Part 04 - Summer & Kyle
Aroma masakan tercium harum melewati indera penciuman seorang Summer. Wanita itu tengah sibuk berkutat di dapur restorannya dengan segala keahliannya ia membuat dapurnya terlihat sibuk.
Ia tak menghiraukan beberapa chef junior yang tengah membuat pesanan untuk pelanggan restorannya yang cukup lenggang sebelum jam makan siang tiba. Beberapa ada yang memotong sayur-sayuran dan beberapa ada yang sedang memanggang daging. Hingga beberapa aroma saling bertabrakan.
"Tumben sekali kau ke sini disaat jadwalmu sedang off." Suara Arthur terdengar menyapa Summer yang asik dengan masakannya.
Wanita itu dengan cekatan memasukan tumisan sayur ke dalam kotak makan untuk dibawanya kepada Kyle.
"Aku sedang membuat menu baru, aku ingin membawanya kepada Kyle agar dia mencicipinya. Lalu ini untukmu dan semua yang ada di sini untuk mencicipinya," ungkap Summer.
Ia tersenyum dan membawa dua kotak masakannya untuk dibawa ke tempat praktek Kyle.
"Kyle lagi?" tanya Arthur.
Memiringkan kepalanya untuk menatap Summer yang tampak sumringah menyiapkan sebuah bekal makan siang.
"Ada apa dengan nada bicaramu, Art?" tanya Summer.
Menatap Arthur dengan alis melengkung sempurna. Namun, sedetik kemudian dia menampilkan seulas senyum untuk rekan kerjanya itu.
"Oh, C'mon Sum. Kau mengerti maksudku. Kau sungguh—"
"Aku tahu dan tenang saja. Aku tak akan berpaling darimu dengan berubah menjadi perawat di tempat Kyle praktek," gurau Summer.
Wanita bertubuh mungil itu membuka apronnya, dan menepuk bahu Arthur penuh arti.
"Kita tetap akan menjadi partner kerja, dan seperti kesepakatan kita saat pertama kali kita membuka restoran ini. Aku akan berusaha memperbesar tempat ini dan membuka cabang lain," ujar Summer.
Menghadap Arthur dan meletakan kedua tangannya di bahu pria itu, dengan senyum yang selalu membuat orang di sekitarnya turut senang. Karena Summer begitu murah senyum dan ramah serta riang kepada siapapun yang begitu mengenalnya.
"Bukan itu yang aku khawatirkan, Sum. Kau tak lupa 'kan saat terakhir kali kau membuat makanan untuk Kyle. Dia akan—"
"Bagiku jika bisa membuatkan sesuatu untuknya. Tak masalah selama dia tak menolaknya. Sekalipun dia akan memberikan masakanku kepada adikmu," ujar Summer. Terselip nada kecewa di dalam ucapannya. Namun, dia tetap tersenyum mengucapkannya.
Arthur turut menyesal jika Summer masih mengingat semua itu. Karena dia yakin hati wanita itu begitu rapuh. Akan tetapi, wanita yang menjadi partner kerjanya itu tetap bertahan walau jelas Kyle sering mengabaikan perhatiannya.
"Aku mengerti, apa yang kau rasanya terkadang aku rasakan. Walau Valerie tak sekejam Kyle," lirih Arthur.
Ia sendiri merasa lucu saat mengingat betapa mirisnya kisah cinta yang sama dengan Summer.
"Hey, ini lucu bukan? kau dan aku terjebak dalam cinta yang membuat kita menjadi bodoh. Bukankah kita ini begitu menyedihkan, Sum?" gurau Arthur.
Terkadang begitu menyebalkan saat mengingat mereka memiliki keahlian yang sama juga mengalami kisah cinta yang sama mirisnya.
Mencintai orang yang telah mencintai orang lain. Itulah kenyataan pahit yang dialami mereka.
"Sudahlah, Art. Percayalah, jika berjodoh tak ada yang bisa memisahkan. Bahkan yang terpisah pun bisa bersama. Asal kita mau berusaha untuk memperjuangkan perasaan kita. Kurasa itu tak ada salahnya," tutur Summer.
Arthur membalasnya dengan senyuman.
"Aku tahu, tapi tolong jangan membuat dirimu menjadi rendah. Aku sendiri tak setuju jika Kyle tetap berkeras mendekati adikku. Demi Tuhan, kami memiliki darah keturunan Dobson. Entah apa yang akan dikatakan Grandpa Rein jika tahu cucunya begitu nekad mencintai adik sepupunya," ujar Arthur.
