Part 01 - Runaway
"Sky, Please comeback. I need you now, I'm so alone," pinta Oliver. Menghubungi Skyla dalam keadaan setengah mabuk adalah permulaan dari kehancurannya. Namun, seorang Oliver tak lagi mampu bertahan. Di saat pria ini sudah lelah menjalani kesendiriannya, ia menuntut kekasihnya untuk berada di sampingnya sekarang juga. "Hanya tinggal satu minggu, Olie. Aku tak bisa begitu saja meninggalkan pekerjaanku," jawab Skyla di ujung panggilannya. Oliver menengguk kembali minuman beralkohol dalam gelasnya. "Jadi kau lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan aku! Bagaimana jika aku sekarat?!" sergah Oliver tak tahan. Kerinduannya kepada sang kekasih, begitu memuncak, walau ia sudah berjanji tidak akan menuntut Skyla untuk segera kembali sebelum pekerjaannya selesai. "Olie, bukankah kita sudah membahas ini berkali-kali? Dan kau setuju membiarkanku berkelana. Kenapa sekarang kau menuntutku untuk—" "Come back now, Sky! Or break up?!" putus Oliver. Dengan suara rendah, ia mengakhiri sambungan teleponnya. Oliver meletakkan dengan kasar benda pipih itu di atas meja. Dirinya duduk sendirian di sebuah bar dan memilih berada di dekat meja bartender. Pandangannya kembali tertuju pada ponselnya dengan sorot tajam melihat foto unggahan Skyla bersama teman travelnya yang salah satunya terdapat seorang pria yang diduga Oliver tengah berusaha mendekati Skyla. Terlihat dari story pada sosmed yang diposting Skyla beberapa waktu lalu bahwa pria berambut pirang itu terlihat mencuri pandang pada wanitanya. Hal tersebutlah yang membuat Oliver terbakar cemburu. Dia memang mengizinkan wanitanya berkelana, sekaligus menjadi agen travel dari perusahaan kakek Skyla. Namun, kedekatan Skyla dengan pria lain membuat Oliver tak menerima itu. Ia menuntut Skyla untuk kembali, sebelum ia terkhianati. Mengingat bagaimana dirinya akan dikhianati wanitanya, membuat emosi di dalam kepalanya kembali mengepul. Remasan kuat pada gelas minumannya membuat gelas itu pecah dan membiarkan pecahan itu menusuk kepalan tangannya demi meluapkan emosinya. "You're mine, Sky! Jadi sudah seharusnya kau kembali, di saat aku memintamu!" pungkas Oliver beranjak dari sana. Sementara itu di Sydney. Skyla menatap sedih ponselnya, ketika sambungan teleponnya terputus dengan titah dari Oliver. Entah kenapa hati Skyla menjadi tak tenang, sudah tiga kali Oliver memintanya kembali dalam minggu ini. "Bukan hanya kau yang merindu, Olie … aku juga, dan aku tak ingin kita berakhir," gumam Skyla. Hatinya tak tenang saat ancaman Oliver terdengar serius di panggilan terakhirnya. Firasatnya merasa ia akan berpisah dengan Oliver, membuat Skyla tak sanggup membayangkannya. "Baiklah, aku akan kembali. Waiting me, baby," gumam Skyla bertekad sambil mengusap pelan layar ponsel yang menunjukan gambar Oliver dengan senyum anehnya yang kaku. “Huh, bagaimana bisa sekarang kau berubah menjadi tuan posesif?” gumam Skyla pada gambar itu. Suara ketukan di pintunya membuat Skyla menoleh ke ambang pintu yang sedikit terbuka, dapat Skyla lihat pria tampan yang memunculkan kepalanya dengan senyum menawannya itu hendak meminta izin untuk menyapa. “Masuklah, Jason. Lalu biarkan pintunya terbuka,” ujar Skyla. Tak ingin membuat pengunjung traveling lain berpikiran sempit terhadapnya dengan dokter muda yang dibayar ayahnya untuk ikut dalam tiap tour. Skyla tersenyum menyambut kehadiran Jason. “Aku mendengar keributanmu saat melintas, apa ada masalah?” tanya Jason. Skyla menggeleng dan memahami bahwa hubungan jarak