Sona bisa bernafas lega karena berhasil keluar dari cengkraman Nagara namun belum tentu terbebas untuk besok. Pasti pria menyebalkan itu akan membuat perhitungan pada Sona yang membohonginya. Setelah sampai tempat kos, Sona segera mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan pikiran. Ya, benar. Gadis aneh itu berendam di bak mandi ala kos yang rasanya seperti pada bak mandi orang kaya pada umumnya.
Sona memikirkan setiap kejadian tadi, ia merasa sangat sial bisa bertemu dengan Nagara. Andai saja waktu itu ia tidak kepo dengan kerumunan mahasiswi norak itu pasti dia tidak akan berurusan dengan Nagara. Di air bak yang dingin, ia berendam sangat lama sampai jemarinya menjadi keriput. Dirinya tak memperdulikan jika berendam terlalu lama akan sakit.
Kenapa hidupku selalu begini? Kenapa berat sekali hidupku? Aku hanya ingin hidup bahagia dan tenang seperti orang lain, kenapa susah sekali? Batin Sona
Setelah mandi, ia segera mengeringkan badannya menggunakan handuk Sona memakai pakaian santai lalu berbaring di ranjang. Pikirannya terus terfokus pada Nagara si pria menyebalkan itu. Sona mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Bayangan wajah Nagara selalu terbayang di kepalanya.
Huh ... Kenapa aku memikirkannya? Lebih baik aku tidur saja. Batin Sona.
Sona pun langsung berusaha untuk tidur, ia menarik selimut sampai kepala dan terlelap di ambang mimpi.
****
Keesokan harinya.
Nagara di perbolehkan pulang dan kini harus beristirahat seharian. Dia diperlakukan seperti seorang tuan muda, dirinya terbaring di ranjang bermain game dan memakan buah segar. Sang sekertaris datang dan membawa berkas yang harus ditanda tangani namun Nagara menolak karena hari ini adalah hari liburnya dan tidak mau di ganggu masalah pekerjaan. Sekertaris Kai paham, ia memilih mengalah ketimbang berdebat dengan sang tuan.
"Oh ya, masalah wanita itu bagaimana? Aku ingin kau menyeretnya kesini," ucap Nagara.
"Saya akan membawanya datang kemari, tuan."
Nagara lalu mengibaskan tangan untuk menyuruh Sekertaris Kai pergi. Sekertaris Kai mengerti dan dia langsung pergi. Nagara sangat bosan hari ini dan rasanya ingin bermain-main dengan wanita menyebalkan itu. Namun belum apa-apa ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Kenapa wajah wanita itu selalu ada di benaknya?
Nagara beranjak dari tempat tidur, ia mengambil jaket lalu tangannya meraih kunci mobil. Dia hari ini berencana untuk ke kampus tempat Sona berkuliah. Dia bukannya ingin menemui Sona yang menyebalkan itu namun hanya ingin sekedar berjalan-jalan saja.
Sebelum keluar dari apartemen, seseorang mengirimkan foto Sona yang di kerjai habis-habisan kemarin. Nagara tersenyum senang ketika melihat wanita menyebalkan itu mendapat karmanya.
Mampuslah, Sona! Kau pikir kau siapa bisa-bisanya bersikap seperti itu padaku? Batin Nagara.
Setelah melihat foto itu, Nagara menyimpan ponselnya lalu bergegas keluar dari apartemen. Namun, ia sangat terkejut saat sang kakek sudah ada di depan kamarnya.
"Mau kemana sedang sakit begini?" tanya Kakek Adhiatma.
"Hem ... mau keluar sebentar mencari udara segar."
Kakek Adhiatma langsung merangkulnya dan mengajak masuk Nagara. Kakek Adhiatma duduk di sofa lalu menatap Nagara dengan tersenyum kecil, Nagara yang masih di depan kakek hanya terheran. Pasti ada maksud terselubung di balik senyuman kakek.
"Gadis itu, kakek menyukainya," ucap Kakek.
