Share

Misteri Pembalut Di Kamar Iparku
Misteri Pembalut Di Kamar Iparku
Penulis: Piki Chan

Pembalut di Kamar Bobi

"Buat apa Bobi menyimpan pembalut berbagai merk ini?" Aku meraih satu bungkus yang sudah terbuka. Memperhatikan isinya, kalau dihitung sepertinya baru digunakan dua biji.

Selanjutnya, aku mengecek lagi bungkus pembalut lainnya. Kebanyakan memang sudah terpakai tapi hanya sebiji dua biji saja.

Bobi, adik dari suamiku meninggal seminggu lalu. Itulah mengapa ibu meminta kami berdua pulang. Dan kini aku berinisiatif untuk membersihkan kamar Bobi. Terlihat masih banyak sekali barang milik Bobi yang belum dibereskan karena keadaan keluarga yang masih berduka.

"Apaan Nil?" Tanya Robi yang baru saja pulang dari masjid.

"Liat deh Rob, Adikmu menyimpan banyak sekali pembalut disini." Kembali ku buka laci yang tersembunyi di dalam lemari pakaiannya.

Robi memicingkan matanya. Lalu mengecek kedalam dan memperhatikan semuanya.

"Kok aneh ya?"

"Apa dia sering bawa pulang pacarnya ya?"

"Emang Bobi punya pacar?" Kami berdua terdiam sejenak. Benar juga yang dibilang Robi, selama ini kami tak pernah tau tentang Bobi yang memiliki kekasih.

"Namanya juga anak muda. Siapa tau dia backstreet dari ibu."

"Rob, Nil...!" Suara keras panggilan dari ibu membuat kami berdua refleks menutup lemari Bobi. "Makan siang!" Hanya dengan isyarat dari lirikan mata Robi, kami berdua pun lantas segera keluar dan turun ke dapur.

Ibu terlihat biasa saja. Bahkan tak ada sirat kesedihan di matanya. Memang sejak meninggalnya Bobi, ibu sangat terlihat tegar. Dia bahkan tak merasa seperti orang tua yang meratapi kepergian putranya.

"Bu, masak segini banyaknya?" Ibu tersenyum sumringah padaku yang terlihat antusias sekali dengan masakannya. Memang mertuaku ini sangat pandai memasak. Jadi makanan apapun yang disajikannya pasti akan ku lahap habis.

"Besok pengen dimasakin apa Nil?"

"Yaellah bu, ini aja belum habis." Ibu menimpali dengan tertawa. Sedang Robi justru memandangku dengan tatapan yang aneh. Tapi aku berusaha mengabaikannya saja, tidak ada yang bisa mengalihkan kenikmatan makanan dihadapan ku ini. Termasuk suamiku sendiri.

"Bu, gak minta orang buat beresin kamar Bobi?" Robi mulai membuka percakapan. Nampak ibu memaku sebentar lalu mengangguk.

"Apa yang dibereskan Rob?"

"Baju misalnya, kan dia termasuk anak muda fashionable. Bisalah diberikan ke temannya." Ibu tersentak. Baru saja menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya.

"Minum dulu bu!" Ku tuangkan air pada gelas agar ibu meminumnya.

"Nanti biar ibu yang bereskan barang-barang Bobi. Kalian jangan pegang apapun dikamarnya ya!"

*

Entah kenapa cuaca malam ini terasa sangat panas sekali. Bahkan pendingin di kamar ini tak terasa sama sekali.

Berniat untuk meminum air tapi nyatanya botol yang biasa kusiapkan sudah kosong. Kebiasaan Robi memang yang sangat malas mengisinya kembali tapi selalu menjadi orang yang menghabiskannya.

Dengan sangat malas, akupun bangkit dan segera berjalan menuju dapur untuk mengisi kembali air di botol.

Tiba-tiba langkahku terhenti saat baru saja kakiku akan menuruni tangga. Suara berisik dari kamar Bobi membuatku penasaran.

"Lampunya menyala?" gumamku lirih seraya melihat bahwa kamar tersebut memang terbuka sedikit.