jauh dengan kekasihnya itu pasti akan menimbulkan pertengkaran kecil seperti ini. “Tak ada masalah, hanya sedikit keributan kecil. Namun, sepertinya aku harus pulang malam ini. Kuharap pemimpin lain bisa melanjutkannya tour tanpaku,” ungkap Skyla. Jason menganggukan kepalanya. “Baiklah, aku akan menemanimu kembali. Kebetulan aku juga ingin mengunjungi adik sepupuku di Manhattan. Mereka baru pindah ke sana,” ujar Jason. “Sungguh? Syukurlah, aku akan memiliki teman mengobrol di perjalanan. Terima kasih, Jason.” Jason mengangguk dan beranjak dari sana. “Aku akan merapikan barangku.” Skyla mengangguk, setelah itu ia mulai membereskan barang-barangnya untuk kembali ke Manhattan tanpa mengabari kepulangannya pada Oliver. Berniat ingin memberikan prianya sebuah kejutan akan kehadirannya. *** Tiga jam kemudian…. Sebuah berita internasional, menayangkan sebuah kecelakaan pesawat dari Sydney menuju Manhattan. Cuaca buruk menjadi penyebab utama jatuhnya pesawat ke dalam lautan. Belum ada konfirmasi bagaimana perihal penumpang apakah ada yang selamat atau tidak. Tayangan itu terlihat sekilas saat Oliver baru saja tiba di basecamp. Namun, dia mengabaikan berita tersebut. Karena kepalanya terlalu pusing untuk melihat berita yang baginya tak penting. Dirinya sengaja tak pulang setelah bertengkar dengan Skyla ditambah dengan keadaan frustrasi seperti ini. Ia tak tahan untuk menahan rasa cemburu yang membuatnya tak bisa berpikir jernih selama satu pekan terakhir. Mengalami kelelahan berlebih akibat jadwal syuting yang padat sehingga ia sering melampaui batas pikirnya. Oliver melemparkan tubuhnya di atas sofa abu berbentuk L. Dirinya tak menyadari bukan hanya dia yang saat ini berada di basecamp. Melainkan seorang gadis yang dalam satu pekan itu juga telah menghantui pikirannya sehingga melampiaskan kemarahannya pada Skyla. Gadis bertubuh mungil itu bersenandung riang membawa popcorn buatannya dengan cola. Dirinya juga memilih tak pulang lantaran lokasi pemotretannya besok cukup jauh dari rumah. Athena terkejut saat melihat tubuh Oliver terbaring di sofa yang hendak ia duduki. “Olie!” pekiknya. Samantha Athena Dobson, gadis yang mengagumi Oliver, kini tengah memerhatikan kekacauan yang terjadi pada pria yang bergerak terganggu saat ia memekik terkejut. “Oh, Athena, ternyata kau di sini juga?” tanyanya setengah mabuk. Pria itu terkekeh dan kembali berujar sembarangan, “Kenapa kau selalu muncul, saat aku bertengkar dengan Skyla,” gumamnya melantur. “Kau bertengkar lagi dengan Sky?” tanya Athena. Ia duduk di samping Oliver, memerhatikan tangan Oliver yang berdarah. “Oh, ya ampun, Olie! Ada apa dengan tanganmu?!” pekiknya lagi. Oliver tak menjawab, ia malah terkekeh menatap tangannya yang terluka. Lalu Athena bergegas mengobati luka itu dengan telaten sedangkan Oliver hanya diam dalam pikiran kalutnya. Pandangannya kini tertuju pada Athena yang tampak seperti malaikat. Hingga tanpa sadar dirinya mendekati wajah Athena yang sempat terkejut karena secara tiba-tiba Oliver menciumnya. Wanita bertubuh mungil itu sempat menjauhkan wajahnya, tetapi Oliver menarik tengkuknya dan memperdalam ciumannya. Membuat Athena terlarut dan perlahan membalas ciuman tersebut. Pagutan lembut membuat mereka lupa diri sehingga terlarut pada sentuhan yang semakin intens, membawa keduanya pada kegiatan gila. Bersamaan dengan itu, hujan turun semakin deras, kilatan cahaya terus berkedip sesekali terdengar suara petir yang bergemuruh bersahutan, suasana seolah mendukung keintiman itu untuk