"Done! Sudah dulu Art. Aku harus segera berangkat sebelum Kyle pulang." Summer bergegas, tak mendengar apapun yang dikatakan Arthur.
Walau begitu Summer tetaplah mengerti, bahwa hubungannya dengan Kyle sama saja dengan Kyle yang mengharapkan hubungannya dengan Athena. Keduanya sama-sama cinta terlarang. Walau perbedaannya hanyalah di ayah dan ibu mereka. Ibu Kyle dan Summer saudari kembar, sedangkan ayah Kyle dan Athena kakak beradik serta ayah Summer dengan ibu Athena juga kakak beradik. Semua silsilah itu sungguh memusingkan bagi Summer hingga memilih tak peduli.
Arthur menyusul Summer yang bergegas keluar sambil menatap gadis periang yang terlihat tegar di luar. Meski, begitu rapuh di dalam.
"Semoga kelak kau bahagia, Sum. Sekalipun bukan bersama Kyle,” harap Arthur bergumam.
Lalu kembali masuk ke area dapur untuk memantau para koki yang bekerja.
***
Sebuah rumah sakit terbesar di kawasan Manhattan, terdapat seorang dokter yang sejak tadi menjadi pembicaraan Summer dan Arthur di restorannya.
Di dalam ruangan dokter yang memiliki papan nama Dr.Kyle Ben Dobson terlihat mejanya yang kosong tanpa penghuni karena jam prakteknya belum dimulai.
Namun, samar-samar terdengar suara decapan dari bibir yang berpagut dan saling menyecap, erangan tertahan saat kedua insan terlihat begitu gusar menahan hasrat sialan di tempat yang tak seharusnya dijadikan mereka untuk berbuat mesum.
Sebuah gebrakan dipintu mengagetkan kedua orang yang terlihat dari siluet di balik tirai brankar yang dijadikan mereka tempat berbuat tindakan tak senonoh.
Seorang perawat tergesah merapikan diri dan membiarkan pria yang mencumbunya tadi keluar lebih dulu.
"Oh, Summer jangan membuatku terkejut. Tak bisakah kau mengetuk pintu lebih dulu!" hardik pria yang tak lain seorang dokter mesum yang sering mencumbu perawat yang bertugas bersamanya.
Bukan tanpa alasan Kyle melakukan hal tersebut. Itu hanyalah cara untuknya menunjukkan pemberontakannya atas penolakan Athena selama bertahun-tahun.
"Aku rasa tak perlu mengetuk jika hanya untuk memberikan waktu bagi wanita murahan itu merapikan diri!" sindir Summer sambil melirik perawat yang menunduk melewatinya.
Pintu ruangan Kyle tertutup setelah perawat tersebut ke luar. Helaan napas Kyle kembali terdengar, ia menatap Summer yang terlihat mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa kau ke sini, Sum?" tanya Kyle.
Summer enggan tersenyum dan tetap memegang bungkusan yang ia bawa dari restoran.
Kyle berdiri dari duduknya. Memutar kursi yang di duduki Summer dan menguncinya dengan meletakan kedua tangannya di sisi pegangan kursi tersebut.
Kyle mengangkat bungkusan yang dibawa Summer lalu meletakkannya ke meja.
"Menu baru?" tanya Kyle. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Summer. Namun, wanita itu mengalihkan tatapannya ke sembarang arah.
Kyle sungguh telah salah melakukan cumbuan dengan banyak wanita, hal itu membuat Summer merasa Kyle sungguh pria murahan yang tak bisa memposisikan diri untuk memiliki kharismanya sebagai dokter.
"Aku hanya mengantarkannya! Minggir, aku ingin kembali ke restoran!" elak Summer.
Membuat Kyle terkekeh menatap wajah Summer yang lucu saat sedang merajuk seperti itu. Terkadang ia juga senang menggoda Summer yang begitu menggemaskan saat sedang merajuk.
"Hei, jangan marah Sum. Kau tahu alasanku melakukannya, bukan?" tanya Kyle sambil menarik dagu Summer untuk kembali menatapnya.
Summer menepisnya kasar tangan Kyle yang memegang dagunya. Dengan tatapan tajam ia kembali berujar sinis. "Bagaimanapun alasanmu, kau tetaplah bajingan!" Summer mendorong Kyle hingga pria itu sengaja menyingkir dari hadapan Summer.