Bulu kudukku meremang. Tapi ketakutan itu tetap kalah dengan rasa penasaran untuk mengintip dari celah pintu yang terbuka tersebut.

Benar saja, itu ibu. Jelas aku terkejut hingga menutup mulutku agar tak mengeluarkan suara apapun.

Ibu tengah terlihat memasukkan seluruh pembalut yang ku lihat tadi ke dalam sebuah karung goni.

Aku memang tak bisa melihat ekspresi ibu saat ini karena letak lemari tersebut membuat posisi ibu membelakangi pintu.

Tapi dari gerakan tangannya, aku bisa melihat bahwa ibu memakai sarung tangan.

"Nil!" Suara Robi terdengar memanggil membuat kelabakan. Benar saja, aku segera berlari mendekat kembali dengan kamar agar seolah terlihat baru saja keluar dari kamar.

"Ngapain sih?" Robi menepuk pundakku. Aku langsung memberinya perintah untuk diam dengan mengatupkan tulunjuk pada bibirnya.

"Mau ambil air!" Aku menjawab dengan sengaja menaikkan volume suaraku.

Benar saja, tak lama setelahnya ibu terlihat keluar dari kamar Bobi.

"Loh bu kok belum tidur?" Aku bertanya dengan basa-basi.

"Ibu kangen Bobi ya? Sampai tidur di kamarnya?" Robi mendekat kearah ibu. Sedang ibu hanya menbalas dengan sebuah senyuman.

"Kalian kenapa malam-malam berisik?"

"Aku kebangun tapi Nilna gak ada. Ternyata mau ambil minum." Dia meringis menahan tawa. Melihat mereka berdua yang masih saling membalas senyum membuatku segera pergi untuk ke dapur saja.

"Ya udah tidur sana! Ibu mau kembali ke kamar." Ibu segera berjalan dibelakangku dan kemudian berbelok ke arah kamarnya. Aku memantaunya dari ekor mataku agar bisa melihatnya.

"Nil, matikan lampu nya ya!" Aku mengangguk saja.

Setelah botol terisi penuh, aku segera berlari ke atas dan tak lupa mematikan dulu lampu yang menerangi lantai bawah.

"Kayak lihat hantu aja sih." Rupanya Robi tak langsung kembali tidur. Dia tengah memainkan ponselnya.

"Heh Rob, ibu ternyata tau kalau Bobi nyimpen pembalut lho." Bobi menoleh kearahku.

"Apa iya?"

"Aku gak sengaja lihat ibu masukin semua pembalut Bobi ke dalam karung. Mau dikemanain ya?"

Robi terlihat tengah berfikir. Lalu sejurus kemudian bangkit berjalan menuju lemari. Tak lama setelah itu Robi menyerahkan sebuah ponsel kepadaku.

"Ponsel barumu? Kamu punya dua ponsel? Mau dibuat selingkuh ya?"

"Ngawur aja!" Robi lantas melempar ponsel tersebut ke pangkuanku karena aku tak kunjung menerimanya. "Aku nemuin ponsel itu di dalam jok motor Bobi."

"Lah bukannya kata ibu setelah kecelakaan itu, polisi kan nyerahin ponsel Bobi yang hancur."

"Aku belum lihat isinya. Apakah ini beneran milik Bobi apa bukan. Tapi setahuku Bobi tak memakai merk ponsel ini." Aku mengangguk saja mendengar Robi bercerita.

Tanganku bergerak untuk menyalakan tombol power ponsel tersebut. Baru saja melihat layarnya membuatku terkejut "Astaga Rob!" Dengan refleks langsung melempar ponsel tersebut keatas ranjang. Membuat Robi penasaran dan meraihnya.

"Lebai banget sih jadi orang." Robi mengambil ponsel tersebut dan langsung mengeceknya. Sedang aku masih menutup mulutku seolah tak mempercayai apa yang barusan ku lihat. "Apaan sih?" Dia mendekatkan layar ponsel tersebut mendekat pada wajahku.

"Buka dulu kuncinya bloon!" Dengan geram aku mengumpat padanya. Dan benar saja, baru saja dia membuka kunci layar Robi langsung menutup mulutnya.

(Gambar apa yang sebenarnya mereka lihat?)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status