terjadi. Tanpa diketahui mereka bahwa di belahan dunia lain, wanita yang mereka khianati saat ini sedang tenggelam di lautan lepas. Olie, maafkan aku yang tak bisa berjuang untuk kembali. Namun, kau harus tahu bahwa aku begitu mencintaimu, batin Skyla sebelum kesadarannya hilang lantaran napasnya yang habis karena berusaha berenang ke atas. ** Sebelum lanjut aku mau kasih sedikit nama pemeran di cerita ini biar kalian bisa mengingatnya. Siblings : Oliver & Valerie : twins Raizel & Kyle : twins Sepupuan dari ibu dengan : Skyla & Summer : Kakak-adik Keempatnya sepupuan dari ayah dengan : Arthur & Athena : Kakak-adik Relationship : Oliver ❤ Skyla Raizel ❤ Valerie Athena suka Oliver. Kyle suka Athena. Summer suka Kyle. Arthur suka Valerie. Profesi : Oliver : Aktor Skyla : Traveler Athena : Model Kyle : Dokter Summer : Chef Raizel : Artsitek Valerie : Desainer Arthur : Chef Semoga bisa diingat seiring berjalannya cerita ini. Cerita ini sudah pernah di publish sampai tamat, tetapi ini adalah versi revisiPart 02 - Basecamp. Beberapa bulan sebelumnya. Sebuah basecamp berbentuk sebuah bangunan kantor kecil yang disulap menjadi tempat bertemunya sekumpulan sahabat yang sejak kecil terjalin karena persahabatan dari seluruh orang tua mereka. Ruangan yang didesain sendiri dengan arsitektur ternama Raizel Ben Dobson menjadikan tempat tersebut sebuah ruangan besar yang memiliki nuansa putih dan hitam. Terdapat sofa hitam panjang membentuk L yang terletak di tengah ruangan tersebut. Lalu beberapa sofa single yang berjejer rapi dan sebuah meja berada di tengah, diatasnya terdapat minuman juga cemilan setiap kali mereka berkumpul. Namun, bukan tanpa alasan mereka berkumpul, setelah sekian lama mereka berdelapan memiliki kesibukan masing-masing. Rumah yang disebut sebuah basecamp itu pun adalah sebuah hasil dari penghasilan pertama mereka yang telah disepakati akan membuat sebuah bangunan untuk mereka berkumpul dikala semuanya memiliki waktu luang, walau semua itu terasa sulit. Akan te
Part 03 - Losing Her Beberapa bulan setelah hilangnya Skyla dari kecelakaan pesawat yang dialaminya saat hendak kembali ke Manhattan. Seluruh keluarga, sahabat terlebih Oliver mengalami kedukaan yang mendalam. Oliver yang terbangun di basecamp bersama Athena seketika merasa sangat marah pada dirinya. Ia merutuki kebodohannya yang memaksa Skyla untuk kembali malam itu juga. Hingga membuatnya membenci dirinya sendiri, kehilangan semangat hidup dan depresi sampai dirinya sering berhalusinasi akan kehadiran Skyla. Oleh sebab itu, Oliver menyibukkan dirinya melakukan pekerjaan terus menerus demi menghilangkan halusinasinya akan keberadaan Skyla. Dirinya juga menjadi semakin kejam terhadap Athena dengan menarik ulur perasaan wanita itu di saat ia membutuhkannya. Athena sendiri merasa sangat bersalah terhadap Skyla, walau bukan salah gadis itu sepenuhnya. Seperti hari ini dan hari-hari sebelumnya, saat mereka bersinggungan dalam lokasi syuting. “Cut!” seru suara seorang sutradara. “
Part 04 - Summer & KyleAroma masakan tercium harum melewati indera penciuman seorang Summer. Wanita itu tengah sibuk berkutat di dapur restorannya dengan segala keahliannya ia membuat dapurnya terlihat sibuk.Ia tak menghiraukan beberapa chef junior yang tengah membuat pesanan untuk pelanggan restorannya yang cukup lenggang sebelum jam makan siang tiba. Beberapa ada yang memotong sayur-sayuran dan beberapa ada yang sedang memanggang daging. Hingga beberapa aroma saling bertabrakan."Tumben sekali kau ke sini disaat jadwalmu sedang off." Suara Arthur terdengar menyapa Summer yang asik dengan masakannya.Wanita itu dengan cekatan memasukan tumisan sayur ke dalam kotak makan untuk dibawanya kepada Kyle."Aku sedang membuat menu baru, aku ingin m
