin tertarik dengan Sona namun tidak pada penampilan Sona yang kucel dan bau keringat yang menusuk di hidungnya.
"Nona Sona, anda keterlaluan," ucap Sekertaris Kai.
"Hallo mantan pacar? Wah senang bertemu denganmu setelah putus," jawab Sona dengan mengejek.
Sona berjalan kearah sofa, ia duduk tanpa disuruh lalu mengangkat kaki ke atas meja. Sekertaris Kai langsung menurunkan kaki Sona namun Sona yang iseng menaikan kakinya lagi.
"Huh... aku orang sibuk. Apa yang kau ingin bicarakan, Tuan muda Nagara yang agung?" tanya Sona sambil bersedekap.
Nagara semakin tertantang dengan Sona. Baru pertama kali ini ia melihat wanita angkuh dan pemberani seperti Sona. Nagara beranjak dari kursinya lalu duduk di sofa di seberang Sona. Sekertaris Kai hanya berdiri di sebelah sang tuan Sambil memperhatikan Sona yang menatapnya penuh ejekan.
"Tanda tanganku di jidatmu belum hilang? Hahaha," ucap Nagara.
"Ya, seperti yang kau lihat tuan muda."
Nagara menyuruh Sekertaris Kai mengambil berkas yang ia siapkan. Setelah mendapatkannya, Nagara membaca tulisan pada kertas itu satu persatu.
"Sona Aprilia, penerima beasiswa penuh dan akan wisuda tahun depan. Bekerja paruh waktu di cafe sebagai penyanyi dan mendiang orang tuanya meninggalkan hutang di rentenir dan kini kau harus melunasinya," ucap Nagara.
Sona menelan ludah, ia menatap Sekertaris Kai. Pria sialan itu pasti memberi tahu pada sang tuan mengenai informasi pribadinya. Namun Sona masih bersikap sok tangguh di depan Nagara.
"Bagaimana jika beasiswamu aku cabut dan aku menuntutmu atas dasar artikel hoax yang kau buat jika kami seorang gay?" ucap Nagara.
"A--a--pa yang sebenarnya kau mau?" tanya Sona berdebar ketakutan.
Sekertaris Kai memberikan berkas yang lain pada Nagara lalu Nagara memberikannya pada Sona. Sona membacanya dengan melotot, di kertas itu menjelaskan mengenai bayaran dari seorang istri untuk Nagara.
"Satu bulan 10 juta?" tanya Sona tidak percaya.
"Bagaimana? Kurang?" tanya Nagara. "Kai, tambahkan 10 juta lagi perbulan untuk wanita payah ini!" sambung Nagara yang menyuruh sang sekertaris.
"Baik, tuan."
Sona membaca lagi berkas itu, hanya menjadi istri bayaran Tuan Nagara hanya beberapa bulan ia pasti bisa melunasi hutang pada rentenir menjijikan itu.
"Tapi kenapa kau menawariku menjadi istri bayaranmu? Banyak wanita lain yang cantik bisa menjadi istri palsumu untuk menghindari perjodohan," ucap Sona heran.
"Jika kau tidak mau tak masalah, aku bisa menawari wanita lain."
Sona menggelengkan kepala. Dia sangat mau menjadi istri sementara bagi Nagara hanya 6 bulan saja. Dia sudah tidak memperdulikan harga diri yang terpenting ia bisa melunasi para rentenir yang menagihnya hampir setiap hari dan tentu saja membuatnya muak.
"Apa saja yang harus aku lakukan saat menjadi istrimu, tuan muda?" tanya Sona penasaran.
"Hahaha... pertanyaan menarik. Kau hanya perlu menggunakan pakaian dalam saat tidur bersamaku nantinya," jawab Nagara.
Sona langsung memundurkan badan dan memeluk dirinya sendiri. Dia menatap Sekertaris Kai yang juga menatapnya dingin. Sona tersenyum menyeringai, dia ingin membalas dendam dengan Sekertaris Kai.
"Oh tentu saja, tuan muda. Bahkan aku bisa melepas semua pakaianku jika kita satu kamar bersama," ucap Sona.
Mampuslah kau, Kai sialan! Batin Sona.