"Siapa? Sona? Jika kakek suka ambil saja!"
Kakek tertawa menggelegar, Nagara hanya bisa mengorek telinganya yang sakit akibat suara tertawa kakek yang sangat keras.
"Maksudku, kakek menyukai Sona jika menikah denganmu. Baru kali ini ada perempuan yang berani denganmu."
Nagara menatap kakek semakin heran, ia bahkan mulai sangat kesal ketika sang kakek membahas menikah lagi. Nagara sudah sangat muak mendengar kata menikah dan menikah. Pria yang sudah cukup untuk menikah itu memilih berjalan menuju pintu. Namun ucapan kakek membuatnya terhenti melangkah.
"Kakek akan mengundangnya makan malam. Pastikan kau datang malam ini!" ucap Kakek.
Nagara mendengus kesal, ia meremas kemarin lalu mulai berjalan keluar dari apartemen. Sang kakek hanya heran dengan sifat cucunya yang seperti itu. Dia yang memilih, dia juga yang pada akhirnya tidak setuju.
Nagara menuju mobilnya, ia bodoh sekali pada waktu itu membawa Sona ke kakeknya. Wanita itu akan menjadi istrinya? Wanita yang di anggapnya idiot dan aneh mana bisa di jadikan istri? Nagara menyetir mobil dengan sangat kencang, yang awalnya bertujuan ke kampus kini mendadak ingin ke saudara kembarnya yang sudah berkeluarga.
Dewa, dialah saudara kembar Nagara. Wajahnya sangat mirip dengan Nagara namun sifat mereka bertolak belakang. Sifat Dewa sangat baik dan lembut sedangkan sifat Nagara bertolak belakang. Sebelum datang ke rumah saudara kembarnya. Nagara membelikan beberapa camilan untuk keponakannya. Dia sangat sayang dengan keempat anak Dewa. Melihat anak kecil yang menggemaskan membuat dirinya ingin mempunyai juga namun ia masih ingin sendiri menikmati hidup dalam kekayaan ini.
Nagara mampir ke sebuah minimarket, ia termasuk royal kepada keponakannya namun sangat pelit pada saudara kembarnya sendiri. Dia tidak ingin Dewa menyaingi dirinya dalam masalah pekerjaan, Nagara ingin dianggap lebih baik dari Dewa. Setelah membeli, ia segera menuju ke apartemen Dewa secepat kilat.
*****
Setelah sampai, ia langsung dihampiri keempat keponakannya. Tentu saja para bocah kecil itu menuju plastik yang di tenteng pamannya.
"Baru keluar dari rumah sakit kok sudah keluyuran?" tanya Alona yaitu istri Dewa.
"Iya kakak ipar, bosan di rumah."
Nagara menghampiri Dewa yang kini sedang libur mengurus toko onlinenya. Mereka lalu mengobrol kesana kemari dan obrolan terpanas mereka mengenai gadis yang berani menendang hidung Nagara. Dewa tertawa terbahak-bahak, ada ya gadis seperti itu? Bahkan sangat membuat Nagara kesal.
"Cocok banget jika kau jadikan istri, dia bar-bar dan kau arogan," ucap Dewa.
"Cih ... bisa-bisa bertengkar setiap hari jika kami beneran menikah. Eh ... Kakekmu itu urusin. Aku yang menjalani hidup, dia yang ribet sendiri. Aku dipaksa menikah."
Dewa menepuk bahu saudari kembarnya. Nagara hanya bisa menghela nafas panjang. Dia lebih baik kembali ke Amerika dari pada bertemu dengan kakeknya yang terus menerus memaksanya untuk menikah.
Alona tiba-tiba datang untuk membawakan minuman untuk mereka. Nagara langsung menenggaknya, ia memandang Alona. Jika saja tidak ada insiden itu pasti Nagara sudah menikah dengan Alona.
"Jangan lihat istriku!" ucap Dewa yang sadar atas tatapan Nagara pada Alona.
