Setelah selesai bernegosiasi dan Sona meminta DP untuk menjadi jaminan. Dia keluar dari ruangan mewah tersebut. Disampingnya terdapat Sekertaris Kai yang sedari tadi hanya diam mengantarnya sampai teras gedung.
Orang ini memang susah ditebak, namun aku yakin jika dia sangat cemburu.
"Jadi mulai besok kau harus memanggilku Nona Sona. Aku akan menjadi istri atasanmu," ucap Sona.
"Kenapa anda bangga sekali hanya menjadi istri sewaan selama 6 bulan? Anda tidak takut menjadi janda?" tanya Sekretaris Kai.
Wah... Orang ini langsung berbicara formal kepadaku.
Sona tersenyum tipis, ia memandang sang mantan pacar dengan lekat. Sona bahkan terlihat mengejek pria yang tanpa ekspresi itu.
"Itu semua bukan urusanmu. Aku hanya butuh uang untuk melunasi hutang-hutang orang tua angkatku," ucap Sona.
Dia berjalan keluar menuju jalan raya meninggalkan Sekertaris Kai yang memandangi kepergiannya. Pria es balok itu mengambil ponselnya dan menghapus semua yang menyangkut Sona seperti nomor, foto dan chat terdahulu. Dia tidak ingin sang tuan tahu tentang masa lalunya secara detail.
Sona setelah ini menuju ke tukang rentenir untuk menyicil hutangnya. Selama terjerat dengan tukang rentenir ia tidak bisa hidup tenang. Hampir setiap hari ia di tagih dan diancam ingin di bunuh jika tidak segera melunasinya. Namun apalah daya, untuk makan sehari-hari saja dia sudah sangat kesusahan.
Setelah ojek pesanannya datang, ia menuju ke tempat rentenir tersebut. Huh... memang sungguh melelahkan jika berhadapan dengan mereka.Dalam perjalanan menuju ke tempat itu, ia teringat dengan pasal-pasal yang tidak boleh dilanggar selama menjadi istri bohongan. Namun ia tak habis pikir kenapa Nagara memilih mantan pacar sekertarisnya untuk menjadi istri bayaran.
Ah... Sudahlah, toh ini tidak ada hubungan dengannya. Yang terpenting ia bisa mendapat uang banyak dalam waktu singkat.Setelah sampai, ia masuk ke ruangan gelap dan sunyi. Tempat yang seperti rumah tikus itu adalah tempat persembunyian para rentenir.
Sona langsung masuk dan ada suara sorak seperti menyambutnya."Wuih... Lihat siapa yang berani datang kemari?"
"Benar, bos. Jika datang kemari tidak ada uang bunuh saja dia!"
Sona menguap mengantuk penuh ejekan. Dia melempar amplop coklat ke lantai lalu orang itu mengambilnya. Dihitungnya terdapat 5 juta dan mereka merasa senang.
"Wow.. dalam semalam dapat uang banyak dari mana? Menjual diri? Hahaha..."
"Cih... Itu bukan urusan kalian. Yang terpenting aku akan segera melunasinya dan kita tidak akan bertemu lagi," ucap Sona.
Sona keluar dari tempat itu, ia lega bisa membungkam mulut mereka sementara. Setelah ia mendapat bayaran dari menjadi istri sementara maka dirinya akan benar-benar terbebas dari rentenir itu.
***
Sore yang indah, setelah selesai kuliah ia berjalan kaki untuk pulang kembali ke kos. Tak lupa mie instan ia beli dari minimarket. Sona anak yatim piatu tanpa saudara, orang tua angkatnya sudah meninggal lama dan ia tidak tahu dimana orang tua kandungnya.
Saat berjalan kaki, ia di klakson oleh mobil mewah yang tepat berhenti disebelahnya.Kaca hitam mobil terbuka, Sona bisa melihat tuan muda sombong itu menyuruhnya masuk."Masuklah!" ucap Nagara.
Sona tidak langsung masuk, ia sangat lelah dan ingin pulang ke tempat kos. Namun Negara mengancam untuk menyuruh mengembalikan uang DP kemarin jika tidak menurut padanya.
"Ya... Ya... Baiklah, tuan muda."
Setelah Sona masuk, mereka pergi ke suatu tempat. Sedari tadi Nagara hanya diam membuat Sona menjadi mengantuk. Dia dengan percaya diri tidur bahkan tidak sengaja bersandar pada bahu Nagara.