Part 05 – Arthur, Valerie & tuan posesifnya Sebuah mobil yang berhenti di depan restoran. Sehingga menghentikan niat Arthur -pemilik restoran- yang hendak kembali ke dalam kitchen. Ia kembali menoleh dan benar saja dugaannya saat berbalik, sekilas mobil yang bahkan sudah ia hafal nomor platnya itu, terparkir cantik di sana—secantik wanita yang keluar dari mobil sedan keluaran BMW. Dalam hitungan detik wanita pujaannya itu masuk dan langsung menatap ke arahnya yang tersenyum menyambut kedatangan wanita tangguh. Namun, memiliki hati yang lembut dan penyabar. Wanita yang cukup malang karena kurang diperhatikan oleh kekasihnya—yang sibuk mengurus banyak proyek pembangunan yang memakai jasa arsitektur dan banyak diminati oleh banyak pembangun. Valerie Denia Guerro, Gadis cantik yang hobi mendesain gaun-gaun indah itu nyatanya menuruni bakat setangguh sang ibu -Niana- yang kekuatannya tak dapat diremehkan jika ada yang berani mengusiknya. Mungkin itu adalah salah satu alasan Raizel m
Part 06 – Oliver & Athena Oliver keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil berwarna putih. Tatapannya berkeliling mencari sosok gadis mungil yang tak ada di tempatnya. Oliver membiarkan handuk kecil itu menggantung di lehernya, saat tatapannya menangkap sebuah cup es krim di atas meja bekas ia meletakan obat antiseptik dan plester luka. Ia melangkah mendekat dan melihat secarik kertas. Ia mengambilnya dan membaca tulisan tangan Athena. "Terima kasih untuk plesternya, tapi maaf aku tak ingin memakan es yang bukan untukku." Oliver meremas dan melemparkan kertas noted tersebut ke atas meja. Lalu melirik ice cream yang sepertinya sudah meleleh. "Ya, kau memang benar. Thena. Aku ingin Skyla yang kembali, tetapi aku tak bisa membawanya kembali." Oliver menggumam sendiri. Suara ketukan pintu terdengar memanggilnya. "Oliver, keluarlah kita akan mulai acara makan malam terakhir di sini." Oliver bergegas membuka pintu dan mendapati asistennya,
Part 07 - Trying to escape | Summer & Kyle Kyle mengendarai mobilnya keluar dari rumah sakit setelah ia menyelesaikan jam prakteknya selama satu jam. Kini dirinya sedang melaju membelah jalan dan kemacetan di jalan utama Manhattan yang begitu padat. Kyle mengusap bibirnya dan kembali membayangkan kegilaannya bersikap kasar terhadap sepupunya. Lantas hal itu membuat ia merutuk dalam hati. Damn! Kau sungguh bodoh Kyl! Keluhnya dalam hati "Bagaimana bisa, dirimu sering lepas kendali setiap kali menghadapi Summer. Ucapannya memang begitu pedas dan sialnya dia memang benar!" gumamnya. Matanya menoleh sekilas ke arah kotak makan yang diberikan Summer. Ia sudah memakannya dan kini ia sedang dalam perjalanan untuk mengakui kesalahannya. Aku harus meminta maaf, rasanya tak tenang jika Summer pergi dalam keadaan seperti itu, tekadnya bulat. Melaju semakin cepat, melesat menuju ke tempat dimana pastinya ia tahu keberadaan Summer. Karena dirinya hampir hafal dengan tempat yang disinggahi
