Suatu hari di Universitas Dominico.
Sona keluar dari kelas dan menuju kerumunan, ia heran kenapa semua mahasiswi berteriak histeris seperti bertemu dengan artis.
Sona mencoba mendekat lalu tetap saja dia tidak melihat sesuatu. Sona mencoba menerobos kerumunan lalu melihat dua orang berjas sedang memberi tanda tangan pada para mahasiswi norak itu.Ya, pria itu adalah Nagara Vikram Bimasena. Salah satu orang yang berpengaruh dalam universitas tersebut.Sona berdiri tepat didepannya, Nagara yang membawa spidol permanen siap memberi tanda tangan untuk Sona."Mana kertasnya?" tanya Nagara pada Sona.
"Kertas apa?"
"Sialan! Lama sekali," ucap Nagara lalu menarik kepala Sona dan menandatangani pada jidat Sona.
Sona sangat terkejut, pria aneh itu mengotori keningnya dengan tanda tangan yang bagi Sona tak begitu penting. Semua mahasiswi itu bersorak saat Sona kepalanya dipegang oleh Tuan Muda Nagara yang sangat mereka kagumi.
"Itu tanda tangan yang spesial, sudah sana pergi!" ucap Nagara.
Sona meremas kedua tangannya, ia langsung menampar Nagara membuat semua orang kaget. Nagara tersenyum tipis, ia menatap Sona dengan tajam.
Sekertaris Kai tidak tinggal diam, ia menyuruh wanita itu untuk segera pergi sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan."Kau gadis payah beraninya menamparku? Lihatlah dirimu! Pakaianmu saja nampak seperti gombal," ejek Nagara.
"Pakaianku bukan urusanmu. Namun kau seenak jidat menandatangi jidatku yang suci ini. Memangnya kau siapa? Kau bukan artis hanya orang kaya yang sombong," jawab Sona dengan berani.
Sekertaris Kai menengahi mereka lalu memberikan sejumlah uang untuk Sona sebagai ganti rugi. Sona menatap Sekertaris Kai dengan kesal. Dia membalikan badan lalu pergi dari tempat itu. Sona sangat kesal, ada ya orang seperti dia? Nagara, namanya saja sangat terlihat orang yang sombong.
"Kai?"
"Iya, Tuan Naga."
"Cari identitas wanita itu! Dia tidak tahu berhadapan dengan siapa. Awas saja! Aku akan menyiksanya sampai dia bersujud dihadapanku," ucap Nagara.
Sekertaris Kai hanya mengangguk. Mereka lalu memilih pergi karena Nagara sudah tidak berselera lagi memberi tanda tangan pada para fansnya.
Disisi lain,
Sona berada di kamar mandi sedang membersihkan jidatnya yang tercemar. Sialnya pria sombong itu menggunakan spidol permanen membuat Sona kesusahan menghilangkannya.Cih... Dasar orang kaya sombong! Huh... Jidatku jadi seperti ini.
Beberapa mahasiswi datang, mereka sangat kesal dengan Sona yang tadi merusak suasana.
"Hei gadis kampung! Kau akan terkena masalah karena melawan Tuan Muda," ucap Rosa, salah satu mahasiswi idaman di kampus itu.
"Tuan muda? Hahaha... Makan tuh tuan muda! Kalian sangat bodoh bisa-bisanya menyukai orang arogan seperti dia," jawab Sona.
Plaaaak....
Rosa menampar Sona, Sona hanya tersenyum tipis.
"Jaga mulutmu, ya! Kau bisa kuliah disini juga karena berkat Tuan Muda Nagara memberikan beasiswa bagi orang yang miskin sepertimu. Dasar tidak tahu terima kasih."
Sona menghela nafas, ia memilih untuk tidak meladeni Rosa dan teman-temannya. Mengingat ucapan Rosa tadi ia menjadi sadar saat dirinya memang pengguna beasiswa dari keluarga Nagara.
Ya beginilah, jika orang yang mempunyai banyak uang akan menjadi raja yang diagung-agungkan. Orang yatim piatu dan miskin sepertiku hanya seperti butiran debu.
*----------------*
"Apa? Putus?" ucap Sona sangat terkejut saat kekasihnya mengajaknya untuk putus.
"Kenapa terkejut? Ini dari awal memang salahmu."
Sona menatap pria berjas itu, mereka sudah berpacaran sejak satu tahun yang lalu secara diam-diam dan tidak diketahui orang lain.