Nagara mendorongnya namun si putri tidur ini tetap tidur dengan posisi berubah menjadi bersandar pada pintu mobil.Nagara melirik jidat Sona, ia menepis poni wanita itu dan terlihat tanda tangannya masih menempel dengan lekat. Dia tersenyum kecil."Hahaha... Setelah ini mampir untuk membeli penghapus tinta permanen. Tidak mungkin untuk bertemu dengan kakekku dengan penampilan seperti itu dan jangan lupa bawa dia ke salon! Aku ingin rambut bau dan berminyaknya bersih."
"Baik, tuan."
Nagara melirik lagi, ia melihat Sona tidur mendengkur sangat pulas. Sepertinya setelah menikah ia harus berbeda kamar. Sona memang gadis unik tanpa jaim membuat Nagara langsung tertarik pada wanita yang baru ditemuinya beberapa kali.
"Hei gadis payah!" ucap Nagara sambil menoyor jidat Sona. "Bangun! Pede sekali tidur disini," sambung Nagara.
Sona terkejut, ia menguap tanpa ditutup. Nagara memandangnya dengan heran. Sona dengan pedenya lanjut tidur di pangkuan Nagara, tentu saja membuatnya refleks mendorong wanita tidak tahu malu itu.
BRUUK...
Sona terjatuh, ia sangat kesal dan menatap calon suaminya yang belum apa-apa sudah melakukan KDRT.
"Baby honey, kenapa kau mendorongku?" tanya Sona.
Nagara menoyor jidat Sona berkali-kali supaya wanita itu bisa sadar. Namun tetap saja, Sona malah semakin mendekati Nagara dan memeluknya dari samping.
"Hah... Minggir kau! Perempuan macam apa yang berani langsung seperti ini?" tanya Nagara.
"Baby honey, diamlah! Aku mengantuk," ucap Sona sambil melirik Sekertaris Kai. Ya, Sona bermaksud membuatnya cemburu.
Nagara mendorong sekuat tenaga sampai Sona terbentur pintu mobil. Sona mendengus kesal dan menatap Sekertaris Kai melalui kaca spion atas tanpa ekspresi. Nagara membenarkan jasnya dan bergeser menjauhi Sona.
"Oh ya tuan muda, setelah menikah kita tinggal bersama?" tanya Sona.
"Tinggal bersama bukan berarti satu kamar. Kau tidur di kamar pembantu saja."
Sona tersenyum tipis, tak masalah. Dia tidak ingin satu kamar dengan pria yang baru dikenalnya itu. Sona memandang wajah pria tampan itu sangat berbeda dengan saudara kembarnya yang baik dan tidak sombong. Ya, meskipun memang saudara kembar tapi pasti sifat mereka berbeda.
"Satu lagi, aku ingin saat kau menghadapku terlihat cantik. Tidak seperti ini yang bau dan dekil," ucap Nagara.
Sona refleks langsung mencium ketika yang bau. Dia pun rasanya ingin muntah apalagi orang lain. "Baiklah, tuan muda. Ada lagi?"
"Sementara hanya itu saja."
Sona paham, ia langsung diam memandang pemandangan dari kaca mobil. Langit sore kian meredup menampilkan sisi gelapnya dan sebentar lagi malam hari akan tiba. Sebelum membawa gadis itu ke kakeknya, Nagara membawanya ke salon.
Setelah sampai salon, dia di rubah penampilannya sedemikian rupa.
Sebenarnya Sona sangat cantik namun ia hanya kurang merawat diri saja. Hanya polesan tipis dan natural membuatnya sangat cantik bersinar. Rambutnya digerai memanjang dengan bando merah berpita diatas kepalanya.Nagara merasa puas, wanita yang dibawanya memang cocok sebagai istri sandiwaranya ketimbang Aura yang cantik tapi terlihat norak."Tuan muda, apakah saya cocok seperti ini?" tanya Sona.
"Oke."
"Tidak kurang?"
"No,"
"Baiklah, kita mulai sandiwaranya," ucap Sona sambil menggandeng lengan Nagara membuat pria itu terkejut.