Wanita mungil itu hendak melangkah menuju pintu. Akan tetapi, tangannya tertarik kuat oleh Kyle. Hingga gadis itu menabrak tubuh liatnya dan masuk ke dalam rengkuhan Kyle.
"Apa kau ingin aku memperlakukanmu seperti mereka, Sum?! Lagipula sesungguhnya kau sama sekali tak berhak cemburu. Aku ini bukan milik siapa pun," desis Kyle di samping telinga Summer.
Dengan mengunci Summer menggunakan lengannya yang dilingkari di depan dada wanita mungil itu.
"Cemburu atau tidak itu adalah hakku! Lagipula jika aku bukan siapa-siapa bagimu. Kenapa kau takut aku marah, hingga kau harus menahan kepergianku seperti ini!" ejek Summer.
Sontak Kyle tersadar bahwa dirinya memang sudah bertingkah berlebihan, dan itu membuatnya terlihat bodoh di hadapan Summer.
Seharusnya ia bisa bersikap acuh—Seperti Oliver yang mengacuhkan Athena. Namun, mengingat betapa sakitnya ia melihat Athena yang sering dikecewakan oleh Oliver. Membuatnya tak pernah bisa menyakiti Summer seperti itu.
Bahkan Kyle juga tak mampu bersikap layaknya lady killer. Ia akan menerima wanita manapun yang mau merasakan cumbuannya. Walau tak sampai mengajak mereka tidur bersama.
"Kau juga tahu, Sum. Mengenai itu aku tak bisa bersikap berengsek seperti Oliver," ujar Kyle membela diri.
"Oliver berengsek kepada wanita yang tidak dia cintai. Ia tak memberikan harapan palsu terhadap banyak wanita— seperti yang kau lakukan. Ia setia kepada Skyla. Meskipun, keberadaan kakakku masih belum diketahui. Tidak sepertimu yang sering memberikan harapan kepada banyak wanita, tetapi nyatanya kau hanya bermain-main dengan mereka!" tuding Summer telak.
Wanita itu meradang dan merutuki Kyle bertubi-tubi. Jarak keduanya masih cukup dekat, walau ia tak lagi berada dalam dekapan Kyle. Namun,, dengan berani Summer menatap nyalang Kyle dalam jarak tiga puluh sentimeter.
Kepalanya didongakkan seolah ia tak takut jika Kyle marah kepadanya. Kyle yang merasa ditantang dan dihina serta dibandingkan oleh Oliver, merasa tak senang. Ia mengatupkan rahangnya begitu kuat menatap tajam sorot hijau milik Summer.
"Mungkin sekali-kali bibirmu butuh diberikan pelajaran, Sum!" Dengan telapak tangannya Kyle menarik tengkuk Summer dan mendaratkan ciuman membabi buta untuk memberi mulut Summer sedikit pelajaran. Namun, dengan cepat Summer menarik diri dari rengkuhan Kyle.
Melepas paksa pagutan kasar yang diberikan Kyle, lalu memberikan sebuah tamparan keras di pipi pria berengsek itu.
"Jangan perlakukan aku seperti jalangmu, Kyl! Sekalipun aku mencintaimu! Bukan berarti aku terima diperlakukan kasar seperti ini!" bentak Summer. Mengusap kasar bibirnya, dengan mata memanas, dan dada yang naik turun menahan emosi.
Cairan panas di mata indahnya itu menatap tajam Kyle yang tercengang atas tamparan Summer. Wanita itu mengambil tasnya dan beranjak dari ruangan praktek Kyle.
Meninggalkan tatapan kecewa nan dingin yang dilapisi air bening hingga membuat matanya cukup memerah.
"Summer, I'm sorry …." Kyle bergumam memanggil wanita itu.
Sayangnya Summer menghilang di balik pintu sambil mengusap pipinya. Wanita itu pergi meninggalkan perih di pipi Kyle. Meskipun, bukan itu yang membuat Kyle merasa bersalah. Melainkan rasa sesak yang seketika menjalar di hatinya saat melihat air bening pada netra hijau milik Summer.
"Bagaimana bisa tatapan itu terlihat menyakitkan?" gumam Kyle. Bergeming di balik pintu ruangannya dengan rasa sesal yang begitu mendalam.