Nagara sangat kesal. "Cewek asli seperti istrimu, dia cantik, pandai merawat diri serta harum. Sedangkan gadis menyebalkan itu sudah jelek, rambut berminyak, bau badannya menyengat, huh ... bikin jijik saja," ucap Nagara.
"Hahaha ... makanya jadikan istri lalu ajak dia ke salon biar cantik. Uangmu 'kan banyak jadi jangan pelit-pelit!" sindir Dewa.
Jadikan istri? Wanita itu? Cih ... lebih baik aku menjomblo seumur hidup dari pada harus menikah dengannya. Batin Nagara.
Sona Aprilia, ia mengambil satu botol susu dan satu roti sobek. Dia membawanya ke kasir lalu segera membayarnya. Bayangan Sona hanya bisa tergambar wajah menyebalkan Nagara. Ingin sekali menendang hidung pria itu sekali lagi. "16 ribu, Kak Son," ucap sang kasir yang sudah mengenal Sona. Wati memasukan barang yang dibeli Sona di plastik kecil lalu memandang gadis itu dengan heran. "Woy ... Jangan melamun disini deh! Antrian banyak," ucap Wati. Sona terkejut, ia langsung mengambil uang di sakunya lalu membayar pada Wati. Setelah mendapat kembalian ia keluar dari minimarket. Sona masih terdiam membisu, kenapa hidupnya bisa sangat sial sekali? Dia hanya ingin ketenangan dalam menjalani hidup. Tin ... tin ... Suara klakson berbunyi, Sona memandangnya dan bisa melihat Sekertaris Kai yang berada di mobil itu. Langkah kakinya ia percepat supaya bisa menghindari Sekertaris Kai. Pria tinggi itu mengejar So
Sona melewati Zian, sang asisten Kakek Adhiatma. Zian mempersilahkan masuk ke dalam ruangan pribadi Kakek Adhiatma. Sona tertegun saat melihat ruangan yang sangat mewah itu. Di sudut ruangan sudah ada seorang pria tua yang tersenyum kepadanya. Sona dipersilahkan duduk di sofa lalu Zian membuatkan teh dengan aroma mint, favorit sang tuan. Sona masih menunduk sembari memainkan jemarinya. Dia sangat takut jika tiba-tiba Kakek Adhiatma menuntutnya. Kakek ikut duduk di seberang Sona, ia melihat ketakutan pada wajah gadis itu. Kakek mengembangkan senyuman dan mulai mengajak Sona untuk berbicara.“Kau sepertinya sangat tertarik dengan Nagara?” tanya Kakek.Sona menatap kakek, tertarik pada pria angkuh seperti itu? Tidak mungkin! Zian datang memberikan teh untuk keduanya setelah itu ia berdiri di belakang sang tuan dan menatap Sona. Sona sangat risih di tatap paman-paman itu.“Kau mau menikah dengannya? Kalian sepertinya sangat cocok?