Sekertaris Kai tidak memperhatikan air mata Sona yang menetes. Pria yang dikenal dingin itu tak berekspresi saat mengucapkan kata menyakitkan itu."Apa ini karena tuan muda mu itu? Kau memutuskanku karena Nagara yang sombong itu 'kan?" tanya Sona.
"Ini tidak ada hubungannya dengan Tuan Muda Nagara. Aku memutuskanmu karena aku bosan."
Sona meremas jemarinya, pria yang sangat dicintainya bisa-bisanya mempermainkannya. Sona menangis sambil berjongkok didepan Sekertaris Kai. Selain Sekertaris Kai ia tidak mempunyai siapa-siapa lagi.
"Jadi selama ini Kak Kai tidak mencintaiku?" tanya Sona.
"Sudah aku bilang jika yang namanya cinta itu fiktif."
Sona berdiri dan menatap Sekertaris Kai dengan lekat. "Oke, suatu hari kau akan menyesal sudah memutuskanku dan mempermainkanku. Bye!"
Sona pergi meninggalkan Sekertaris Kai dan berjalan menuju kos nya. Sekertaris Kai memperhatikan wanita berambut panjang itu yang sempat mengisi hatinya.
Tidak perlu suatu hari nanti, sekarang pun aku sangat menyesal, Sona. Aku memang pria yang pengecut.
Sekertaris Kai masuk ke mobil untuk kembali ke apartemennya. Dalam perjalanan ia teringat ucapan sang tuan.
3 jam yang lalu.
"Kai, kau sudah mendapat identitas wanita tadi?" tanya Nagara.
"Apa yang akan anda lakukan, tuan?"
"Sialan! Aku bertanya padamu malah kau bertanya kembali padaku."
Sekertaris Kai meminta maaf, ia menjawab pertanyaan sang tuan yang tadi. "Namanya Sona Aprilia jurusan manajemen tahun ke 3. Dia salah satu penerima beasiswa dari keluarga anda."
Nagara memegangi dagunya. Sepertinya wanita itu sangat menarik apalagi saat Nagara mencoret kening wanita tadi cukup membuatnya terhibur.
"Bagaimana dengan keluarganya? Seperti orang tuanya?" tanya Nagara.
"Dia anak yatim piatu, tuan."
Nagara tersenyum tipis, dari kaca spion atas sang sekertaris melihatnya. Bagaimana jika sang tuan tahu jika wanita tadi adalah kekasih rahasianya?
"Dia tinggal dimana?" tanya Nagara.
"Dia sendirian di kos dekat kampus, tuan."
Nagara semakin girang. "Besok seret dia untuk menemuiku di kantor."
Sekretaris Kai hanya heran, apa yang dilakukan oleh sang tuan pada Sona mengingat sang tuan sangat kejam dan sadis jika menghukum orang.
"Aku akan menjadikannya istri sewaan. Tipe orang seperti dia sangat cocok memainkan peran sebagai istri. Dia bisa bersandiwara didepan orang tuaku sebagai istri yang baik dan bisa bersandiwara didepan Aura sebagai wanita yang menyebalkan dan saat itulah Aura tidak akan berani mendekatiku lagi," jelas Nagara.
Apa? Istri? Dia kekasih saya, tuan. Batin Sekertaris Kai.
Sekertaris Kai tersadar dari lamunannya, sepertinya kedepannya ia akan melihat pemandangan menyakitkan antara sang tuan dengan mantan kekasihnya.
Disisi lain, Sona hanya berdiam diri ditempat kos. Kejadian siang tadi membuatnya sangat kesal. Karena tuan muda sombong itu ia putus dengan sang kekasih yang menemaninya selama 1 tahun ini.
Awas kau Naga dan Kai sialan! Kalian bisa menghancurkanku dan aku juga bisa menghancurkan kalian. Kira-kira apa yang terjadi jika aku membuat rumor jika kalian itu gay? Hahaha... Pasti mereka akan percaya karena tuan muda dan sekretarisnya selalu nempel kesana kemari. Hahaha... mampuslah kalian!
Di tempat lain, rumah megah dari keluarga Bimasena.
"Huaaaachooo..."
Nagara bersin-bersin, ia mengelap hidung mancungnya menggunakan tisu. Hidungnya merasa sangat gatal
"Huh... Sepertinya ada yang membicarakanku," gumamnya.