**
Part 05 – Arthur, Valerie & tuan posesifnya Sebuah mobil yang berhenti di depan restoran. Sehingga menghentikan niat Arthur -pemilik restoran- yang hendak kembali ke dalam kitchen. Ia kembali menoleh dan benar saja dugaannya saat berbalik, sekilas mobil yang bahkan sudah ia hafal nomor platnya itu, terparkir cantik di sana—secantik wanita yang keluar dari mobil sedan keluaran BMW. Dalam hitungan detik wanita pujaannya itu masuk dan langsung menatap ke arahnya yang tersenyum menyambut kedatangan wanita tangguh. Namun, memiliki hati yang lembut dan penyabar. Wanita yang cukup malang karena kurang diperhatikan oleh kekasihnya—yang sibuk mengurus banyak proyek pembangunan yang memakai jasa arsitektur dan banyak diminati oleh banyak pembangun. Valerie Denia Guerro, Gadis cantik yang hobi mendesain gaun-gaun indah itu nyatanya menuruni bakat setangguh sang ibu -Niana- yang kekuatannya tak dapat diremehkan jika ada yang berani mengusiknya. Mungkin itu adalah salah satu alasan Raizel m
Part 06 – Oliver & Athena Oliver keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil berwarna putih. Tatapannya berkeliling mencari sosok gadis mungil yang tak ada di tempatnya. Oliver membiarkan handuk kecil itu menggantung di lehernya, saat tatapannya menangkap sebuah cup es krim di atas meja bekas ia meletakan obat antiseptik dan plester luka. Ia melangkah mendekat dan melihat secarik kertas. Ia mengambilnya dan membaca tulisan tangan Athena. "Terima kasih untuk plesternya, tapi maaf aku tak ingin memakan es yang bukan untukku." Oliver meremas dan melemparkan kertas noted tersebut ke atas meja. Lalu melirik ice cream yang sepertinya sudah meleleh. "Ya, kau memang benar. Thena. Aku ingin Skyla yang kembali, tetapi aku tak bisa membawanya kembali." Oliver menggumam sendiri. Suara ketukan pintu terdengar memanggilnya. "Oliver, keluarlah kita akan mulai acara makan malam terakhir di sini." Oliver bergegas membuka pintu dan mendapati asistennya,
Part 07 - Trying to escape | Summer & Kyle Kyle mengendarai mobilnya keluar dari rumah sakit setelah ia menyelesaikan jam prakteknya selama satu jam. Kini dirinya sedang melaju membelah jalan dan kemacetan di jalan utama Manhattan yang begitu padat. Kyle mengusap bibirnya dan kembali membayangkan kegilaannya bersikap kasar terhadap sepupunya. Lantas hal itu membuat ia merutuk dalam hati. Damn! Kau sungguh bodoh Kyl! Keluhnya dalam hati "Bagaimana bisa, dirimu sering lepas kendali setiap kali menghadapi Summer. Ucapannya memang begitu pedas dan sialnya dia memang benar!" gumamnya. Matanya menoleh sekilas ke arah kotak makan yang diberikan Summer. Ia sudah memakannya dan kini ia sedang dalam perjalanan untuk mengakui kesalahannya. Aku harus meminta maaf, rasanya tak tenang jika Summer pergi dalam keadaan seperti itu, tekadnya bulat. Melaju semakin cepat, melesat menuju ke tempat dimana pastinya ia tahu keberadaan Summer. Karena dirinya hampir hafal dengan tempat yang disinggahi
Part 08 - Disappointed Di sebuah supermarket terbesar di kawasan Manhattan menjadi tempat singgah Summer yang baru saja memarkirkan mobilnya di basement. Summer mencoba melupakan masalahnya dengan Kyle dan tetap menjalankan niatnya untuk berbelanja bahan makanan yang hendak ia masak malam ini. Ia mulai memasuki supermarket dan mengambil troli belanjaan. Pandangannya tertuju langsung ke arah rak-rak panjang yang berjejer rapi dan barang yang tersusun sesuai dengan jenis-jenis makanan serta beberapa barang kebutuhan hidup. Summer membawa langkahnya langsung menuju ke bagian sayur dan daging. Dia menghentikan dorongan troli di dekat rak sayuran terlebih dahulu, lalu memilih beberapa sayur yang terlihat segar tanpa menyadari kini trolinya sudah didorong seseorang yang sejak tadi mengikutinya. Summer tersadar bahwa ia kehilangan troli saat hendak memasukkan sayuran yang sudah ia pilih. Ia membulatkan matanya saat melihat pria menyebalkan yang masih mengikuti dan kini mengganggu kegiat