Part 08 - Disappointed Di sebuah supermarket terbesar di kawasan Manhattan menjadi tempat singgah Summer yang baru saja memarkirkan mobilnya di basement. Summer mencoba melupakan masalahnya dengan Kyle dan tetap menjalankan niatnya untuk berbelanja bahan makanan yang hendak ia masak malam ini. Ia mulai memasuki supermarket dan mengambil troli belanjaan. Pandangannya tertuju langsung ke arah rak-rak panjang yang berjejer rapi dan barang yang tersusun sesuai dengan jenis-jenis makanan serta beberapa barang kebutuhan hidup. Summer membawa langkahnya langsung menuju ke bagian sayur dan daging. Dia menghentikan dorongan troli di dekat rak sayuran terlebih dahulu, lalu memilih beberapa sayur yang terlihat segar tanpa menyadari kini trolinya sudah didorong seseorang yang sejak tadi mengikutinya. Summer tersadar bahwa ia kehilangan troli saat hendak memasukkan sayuran yang sudah ia pilih. Ia membulatkan matanya saat melihat pria menyebalkan yang masih mengikuti dan kini mengganggu kegiat
Part 09 - Hurt Di sebuah hunian mewah di kawasan Soho, Manhattan berdiri sederet perumahan dan penthouse yang dihuni oleh pengusaha besar bahkan beberapa selebriti di sekitarnya. Suasana perumahan tersebut cukup sepi karena diyakini kesibukan pemilik rumah yang berada diluar hunian mereka. Di salah satu rumah tepatnya di dalam dapur bernuansa alam dengan desain kitchen set yang terbuat dari kayu jati berwarna coklat khas menunjukkan kesan alam dengan adanya tembusan pintu dari dapur menuju halaman belakang yang membuat udara di dalam dapur menjadi cukup sejuk. Dapur tersebut menunjukkan tanda kehidupan karena adanya seorang Summer yang sedang bergelut dengan masakannya. Terdapat Kyle yang membantu Summer membuat makanan. Atau lebih tepatnya mengganggu Summer. "Please, Kyl! Lebih baik kau duduk dan nikmati jusmu!" bentak Summer untuk kesekian kalinya. Karena bukan membantu, tapi Kyle malah memperlambat pekerjaannya dan kini jam sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh. Kedua or
Part 12.3 - Delusions Suasana jalanan dari Chelsea Piers Riverside Park menuju Midtown Manhattan tepatnya ke kawasan tempat tinggal Skyla, cukup memakan waktu saat malam tiba. Seperti yang diketahui khalayak umum, bahwa Manhattan adalah kota yang tak pernah mati. Semakin malam, keadaan malah semakin ramai. Oliver kembali menoleh dan menatap wajah terlelap Skyla. Entah kenapa ia merasa Skyla mudah kelelahan. Namun, ia berpikir bahwa mungkin saja jika mengingat perjalanan dari Sydney ke Amerika cukup memakan waktu dan membuat siapapun kelelahan jika tak segera istirahat. Oliver tersenyum dan mengusap pelan pipi Skyla untuk membangunkan wanitanya. Ia sudah sampai di depan rumah Skyla. Meskipun, Oliver tak ingin membangunkan Skyla, ia lebih tak ingin wanita itu terlelap dalam posisi tak enak. Dengan perlahan Skyla bergerak dan membuka matanya secara perlahan. Ia tersenyum dan meregangkan tubuh lelahnya. "Kita sudah sampai?" tanya Skyla. "Ya," jawab Oliver. Lalu ia keluar dari
Part 12.1 - Hallucination “Skyla!” pekik Oliver. Terbangun langsung terduduk dan mengusap kasar wajahnya sambil mengatur napasnya yang terasa menggebu. Butiran bening mengalir di sisi pelipisnya. Ia mengusap dan meremas rambutnya sambil mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam bersandar malas di sofa tersebut. “Ada apa, Olie?” tanya wanita yang namanya sempat ia teriakan tampak panik dengan membawa dua gelas teh di atas nampan. “Skyla kau di sini, maksudku masih di sini?!” tanya Oliver terbatah-batah tak mengerti apa yang terjadi dengannya. Wanita itu meletakkan nampannya di atas meja dan duduk di samping Oliver. “Apa kau bermimpi lagi?” tanya Skyla yang semakin memperbanyak kerutan di kening Oliver. Pria itu menggeleng tertawa miris hampir menangis. “Sky, beritahu aku yang sesungguhnya. Apa kau hanya ilusi di dalam alam bawah sadarku?” Oliver menekan kuat bahu Skyla hingga wanita itu meringis. “O-Olie, kau mencengkram bahuku terlalu kuat,” ringis Skyla. Oliver mengg