Keesokan harinya.Aura Mahadewi, seorang model terkenal mendatangi kantor Bimasena Group. Dia ingin bertanya maksud rumor yang beredar pada masyarakat jika Nagara dan Kai menjalin hubungan spesial. Namun tak mudah untuk menemui Tuan Muda Nagara sang presdir pemilik real estate yang sukses bahkan mempunyai penthouse 100 lantai."Gara, keluar kau! Apa benar jika Sekertaris Kai kekasihmu? Apa kurangnya aku sehingga kau malah memilih sesama pria?" teriak Aura berada didepan ruangan Nagara.Sekertaris Kai mendorong wanita itu dengan kasar. Aura mendengus, bukan pertama kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari Sekertaris Kai."Tuan Nagara sedang sibuk, anda bisa kembali minggu depan," ucap Sekertaris Kai.Sekertaris Kai menyuruh petugas keamanan untuk menyeret Aura dari gedung ini. Pria dingin itu mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan sang tuan. Dia melihat Nagara sedang menatap jendela kaca jumbo yang menampilkan pemandangan kota metropolitan ini.
Setelah selesai bernegosiasi dan Sona meminta DP untuk menjadi jaminan. Dia keluar dari ruangan mewah tersebut. Disampingnya terdapat Sekertaris Kai yang sedari tadi hanya diam mengantarnya sampai teras gedung.Orang ini memang susah ditebak, namun aku yakin jika dia sangat cemburu."Jadi mulai besok kau harus memanggilku Nona Sona. Aku akan menjadi istri atasanmu," ucap Sona."Kenapa anda bangga sekali hanya menjadi istri sewaan selama 6 bulan? Anda tidak takut menjadi janda?" tanya Sekretaris Kai.Wah... Orang ini langsung berbicara formal kepadaku.Sona tersenyum tipis, ia memandang sang mantan pacar dengan lekat. Sona bahkan terlihat mengejek pria yang tanpa ekspresi itu."Itu semua bukan urusanmu. Aku hanya butuh uang untuk melunasi hutang-hutang orang tua angkatku," ucap Sona.Dia berjalan keluar menuju jalan raya meninggalkan Sekertaris Kai yang memandangi kepergiannya. Pria es balok itu mengambil ponselnya dan menghapus semua
Setelah selesai di salon, mereka menuju hotel tempat makan malam berlangsung. Rasanya menjadi cinderella yang tiba-tiba bertemu pria tampan dan kaya. Sona menatap Nagara yang hanya memakai pakaian biasa sementara dirinya memakai gaun super cantik."Ehm, tuan muda. Anda tidak memakai pakaian formal sepertiku?" tanya Sona."Untuk apa? Hanya bertemu dengan kakekku saja."Sona mengangguk, ia masih penasaran orang seperti apa Nagara ini? Apakah sekejam yang dikatakan orang-orang? Sepertinya tidak, jika saudara kembarnya sangat baik pasti sifat Nagara yang satu ini tidak jauh berbeda.Setelah sampai hotel, mereka turun lalu segera menuju ke ruangan yang telah di sewa. Baru kali ini Sona masuk ke hotel mewah, dia langsung berlari menuju pintu kaca besar membuat kedua pria tampan itu heran."Foto 'kan dong! Jarang sekali aku datang ke tempat ini," ucap Sona sambil menyodorkan ponselnya.Nagara melewatinya dan berbisik. "Jangan norak!"Sementara
Sona menunjukan keahliannya dalam bersilat lidah, ia mengoceh kesana kemarin didepan.Nagara yang hanya mengorek telinga dengan jengah. Sampai pada akhirnya Nagara lelah sendiri dan membiarkan Sona mendongengkannya.“Tuan muda, aku juga membawakan jamu langgananku. Jamu ini membuatmu selalu bertenaga dan tidak mudah lelah. Tuan muda, aku membawakan nasi goreng spesial untukmu. Aku membuatnya sendiri penuh cinta,” ucap Sona.Nagara mulai berbicara. “Kai?”“Iya, tuan.”“Seret burung beo ini! Mengganggu saja.”Sona langsung berlari menghindar dan mendekati Nagara. Dia meminta perlindungan Nagara dan tidak ingin keluar sebelum pria sombong itu memakan makanannya.Nagara berdiri lalu langsung mendorong Sona diatas meja kerjanya, tangannyamengunci tubuh Sona supaya setengah badannya terbaring di atas meja.“Hei wanita payah! Aku sudah membatalkan perjanjian kita. Aku tidak jadi