Part 09 - Hurt Di sebuah hunian mewah di kawasan Soho, Manhattan berdiri sederet perumahan dan penthouse yang dihuni oleh pengusaha besar bahkan beberapa selebriti di sekitarnya. Suasana perumahan tersebut cukup sepi karena diyakini kesibukan pemilik rumah yang berada diluar hunian mereka. Di salah satu rumah tepatnya di dalam dapur bernuansa alam dengan desain kitchen set yang terbuat dari kayu jati berwarna coklat khas menunjukkan kesan alam dengan adanya tembusan pintu dari dapur menuju halaman belakang yang membuat udara di dalam dapur menjadi cukup sejuk. Dapur tersebut menunjukkan tanda kehidupan karena adanya seorang Summer yang sedang bergelut dengan masakannya. Terdapat Kyle yang membantu Summer membuat makanan. Atau lebih tepatnya mengganggu Summer. "Please, Kyl! Lebih baik kau duduk dan nikmati jusmu!" bentak Summer untuk kesekian kalinya. Karena bukan membantu, tapi Kyle malah memperlambat pekerjaannya dan kini jam sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh. Kedua or
Part 10 – Athena, Summer & Valerie Satu jam waktu yang terbilang cepat bagi Kyle tiba di sebuah pantai yang menjadi lokasi syuting Athena saat ini. Emma bertindak cepat dengan mengirimkan titik lokasinya terkini sehingga memudahkan Kyle untuk tiba jauh dari perkiraaanya. Kini Kyle sedang menunggu Athena dan Emma dengan bersandar di kap mobilnya sambil bersedekap dada. Tatapannya teralihkan saat seorang pria yang dikenalnya sejak kecil keluar dari dalam penginapan dan menghampirinya karena mobil pria itu terparkir tepat di sebelah mobil Kyle. "Hei, Olie," sapa Kyle. Oliver menoleh dan menghampirinya. "Hei, sedang apa kau di sini?" tanya Oliver langsung. "Menjemput seseorang," jawab Kyle sekenanya. Oliver mengerutkan keningnya. Namun, karena dirinya sedang terburu-buru untuk menuju ke bandara. Ia hanya mengangguk dan memasukan barangnya ke dalam mobil. "Kau mau ke mana, kenapa terlihat buru-buru?" tanya Kyle. "Aku ingin menyusul Skyla." Oliver menjawab dengan singkat. "
Part 11.1 - Elle Suasana pagi yang cerah terasa hangat saat mentari menyambut dunia. Arthur terbiasa melakukan joggingdi pagi hari sebelum ia benar-benar memulai kegiatannya. Ia mengendarai sepedanya ketika waktu sudah menunjukkan pukul enam. Pria itu berniat mampir ke pasar swalayan untuk membeli beberapa bahan makanan. Arthur sengaja tak membangunkan Valerie yang menginap dan tidur di kamar tamu. Memikirkan gadis itu terlelap dalam tidurnya setelah semalaman menangis dan mengumpati Raizel mengungkapkan kekesalannya. Arthur kembali terkekeh bahkan hampir tertawa sendiri saat Valerie mengeluh tentang bagaimana Raizel dan keposesifannya yang terlalu berlebihan.
Part 11.2 - Hopeless Arthur tiba di kawasan perumahan elit tempatnya tinggal yang kebetulan begitu berdekatan dengan Summer. Jarak dari tempatnya melakukan olahraga pagi dan pasar swalayan memang tak terlalu jauh, maka dari itu Arthur begitu senang menggunakan sepedanya, hanya untuk berkeliling distrik tempatnya tinggal. Terlihat dari jauh Summer baru saja keluar dari rumahnya setelah memberikan sebuah kotak makan kepada Valerie. Lantas ia mengayuh sepedanya lebih cepat agar tiba sebelum Summer memasuki mobilnya untuk pergi ke restoran. Namun embusan angin yang menerbangkan daun di pepohonan terasa begitu cukup kuat saat sebuah mobil melesat lebih dulu melintasi Arthur. Pria itu memicingkan matanya menatap mobil yang dikenalnya milik sepupunya yang lain. Ingatannya tak salah. Ia melihat mobil itu berhenti tepat di dekat Summer. Arthur tiba dan baru saja dirinya hendak menghampiri Kyle, yang turun dari mobil dan berjalan menghampiri Summer. Namun ternyata, Kyle membuka pintu p