Suatu hari di Universitas Dominico.Sona keluar dari kelas dan menuju kerumunan, ia heran kenapa semua mahasiswi berteriak histeris seperti bertemu dengan artis.Sona mencoba mendekat lalu tetap saja dia tidak melihat sesuatu. Sona mencoba menerobos kerumunan lalu melihat dua orang berjas sedang memberi tanda tangan pada para mahasiswi norak itu.Ya, pria itu adalah Nagara Vikram Bimasena. Salah satu orang yang berpengaruh dalam universitas tersebut.Sona berdiri tepat didepannya, Nagara yang membawa spidol permanen siap memberi tanda tangan untuk Sona."Mana kertasnya?" tanya Nagara pada Sona."Kertas apa?""Sialan! Lama sekali," ucap Nagara lalu menarik kepala Sona dan menandatangani pada jidat Sona.Sona sangat terkejut, pria aneh itu mengotori keningnya dengan tanda tangan yang bagi Sona tak begitu penting. Semua mahasiswi itu bersorak saat Sona kepalanya dipegang oleh T
Keesokan harinya.Aura Mahadewi, seorang model terkenal mendatangi kantor Bimasena Group. Dia ingin bertanya maksud rumor yang beredar pada masyarakat jika Nagara dan Kai menjalin hubungan spesial. Namun tak mudah untuk menemui Tuan Muda Nagara sang presdir pemilik real estate yang sukses bahkan mempunyai penthouse 100 lantai."Gara, keluar kau! Apa benar jika Sekertaris Kai kekasihmu? Apa kurangnya aku sehingga kau malah memilih sesama pria?" teriak Aura berada didepan ruangan Nagara.Sekertaris Kai mendorong wanita itu dengan kasar. Aura mendengus, bukan pertama kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari Sekertaris Kai."Tuan Nagara sedang sibuk, anda bisa kembali minggu depan," ucap Sekertaris Kai.Sekertaris Kai menyuruh petugas keamanan untuk menyeret Aura dari gedung ini. Pria dingin itu mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan sang tuan. Dia melihat Nagara sedang menatap jendela kaca jumbo yang menampilkan pemandangan kota metropolitan ini.
Setelah selesai bernegosiasi dan Sona meminta DP untuk menjadi jaminan. Dia keluar dari ruangan mewah tersebut. Disampingnya terdapat Sekertaris Kai yang sedari tadi hanya diam mengantarnya sampai teras gedung.Orang ini memang susah ditebak, namun aku yakin jika dia sangat cemburu."Jadi mulai besok kau harus memanggilku Nona Sona. Aku akan menjadi istri atasanmu," ucap Sona."Kenapa anda bangga sekali hanya menjadi istri sewaan selama 6 bulan? Anda tidak takut menjadi janda?" tanya Sekretaris Kai.Wah... Orang ini langsung berbicara formal kepadaku.Sona tersenyum tipis, ia memandang sang mantan pacar dengan lekat. Sona bahkan terlihat mengejek pria yang tanpa ekspresi itu."Itu semua bukan urusanmu. Aku hanya butuh uang untuk melunasi hutang-hutang orang tua angkatku," ucap Sona.Dia berjalan keluar menuju jalan raya meninggalkan Sekertaris Kai yang memandangi kepergiannya. Pria es balok itu mengambil ponselnya dan menghapus semua