Setelah selesai bernegosiasi dan Sona meminta DP untuk menjadi jaminan. Dia keluar dari ruangan mewah tersebut. Disampingnya terdapat Sekertaris Kai yang sedari tadi hanya diam mengantarnya sampai teras gedung.Orang ini memang susah ditebak, namun aku yakin jika dia sangat cemburu."Jadi mulai besok kau harus memanggilku Nona Sona. Aku akan menjadi istri atasanmu," ucap Sona."Kenapa anda bangga sekali hanya menjadi istri sewaan selama 6 bulan? Anda tidak takut menjadi janda?" tanya Sekretaris Kai.Wah... Orang ini langsung berbicara formal kepadaku.Sona tersenyum tipis, ia memandang sang mantan pacar dengan lekat. Sona bahkan terlihat mengejek pria yang tanpa ekspresi itu."Itu semua bukan urusanmu. Aku hanya butuh uang untuk melunasi hutang-hutang orang tua angkatku," ucap Sona.Dia berjalan keluar menuju jalan raya meninggalkan Sekertaris Kai yang memandangi kepergiannya. Pria es balok itu mengambil ponselnya dan menghapus semua
Setelah selesai di salon, mereka menuju hotel tempat makan malam berlangsung. Rasanya menjadi cinderella yang tiba-tiba bertemu pria tampan dan kaya. Sona menatap Nagara yang hanya memakai pakaian biasa sementara dirinya memakai gaun super cantik."Ehm, tuan muda. Anda tidak memakai pakaian formal sepertiku?" tanya Sona."Untuk apa? Hanya bertemu dengan kakekku saja."Sona mengangguk, ia masih penasaran orang seperti apa Nagara ini? Apakah sekejam yang dikatakan orang-orang? Sepertinya tidak, jika saudara kembarnya sangat baik pasti sifat Nagara yang satu ini tidak jauh berbeda.Setelah sampai hotel, mereka turun lalu segera menuju ke ruangan yang telah di sewa. Baru kali ini Sona masuk ke hotel mewah, dia langsung berlari menuju pintu kaca besar membuat kedua pria tampan itu heran."Foto 'kan dong! Jarang sekali aku datang ke tempat ini," ucap Sona sambil menyodorkan ponselnya.Nagara melewatinya dan berbisik. "Jangan norak!"Sementara
Sona menunjukan keahliannya dalam bersilat lidah, ia mengoceh kesana kemarin didepan.Nagara yang hanya mengorek telinga dengan jengah. Sampai pada akhirnya Nagara lelah sendiri dan membiarkan Sona mendongengkannya.“Tuan muda, aku juga membawakan jamu langgananku. Jamu ini membuatmu selalu bertenaga dan tidak mudah lelah. Tuan muda, aku membawakan nasi goreng spesial untukmu. Aku membuatnya sendiri penuh cinta,” ucap Sona.Nagara mulai berbicara. “Kai?”“Iya, tuan.”“Seret burung beo ini! Mengganggu saja.”Sona langsung berlari menghindar dan mendekati Nagara. Dia meminta perlindungan Nagara dan tidak ingin keluar sebelum pria sombong itu memakan makanannya.Nagara berdiri lalu langsung mendorong Sona diatas meja kerjanya, tangannyamengunci tubuh Sona supaya setengah badannya terbaring di atas meja.“Hei wanita payah! Aku sudah membatalkan perjanjian kita. Aku tidak jadi
Sona diseret oleh orang suruhan Nagara untuk menemui pria menyebalkan itu. Saat akan masuk mobil sudah ada Sekertaris Kai. Dia mendengus kesal dan menatap tajam kearahnya. Gara-gara pria itu ia selalu mendapat masalah yang tidak terduga. Sona duduk disebelah Sekertaris Kai, ia masih sangat kesal dengan pria itu. "Andai saja aku tidak kenal denganmu maka aku pasti tidak akan berurusan dengan Nagara si pria sombong itu," gumam Sona yang didengar oleh Sekertaris Kai. Sekertaris Kai tidak menggubris ucapan Sona, ia melajukan mobil menuju rumah sakit yang merawat Nagara. Dalam perjalanan, Sona sangat bergetar hebat. Apakah ia akan di tuntut? Sudah dua kali ia membuat masalah pada Tuan muda Nagara. Perasaannya tidak karuan, ia terus saja berdoa supaya Nagara tidak membawa kasus ini ke pihak kepolisian. Setengah jam perjalanan, mereka sampai juga di rumah sakit yang merawat Nagara. Sona tidak berani untuk masuk namun S