Benar-benar wanita yang unik. Batin Nagara
Setelah selesai di salon, mereka menuju hotel tempat makan malam berlangsung. Rasanya menjadi cinderella yang tiba-tiba bertemu pria tampan dan kaya. Sona menatap Nagara yang hanya memakai pakaian biasa sementara dirinya memakai gaun super cantik."Ehm, tuan muda. Anda tidak memakai pakaian formal sepertiku?" tanya Sona."Untuk apa? Hanya bertemu dengan kakekku saja."Sona mengangguk, ia masih penasaran orang seperti apa Nagara ini? Apakah sekejam yang dikatakan orang-orang? Sepertinya tidak, jika saudara kembarnya sangat baik pasti sifat Nagara yang satu ini tidak jauh berbeda.Setelah sampai hotel, mereka turun lalu segera menuju ke ruangan yang telah di sewa. Baru kali ini Sona masuk ke hotel mewah, dia langsung berlari menuju pintu kaca besar membuat kedua pria tampan itu heran."Foto 'kan dong! Jarang sekali aku datang ke tempat ini," ucap Sona sambil menyodorkan ponselnya.Nagara melewatinya dan berbisik. "Jangan norak!"Sementara
Sona menunjukan keahliannya dalam bersilat lidah, ia mengoceh kesana kemarin didepan.Nagara yang hanya mengorek telinga dengan jengah. Sampai pada akhirnya Nagara lelah sendiri dan membiarkan Sona mendongengkannya.“Tuan muda, aku juga membawakan jamu langgananku. Jamu ini membuatmu selalu bertenaga dan tidak mudah lelah. Tuan muda, aku membawakan nasi goreng spesial untukmu. Aku membuatnya sendiri penuh cinta,” ucap Sona.Nagara mulai berbicara. “Kai?”“Iya, tuan.”“Seret burung beo ini! Mengganggu saja.”Sona langsung berlari menghindar dan mendekati Nagara. Dia meminta perlindungan Nagara dan tidak ingin keluar sebelum pria sombong itu memakan makanannya.Nagara berdiri lalu langsung mendorong Sona diatas meja kerjanya, tangannyamengunci tubuh Sona supaya setengah badannya terbaring di atas meja.“Hei wanita payah! Aku sudah membatalkan perjanjian kita. Aku tidak jadi
Sona diseret oleh orang suruhan Nagara untuk menemui pria menyebalkan itu. Saat akan masuk mobil sudah ada Sekertaris Kai. Dia mendengus kesal dan menatap tajam kearahnya. Gara-gara pria itu ia selalu mendapat masalah yang tidak terduga. Sona duduk disebelah Sekertaris Kai, ia masih sangat kesal dengan pria itu. "Andai saja aku tidak kenal denganmu maka aku pasti tidak akan berurusan dengan Nagara si pria sombong itu," gumam Sona yang didengar oleh Sekertaris Kai. Sekertaris Kai tidak menggubris ucapan Sona, ia melajukan mobil menuju rumah sakit yang merawat Nagara. Dalam perjalanan, Sona sangat bergetar hebat. Apakah ia akan di tuntut? Sudah dua kali ia membuat masalah pada Tuan muda Nagara. Perasaannya tidak karuan, ia terus saja berdoa supaya Nagara tidak membawa kasus ini ke pihak kepolisian. Setengah jam perjalanan, mereka sampai juga di rumah sakit yang merawat Nagara. Sona tidak berani untuk masuk namun S
Sona bisa bernafas lega karena berhasil keluar dari cengkraman Nagara namun belum tentu terbebas untuk besok. Pasti pria menyebalkan itu akan membuat perhitungan pada Sona yang membohonginya. Setelah sampai tempat kos, Sona segera mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan pikiran. Ya, benar. Gadis aneh itu berendam di bak mandi ala kos yang rasanya seperti pada bak mandi orang kaya pada umumnya. Sona memikirkan setiap kejadian tadi, ia merasa sangat sial bisa bertemu dengan Nagara. Andai saja waktu itu ia tidak kepo dengan kerumunan mahasiswi norak itu pasti dia tidak akan berurusan dengan Nagara. Di air bak yang dingin, ia berendam sangat lama sampai jemarinya menjadi keriput. Dirinya tak memperdulikan jika berendam terlalu lama akan sakit. Kenapa hidupku selalu begini? Kenapa berat sekali hidupku? Aku hanya ingin hidup bahagia dan tenang seperti orang lain, kenapa susah sekali? Batin Sona