Setelah selesai di salon, mereka menuju hotel tempat makan malam berlangsung. Rasanya menjadi cinderella yang tiba-tiba bertemu pria tampan dan kaya. Sona menatap Nagara yang hanya memakai pakaian biasa sementara dirinya memakai gaun super cantik."Ehm, tuan muda. Anda tidak memakai pakaian formal sepertiku?" tanya Sona."Untuk apa? Hanya bertemu dengan kakekku saja."Sona mengangguk, ia masih penasaran orang seperti apa Nagara ini? Apakah sekejam yang dikatakan orang-orang? Sepertinya tidak, jika saudara kembarnya sangat baik pasti sifat Nagara yang satu ini tidak jauh berbeda.Setelah sampai hotel, mereka turun lalu segera menuju ke ruangan yang telah di sewa. Baru kali ini Sona masuk ke hotel mewah, dia langsung berlari menuju pintu kaca besar membuat kedua pria tampan itu heran."Foto 'kan dong! Jarang sekali aku datang ke tempat ini," ucap Sona sambil menyodorkan ponselnya.Nagara melewatinya dan berbisik. "Jangan norak!"Sementara
Sona menunjukan keahliannya dalam bersilat lidah, ia mengoceh kesana kemarin didepan.Nagara yang hanya mengorek telinga dengan jengah. Sampai pada akhirnya Nagara lelah sendiri dan membiarkan Sona mendongengkannya.“Tuan muda, aku juga membawakan jamu langgananku. Jamu ini membuatmu selalu bertenaga dan tidak mudah lelah. Tuan muda, aku membawakan nasi goreng spesial untukmu. Aku membuatnya sendiri penuh cinta,” ucap Sona.Nagara mulai berbicara. “Kai?”“Iya, tuan.”“Seret burung beo ini! Mengganggu saja.”Sona langsung berlari menghindar dan mendekati Nagara. Dia meminta perlindungan Nagara dan tidak ingin keluar sebelum pria sombong itu memakan makanannya.Nagara berdiri lalu langsung mendorong Sona diatas meja kerjanya, tangannyamengunci tubuh Sona supaya setengah badannya terbaring di atas meja.“Hei wanita payah! Aku sudah membatalkan perjanjian kita. Aku tidak jadi
Sona diseret oleh orang suruhan Nagara untuk menemui pria menyebalkan itu. Saat akan masuk mobil sudah ada Sekertaris Kai. Dia mendengus kesal dan menatap tajam kearahnya. Gara-gara pria itu ia selalu mendapat masalah yang tidak terduga. Sona duduk disebelah Sekertaris Kai, ia masih sangat kesal dengan pria itu. "Andai saja aku tidak kenal denganmu maka aku pasti tidak akan berurusan dengan Nagara si pria sombong itu," gumam Sona yang didengar oleh Sekertaris Kai. Sekertaris Kai tidak menggubris ucapan Sona, ia melajukan mobil menuju rumah sakit yang merawat Nagara. Dalam perjalanan, Sona sangat bergetar hebat. Apakah ia akan di tuntut? Sudah dua kali ia membuat masalah pada Tuan muda Nagara. Perasaannya tidak karuan, ia terus saja berdoa supaya Nagara tidak membawa kasus ini ke pihak kepolisian. Setengah jam perjalanan, mereka sampai juga di rumah sakit yang merawat Nagara. Sona tidak berani untuk masuk namun S
Sona melewati Zian, sang asisten Kakek Adhiatma. Zian mempersilahkan masuk ke dalam ruangan pribadi Kakek Adhiatma. Sona tertegun saat melihat ruangan yang sangat mewah itu. Di sudut ruangan sudah ada seorang pria tua yang tersenyum kepadanya. Sona dipersilahkan duduk di sofa lalu Zian membuatkan teh dengan aroma mint, favorit sang tuan. Sona masih menunduk sembari memainkan jemarinya. Dia sangat takut jika tiba-tiba Kakek Adhiatma menuntutnya. Kakek ikut duduk di seberang Sona, ia melihat ketakutan pada wajah gadis itu. Kakek mengembangkan senyuman dan mulai mengajak Sona untuk berbicara.“Kau sepertinya sangat tertarik dengan Nagara?” tanya Kakek.Sona menatap kakek, tertarik pada pria angkuh seperti itu? Tidak mungkin! Zian datang memberikan teh untuk keduanya setelah itu ia berdiri di belakang sang tuan dan menatap Sona. Sona sangat risih di tatap paman-paman itu.“Kau mau menikah dengannya? Kalian sepertinya sangat cocok?