Part 12.1 - Illusion Oliver mengendarai mobilnya meninggalkan Brooklyn, tepatnya di Manhattan Beach tempatnya melakukan syuting terakhir. Ia berkendara tak tentu arah hingga kini tiba di kawasan Chelsea Piers Riverside Park. Di mana sebuah bangunan unik berdiri di sana. Suara decitan ban mobil dan aspal beradu terdengar memekikkan telinga. Pria itu memarkirkan mobilnya di depan basecamp lalu bergegas masuk dan menyalakan lampu ruangan tersebut. Suara sambutan dengan senyum hangat menyapanya. “Hai, Olie. Akhirnya kau sudah datang,” sapa suara yang begitu dikenal juga dirindukannya hampir satu tahun lamanya. “Sky,” sapanya tak percaya. “Ya, Apa kau tak marah lagi denganku? Aku menunggumu sangat lama di sini,” keluh wanita itu dengan lirih. Tanpa menjawab ucapan Skyla, Oliver menarik wanita itu dan memeluknya erat tak peduli segala hal yang terjadi sebelumnya karena yang terpenting wanita itu sudah tiba di hadapannya. Layaknya seperti kekasih pada umumnya, Oliver seakan melu
Part 11.3 - Can I be selfish? Di ruang tamu bernuansa putih dengan sofa putih gading dan meja berlapis kaca. Senada dengan dinding kaca yang menghadap ke kolam yang begitu menyejukkan mata yang memandang. Namun, rasanya semua itu tak cukup untuk menyejukan luka memar di sudut bibir Arthur. Terbukti dari terdengarnya suara meringis dan keluhan yang dilontarkan Arthur saat Valerie mengobati luka memar akibat pukulan dari Kyle. "Argh! Sakit Val. Bisa kau pelan sedikit!" ringis Arthur. Valerie mendengus kesal, dan malah menekan kuat-kuat luka memar di sudut bibir Arthur. Membuat Arthur semakin meringis kesakitan. "Argh, argh!" Arthur menjauh dari Valerie. "Heh! Kau sok menjadi pahlawan, tapi tak siga
Part 11.2 - Hopeless Arthur tiba di kawasan perumahan elit tempatnya tinggal yang kebetulan begitu berdekatan dengan Summer. Jarak dari tempatnya melakukan olahraga pagi dan pasar swalayan memang tak terlalu jauh, maka dari itu Arthur begitu senang menggunakan sepedanya, hanya untuk berkeliling distrik tempatnya tinggal. Terlihat dari jauh Summer baru saja keluar dari rumahnya setelah memberikan sebuah kotak makan kepada Valerie. Lantas ia mengayuh sepedanya lebih cepat agar tiba sebelum Summer memasuki mobilnya untuk pergi ke restoran. Namun embusan angin yang menerbangkan daun di pepohonan terasa begitu cukup kuat saat sebuah mobil melesat lebih dulu melintasi Arthur. Pria itu memicingkan matanya menatap mobil yang dikenalnya milik sepupunya yang lain. Ingatannya tak salah. Ia melihat mobil itu berhenti tepat di dekat Summer. Arthur tiba dan baru saja dirinya hendak menghampiri Kyle, yang turun dari mobil dan berjalan menghampiri Summer. Namun ternyata, Kyle membuka pintu p
Part 11.1 - Elle Suasana pagi yang cerah terasa hangat saat mentari menyambut dunia. Arthur terbiasa melakukan joggingdi pagi hari sebelum ia benar-benar memulai kegiatannya. Ia mengendarai sepedanya ketika waktu sudah menunjukkan pukul enam. Pria itu berniat mampir ke pasar swalayan untuk membeli beberapa bahan makanan. Arthur sengaja tak membangunkan Valerie yang menginap dan tidur di kamar tamu. Memikirkan gadis itu terlelap dalam tidurnya setelah semalaman menangis dan mengumpati Raizel mengungkapkan kekesalannya. Arthur kembali terkekeh bahkan hampir tertawa sendiri saat Valerie mengeluh tentang bagaimana Raizel dan keposesifannya yang terlalu berlebihan.