Sona Aprilia, ia mengambil satu botol susu dan satu roti sobek. Dia membawanya ke kasir lalu segera membayarnya. Bayangan Sona hanya bisa tergambar wajah menyebalkan Nagara. Ingin sekali menendang hidung pria itu sekali lagi. "16 ribu, Kak Son," ucap sang kasir yang sudah mengenal Sona. Wati memasukan barang yang dibeli Sona di plastik kecil lalu memandang gadis itu dengan heran. "Woy ... Jangan melamun disini deh! Antrian banyak," ucap Wati. Sona terkejut, ia langsung mengambil uang di sakunya lalu membayar pada Wati. Setelah mendapat kembalian ia keluar dari minimarket. Sona masih terdiam membisu, kenapa hidupnya bisa sangat sial sekali? Dia hanya ingin ketenangan dalam menjalani hidup. Tin ... tin ... Suara klakson berbunyi, Sona memandangnya dan bisa melihat Sekertaris Kai yang berada di mobil itu. Langkah kakinya ia percepat supaya bisa menghindari Sekertaris Kai. Pria tinggi itu mengejar So
Sona melewati Zian, sang asisten Kakek Adhiatma. Zian mempersilahkan masuk ke dalam ruangan pribadi Kakek Adhiatma. Sona tertegun saat melihat ruangan yang sangat mewah itu. Di sudut ruangan sudah ada seorang pria tua yang tersenyum kepadanya. Sona dipersilahkan duduk di sofa lalu Zian membuatkan teh dengan aroma mint, favorit sang tuan. Sona masih menunduk sembari memainkan jemarinya. Dia sangat takut jika tiba-tiba Kakek Adhiatma menuntutnya. Kakek ikut duduk di seberang Sona, ia melihat ketakutan pada wajah gadis itu. Kakek mengembangkan senyuman dan mulai mengajak Sona untuk berbicara.“Kau sepertinya sangat tertarik dengan Nagara?” tanya Kakek.Sona menatap kakek, tertarik pada pria angkuh seperti itu? Tidak mungkin! Zian datang memberikan teh untuk keduanya setelah itu ia berdiri di belakang sang tuan dan menatap Sona. Sona sangat risih di tatap paman-paman itu.“Kau mau menikah dengannya? Kalian sepertinya sangat cocok?
Suatu hari di Universitas Dominico.Sona keluar dari kelas dan menuju kerumunan, ia heran kenapa semua mahasiswi berteriak histeris seperti bertemu dengan artis.Sona mencoba mendekat lalu tetap saja dia tidak melihat sesuatu. Sona mencoba menerobos kerumunan lalu melihat dua orang berjas sedang memberi tanda tangan pada para mahasiswi norak itu.Ya, pria itu adalah Nagara Vikram Bimasena. Salah satu orang yang berpengaruh dalam universitas tersebut.Sona berdiri tepat didepannya, Nagara yang membawa spidol permanen siap memberi tanda tangan untuk Sona."Mana kertasnya?" tanya Nagara pada Sona."Kertas apa?""Sialan! Lama sekali," ucap Nagara lalu menarik kepala Sona dan menandatangani pada jidat Sona.Sona sangat terkejut, pria aneh itu mengotori keningnya dengan tanda tangan yang bagi Sona tak begitu penting. Semua mahasiswi itu bersorak saat Sona kepalanya dipegang oleh T
Keesokan harinya.Aura Mahadewi, seorang model terkenal mendatangi kantor Bimasena Group. Dia ingin bertanya maksud rumor yang beredar pada masyarakat jika Nagara dan Kai menjalin hubungan spesial. Namun tak mudah untuk menemui Tuan Muda Nagara sang presdir pemilik real estate yang sukses bahkan mempunyai penthouse 100 lantai."Gara, keluar kau! Apa benar jika Sekertaris Kai kekasihmu? Apa kurangnya aku sehingga kau malah memilih sesama pria?" teriak Aura berada didepan ruangan Nagara.Sekertaris Kai mendorong wanita itu dengan kasar. Aura mendengus, bukan pertama kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari Sekertaris Kai."Tuan Nagara sedang sibuk, anda bisa kembali minggu depan," ucap Sekertaris Kai.Sekertaris Kai menyuruh petugas keamanan untuk menyeret Aura dari gedung ini. Pria dingin itu mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan sang tuan. Dia melihat Nagara sedang menatap jendela kaca jumbo yang menampilkan pemandangan kota metropolitan ini.