Sona Aprilia, ia mengambil satu botol susu dan satu roti sobek. Dia membawanya ke kasir lalu segera membayarnya. Bayangan Sona hanya bisa tergambar wajah menyebalkan Nagara. Ingin sekali menendang hidung pria itu sekali lagi. "16 ribu, Kak Son," ucap sang kasir yang sudah mengenal Sona. Wati memasukan barang yang dibeli Sona di plastik kecil lalu memandang gadis itu dengan heran. "Woy ... Jangan melamun disini deh! Antrian banyak," ucap Wati. Sona terkejut, ia langsung mengambil uang di sakunya lalu membayar pada Wati. Setelah mendapat kembalian ia keluar dari minimarket. Sona masih terdiam membisu, kenapa hidupnya bisa sangat sial sekali? Dia hanya ingin ketenangan dalam menjalani hidup. Tin ... tin ... Suara klakson berbunyi, Sona memandangnya dan bisa melihat Sekertaris Kai yang berada di mobil itu. Langkah kakinya ia percepat supaya bisa menghindari Sekertaris Kai. Pria tinggi itu mengejar So
Sona bisa bernafas lega karena berhasil keluar dari cengkraman Nagara namun belum tentu terbebas untuk besok. Pasti pria menyebalkan itu akan membuat perhitungan pada Sona yang membohonginya. Setelah sampai tempat kos, Sona segera mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan pikiran. Ya, benar. Gadis aneh itu berendam di bak mandi ala kos yang rasanya seperti pada bak mandi orang kaya pada umumnya. Sona memikirkan setiap kejadian tadi, ia merasa sangat sial bisa bertemu dengan Nagara. Andai saja waktu itu ia tidak kepo dengan kerumunan mahasiswi norak itu pasti dia tidak akan berurusan dengan Nagara. Di air bak yang dingin, ia berendam sangat lama sampai jemarinya menjadi keriput. Dirinya tak memperdulikan jika berendam terlalu lama akan sakit. Kenapa hidupku selalu begini? Kenapa berat sekali hidupku? Aku hanya ingin hidup bahagia dan tenang seperti orang lain, kenapa susah sekali? Batin Sona
Sona diseret oleh orang suruhan Nagara untuk menemui pria menyebalkan itu. Saat akan masuk mobil sudah ada Sekertaris Kai. Dia mendengus kesal dan menatap tajam kearahnya. Gara-gara pria itu ia selalu mendapat masalah yang tidak terduga. Sona duduk disebelah Sekertaris Kai, ia masih sangat kesal dengan pria itu. "Andai saja aku tidak kenal denganmu maka aku pasti tidak akan berurusan dengan Nagara si pria sombong itu," gumam Sona yang didengar oleh Sekertaris Kai. Sekertaris Kai tidak menggubris ucapan Sona, ia melajukan mobil menuju rumah sakit yang merawat Nagara. Dalam perjalanan, Sona sangat bergetar hebat. Apakah ia akan di tuntut? Sudah dua kali ia membuat masalah pada Tuan muda Nagara. Perasaannya tidak karuan, ia terus saja berdoa supaya Nagara tidak membawa kasus ini ke pihak kepolisian. Setengah jam perjalanan, mereka sampai juga di rumah sakit yang merawat Nagara. Sona tidak berani untuk masuk namun S
Sona menunjukan keahliannya dalam bersilat lidah, ia mengoceh kesana kemarin didepan.Nagara yang hanya mengorek telinga dengan jengah. Sampai pada akhirnya Nagara lelah sendiri dan membiarkan Sona mendongengkannya.“Tuan muda, aku juga membawakan jamu langgananku. Jamu ini membuatmu selalu bertenaga dan tidak mudah lelah. Tuan muda, aku membawakan nasi goreng spesial untukmu. Aku membuatnya sendiri penuh cinta,” ucap Sona.Nagara mulai berbicara. “Kai?”“Iya, tuan.”“Seret burung beo ini! Mengganggu saja.”Sona langsung berlari menghindar dan mendekati Nagara. Dia meminta perlindungan Nagara dan tidak ingin keluar sebelum pria sombong itu memakan makanannya.Nagara berdiri lalu langsung mendorong Sona diatas meja kerjanya, tangannyamengunci tubuh Sona supaya setengah badannya terbaring di atas meja.“Hei wanita payah! Aku sudah membatalkan perjanjian kita. Aku tidak jadi