Sona diseret oleh orang suruhan Nagara untuk menemui pria menyebalkan itu. Saat akan masuk mobil sudah ada Sekertaris Kai. Dia mendengus kesal dan menatap tajam kearahnya. Gara-gara pria itu ia selalu mendapat masalah yang tidak terduga. Sona duduk disebelah Sekertaris Kai, ia masih sangat kesal dengan pria itu. "Andai saja aku tidak kenal denganmu maka aku pasti tidak akan berurusan dengan Nagara si pria sombong itu," gumam Sona yang didengar oleh Sekertaris Kai. Sekertaris Kai tidak menggubris ucapan Sona, ia melajukan mobil menuju rumah sakit yang merawat Nagara. Dalam perjalanan, Sona sangat bergetar hebat. Apakah ia akan di tuntut? Sudah dua kali ia membuat masalah pada Tuan muda Nagara. Perasaannya tidak karuan, ia terus saja berdoa supaya Nagara tidak membawa kasus ini ke pihak kepolisian. Setengah jam perjalanan, mereka sampai juga di rumah sakit yang merawat Nagara. Sona tidak berani untuk masuk namun S
Sona bisa bernafas lega karena berhasil keluar dari cengkraman Nagara namun belum tentu terbebas untuk besok. Pasti pria menyebalkan itu akan membuat perhitungan pada Sona yang membohonginya. Setelah sampai tempat kos, Sona segera mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan pikiran. Ya, benar. Gadis aneh itu berendam di bak mandi ala kos yang rasanya seperti pada bak mandi orang kaya pada umumnya. Sona memikirkan setiap kejadian tadi, ia merasa sangat sial bisa bertemu dengan Nagara. Andai saja waktu itu ia tidak kepo dengan kerumunan mahasiswi norak itu pasti dia tidak akan berurusan dengan Nagara. Di air bak yang dingin, ia berendam sangat lama sampai jemarinya menjadi keriput. Dirinya tak memperdulikan jika berendam terlalu lama akan sakit. Kenapa hidupku selalu begini? Kenapa berat sekali hidupku? Aku hanya ingin hidup bahagia dan tenang seperti orang lain, kenapa susah sekali? Batin Sona
Sona Aprilia, ia mengambil satu botol susu dan satu roti sobek. Dia membawanya ke kasir lalu segera membayarnya. Bayangan Sona hanya bisa tergambar wajah menyebalkan Nagara. Ingin sekali menendang hidung pria itu sekali lagi. "16 ribu, Kak Son," ucap sang kasir yang sudah mengenal Sona. Wati memasukan barang yang dibeli Sona di plastik kecil lalu memandang gadis itu dengan heran. "Woy ... Jangan melamun disini deh! Antrian banyak," ucap Wati. Sona terkejut, ia langsung mengambil uang di sakunya lalu membayar pada Wati. Setelah mendapat kembalian ia keluar dari minimarket. Sona masih terdiam membisu, kenapa hidupnya bisa sangat sial sekali? Dia hanya ingin ketenangan dalam menjalani hidup. Tin ... tin ... Suara klakson berbunyi, Sona memandangnya dan bisa melihat Sekertaris Kai yang berada di mobil itu. Langkah kakinya ia percepat supaya bisa menghindari Sekertaris Kai. Pria tinggi itu mengejar So
Sona melewati Zian, sang asisten Kakek Adhiatma. Zian mempersilahkan masuk ke dalam ruangan pribadi Kakek Adhiatma. Sona tertegun saat melihat ruangan yang sangat mewah itu. Di sudut ruangan sudah ada seorang pria tua yang tersenyum kepadanya. Sona dipersilahkan duduk di sofa lalu Zian membuatkan teh dengan aroma mint, favorit sang tuan. Sona masih menunduk sembari memainkan jemarinya. Dia sangat takut jika tiba-tiba Kakek Adhiatma menuntutnya. Kakek ikut duduk di seberang Sona, ia melihat ketakutan pada wajah gadis itu. Kakek mengembangkan senyuman dan mulai mengajak Sona untuk berbicara.“Kau sepertinya sangat tertarik dengan Nagara?” tanya Kakek.Sona menatap kakek, tertarik pada pria angkuh seperti itu? Tidak mungkin! Zian datang memberikan teh untuk keduanya setelah itu ia berdiri di belakang sang tuan dan menatap Sona. Sona sangat risih di tatap paman-paman itu.“Kau mau menikah dengannya? Kalian sepertinya sangat cocok?