Part 10 – Athena, Summer & Valerie Satu jam waktu yang terbilang cepat bagi Kyle tiba di sebuah pantai yang menjadi lokasi syuting Athena saat ini. Emma bertindak cepat dengan mengirimkan titik lokasinya terkini sehingga memudahkan Kyle untuk tiba jauh dari perkiraaanya. Kini Kyle sedang menunggu Athena dan Emma dengan bersandar di kap mobilnya sambil bersedekap dada. Tatapannya teralihkan saat seorang pria yang dikenalnya sejak kecil keluar dari dalam penginapan dan menghampirinya karena mobil pria itu terparkir tepat di sebelah mobil Kyle. "Hei, Olie," sapa Kyle. Oliver menoleh dan menghampirinya. "Hei, sedang apa kau di sini?" tanya Oliver langsung. "Menjemput seseorang," jawab Kyle sekenanya. Oliver mengerutkan keningnya. Namun, karena dirinya sedang terburu-buru untuk menuju ke bandara. Ia hanya mengangguk dan memasukan barangnya ke dalam mobil. "Kau mau ke mana, kenapa terlihat buru-buru?" tanya Kyle. "Aku ingin menyusul Skyla." Oliver menjawab dengan singkat. "
Part 09 - Hurt Di sebuah hunian mewah di kawasan Soho, Manhattan berdiri sederet perumahan dan penthouse yang dihuni oleh pengusaha besar bahkan beberapa selebriti di sekitarnya. Suasana perumahan tersebut cukup sepi karena diyakini kesibukan pemilik rumah yang berada diluar hunian mereka. Di salah satu rumah tepatnya di dalam dapur bernuansa alam dengan desain kitchen set yang terbuat dari kayu jati berwarna coklat khas menunjukkan kesan alam dengan adanya tembusan pintu dari dapur menuju halaman belakang yang membuat udara di dalam dapur menjadi cukup sejuk. Dapur tersebut menunjukkan tanda kehidupan karena adanya seorang Summer yang sedang bergelut dengan masakannya. Terdapat Kyle yang membantu Summer membuat makanan. Atau lebih tepatnya mengganggu Summer. "Please, Kyl! Lebih baik kau duduk dan nikmati jusmu!" bentak Summer untuk kesekian kalinya. Karena bukan membantu, tapi Kyle malah memperlambat pekerjaannya dan kini jam sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh. Kedua or
Part 08 - Disappointed Di sebuah supermarket terbesar di kawasan Manhattan menjadi tempat singgah Summer yang baru saja memarkirkan mobilnya di basement. Summer mencoba melupakan masalahnya dengan Kyle dan tetap menjalankan niatnya untuk berbelanja bahan makanan yang hendak ia masak malam ini. Ia mulai memasuki supermarket dan mengambil troli belanjaan. Pandangannya tertuju langsung ke arah rak-rak panjang yang berjejer rapi dan barang yang tersusun sesuai dengan jenis-jenis makanan serta beberapa barang kebutuhan hidup. Summer membawa langkahnya langsung menuju ke bagian sayur dan daging. Dia menghentikan dorongan troli di dekat rak sayuran terlebih dahulu, lalu memilih beberapa sayur yang terlihat segar tanpa menyadari kini trolinya sudah didorong seseorang yang sejak tadi mengikutinya. Summer tersadar bahwa ia kehilangan troli saat hendak memasukkan sayuran yang sudah ia pilih. Ia membulatkan matanya saat melihat pria menyebalkan yang masih mengikuti dan kini mengganggu kegiat