Setelah selesai di salon, mereka menuju hotel tempat makan malam berlangsung. Rasanya menjadi cinderella yang tiba-tiba bertemu pria tampan dan kaya. Sona menatap Nagara yang hanya memakai pakaian biasa sementara dirinya memakai gaun super cantik."Ehm, tuan muda. Anda tidak memakai pakaian formal sepertiku?" tanya Sona."Untuk apa? Hanya bertemu dengan kakekku saja."Sona mengangguk, ia masih penasaran orang seperti apa Nagara ini? Apakah sekejam yang dikatakan orang-orang? Sepertinya tidak, jika saudara kembarnya sangat baik pasti sifat Nagara yang satu ini tidak jauh berbeda.Setelah sampai hotel, mereka turun lalu segera menuju ke ruangan yang telah di sewa. Baru kali ini Sona masuk ke hotel mewah, dia langsung berlari menuju pintu kaca besar membuat kedua pria tampan itu heran."Foto 'kan dong! Jarang sekali aku datang ke tempat ini," ucap Sona sambil menyodorkan ponselnya.Nagara melewatinya dan berbisik. "Jangan norak!"Sementara
Setelah selesai bernegosiasi dan Sona meminta DP untuk menjadi jaminan. Dia keluar dari ruangan mewah tersebut. Disampingnya terdapat Sekertaris Kai yang sedari tadi hanya diam mengantarnya sampai teras gedung.Orang ini memang susah ditebak, namun aku yakin jika dia sangat cemburu."Jadi mulai besok kau harus memanggilku Nona Sona. Aku akan menjadi istri atasanmu," ucap Sona."Kenapa anda bangga sekali hanya menjadi istri sewaan selama 6 bulan? Anda tidak takut menjadi janda?" tanya Sekretaris Kai.Wah... Orang ini langsung berbicara formal kepadaku.Sona tersenyum tipis, ia memandang sang mantan pacar dengan lekat. Sona bahkan terlihat mengejek pria yang tanpa ekspresi itu."Itu semua bukan urusanmu. Aku hanya butuh uang untuk melunasi hutang-hutang orang tua angkatku," ucap Sona.Dia berjalan keluar menuju jalan raya meninggalkan Sekertaris Kai yang memandangi kepergiannya. Pria es balok itu mengambil ponselnya dan menghapus semua
Keesokan harinya.Aura Mahadewi, seorang model terkenal mendatangi kantor Bimasena Group. Dia ingin bertanya maksud rumor yang beredar pada masyarakat jika Nagara dan Kai menjalin hubungan spesial. Namun tak mudah untuk menemui Tuan Muda Nagara sang presdir pemilik real estate yang sukses bahkan mempunyai penthouse 100 lantai."Gara, keluar kau! Apa benar jika Sekertaris Kai kekasihmu? Apa kurangnya aku sehingga kau malah memilih sesama pria?" teriak Aura berada didepan ruangan Nagara.Sekertaris Kai mendorong wanita itu dengan kasar. Aura mendengus, bukan pertama kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari Sekertaris Kai."Tuan Nagara sedang sibuk, anda bisa kembali minggu depan," ucap Sekertaris Kai.Sekertaris Kai menyuruh petugas keamanan untuk menyeret Aura dari gedung ini. Pria dingin itu mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan sang tuan. Dia melihat Nagara sedang menatap jendela kaca jumbo yang menampilkan pemandangan kota metropolitan ini.
Suatu hari di Universitas Dominico.Sona keluar dari kelas dan menuju kerumunan, ia heran kenapa semua mahasiswi berteriak histeris seperti bertemu dengan artis.Sona mencoba mendekat lalu tetap saja dia tidak melihat sesuatu. Sona mencoba menerobos kerumunan lalu melihat dua orang berjas sedang memberi tanda tangan pada para mahasiswi norak itu.Ya, pria itu adalah Nagara Vikram Bimasena. Salah satu orang yang berpengaruh dalam universitas tersebut.Sona berdiri tepat didepannya, Nagara yang membawa spidol permanen siap memberi tanda tangan untuk Sona."Mana kertasnya?" tanya Nagara pada Sona."Kertas apa?""Sialan! Lama sekali," ucap Nagara lalu menarik kepala Sona dan menandatangani pada jidat Sona.Sona sangat terkejut, pria aneh itu mengotori keningnya dengan tanda tangan yang bagi Sona tak begitu penting. Semua mahasiswi itu bersorak saat Sona kepalanya dipegang oleh T