Sona bisa bernafas lega karena berhasil keluar dari cengkraman Nagara namun belum tentu terbebas untuk besok. Pasti pria menyebalkan itu akan membuat perhitungan pada Sona yang membohonginya. Setelah sampai tempat kos, Sona segera mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan pikiran. Ya, benar. Gadis aneh itu berendam di bak mandi ala kos yang rasanya seperti pada bak mandi orang kaya pada umumnya. Sona memikirkan setiap kejadian tadi, ia merasa sangat sial bisa bertemu dengan Nagara. Andai saja waktu itu ia tidak kepo dengan kerumunan mahasiswi norak itu pasti dia tidak akan berurusan dengan Nagara. Di air bak yang dingin, ia berendam sangat lama sampai jemarinya menjadi keriput. Dirinya tak memperdulikan jika berendam terlalu lama akan sakit. Kenapa hidupku selalu begini? Kenapa berat sekali hidupku? Aku hanya ingin hidup bahagia dan tenang seperti orang lain, kenapa susah sekali? Batin Sona
Sona Aprilia, ia mengambil satu botol susu dan satu roti sobek. Dia membawanya ke kasir lalu segera membayarnya. Bayangan Sona hanya bisa tergambar wajah menyebalkan Nagara. Ingin sekali menendang hidung pria itu sekali lagi. "16 ribu, Kak Son," ucap sang kasir yang sudah mengenal Sona. Wati memasukan barang yang dibeli Sona di plastik kecil lalu memandang gadis itu dengan heran. "Woy ... Jangan melamun disini deh! Antrian banyak," ucap Wati. Sona terkejut, ia langsung mengambil uang di sakunya lalu membayar pada Wati. Setelah mendapat kembalian ia keluar dari minimarket. Sona masih terdiam membisu, kenapa hidupnya bisa sangat sial sekali? Dia hanya ingin ketenangan dalam menjalani hidup. Tin ... tin ... Suara klakson berbunyi, Sona memandangnya dan bisa melihat Sekertaris Kai yang berada di mobil itu. Langkah kakinya ia percepat supaya bisa menghindari Sekertaris Kai. Pria tinggi itu mengejar So
Sona melewati Zian, sang asisten Kakek Adhiatma. Zian mempersilahkan masuk ke dalam ruangan pribadi Kakek Adhiatma. Sona tertegun saat melihat ruangan yang sangat mewah itu. Di sudut ruangan sudah ada seorang pria tua yang tersenyum kepadanya. Sona dipersilahkan duduk di sofa lalu Zian membuatkan teh dengan aroma mint, favorit sang tuan. Sona masih menunduk sembari memainkan jemarinya. Dia sangat takut jika tiba-tiba Kakek Adhiatma menuntutnya. Kakek ikut duduk di seberang Sona, ia melihat ketakutan pada wajah gadis itu. Kakek mengembangkan senyuman dan mulai mengajak Sona untuk berbicara.“Kau sepertinya sangat tertarik dengan Nagara?” tanya Kakek.Sona menatap kakek, tertarik pada pria angkuh seperti itu? Tidak mungkin! Zian datang memberikan teh untuk keduanya setelah itu ia berdiri di belakang sang tuan dan menatap Sona. Sona sangat risih di tatap paman-paman itu.“Kau mau menikah dengannya? Kalian sepertinya sangat cocok?
Suatu hari di Universitas Dominico.Sona keluar dari kelas dan menuju kerumunan, ia heran kenapa semua mahasiswi berteriak histeris seperti bertemu dengan artis.Sona mencoba mendekat lalu tetap saja dia tidak melihat sesuatu. Sona mencoba menerobos kerumunan lalu melihat dua orang berjas sedang memberi tanda tangan pada para mahasiswi norak itu.Ya, pria itu adalah Nagara Vikram Bimasena. Salah satu orang yang berpengaruh dalam universitas tersebut.Sona berdiri tepat didepannya, Nagara yang membawa spidol permanen siap memberi tanda tangan untuk Sona."Mana kertasnya?" tanya Nagara pada Sona."Kertas apa?""Sialan! Lama sekali," ucap Nagara lalu menarik kepala Sona dan menandatangani pada jidat Sona.Sona sangat terkejut, pria aneh itu mengotori keningnya dengan tanda tangan yang bagi Sona tak begitu penting. Semua mahasiswi itu bersorak saat Sona kepalanya dipegang oleh T