Part 11.1 - Elle Suasana pagi yang cerah terasa hangat saat mentari menyambut dunia. Arthur terbiasa melakukan joggingdi pagi hari sebelum ia benar-benar memulai kegiatannya. Ia mengendarai sepedanya ketika waktu sudah menunjukkan pukul enam. Pria itu berniat mampir ke pasar swalayan untuk membeli beberapa bahan makanan. Arthur sengaja tak membangunkan Valerie yang menginap dan tidur di kamar tamu. Memikirkan gadis itu terlelap dalam tidurnya setelah semalaman menangis dan mengumpati Raizel mengungkapkan kekesalannya. Arthur kembali terkekeh bahkan hampir tertawa sendiri saat Valerie mengeluh tentang bagaimana Raizel dan keposesifannya yang terlalu berlebihan.
Part 11.2 - Hopeless Arthur tiba di kawasan perumahan elit tempatnya tinggal yang kebetulan begitu berdekatan dengan Summer. Jarak dari tempatnya melakukan olahraga pagi dan pasar swalayan memang tak terlalu jauh, maka dari itu Arthur begitu senang menggunakan sepedanya, hanya untuk berkeliling distrik tempatnya tinggal. Terlihat dari jauh Summer baru saja keluar dari rumahnya setelah memberikan sebuah kotak makan kepada Valerie. Lantas ia mengayuh sepedanya lebih cepat agar tiba sebelum Summer memasuki mobilnya untuk pergi ke restoran. Namun embusan angin yang menerbangkan daun di pepohonan terasa begitu cukup kuat saat sebuah mobil melesat lebih dulu melintasi Arthur. Pria itu memicingkan matanya menatap mobil yang dikenalnya milik sepupunya yang lain. Ingatannya tak salah. Ia melihat mobil itu berhenti tepat di dekat Summer. Arthur tiba dan baru saja dirinya hendak menghampiri Kyle, yang turun dari mobil dan berjalan menghampiri Summer. Namun ternyata, Kyle membuka pintu p
Part 11.3 - Can I be selfish? Di ruang tamu bernuansa putih dengan sofa putih gading dan meja berlapis kaca. Senada dengan dinding kaca yang menghadap ke kolam yang begitu menyejukkan mata yang memandang. Namun, rasanya semua itu tak cukup untuk menyejukan luka memar di sudut bibir Arthur. Terbukti dari terdengarnya suara meringis dan keluhan yang dilontarkan Arthur saat Valerie mengobati luka memar akibat pukulan dari Kyle. "Argh! Sakit Val. Bisa kau pelan sedikit!" ringis Arthur. Valerie mendengus kesal, dan malah menekan kuat-kuat luka memar di sudut bibir Arthur. Membuat Arthur semakin meringis kesakitan. "Argh, argh!" Arthur menjauh dari Valerie. "Heh! Kau sok menjadi pahlawan, tapi tak siga
Part 12.1 - Illusion Oliver mengendarai mobilnya meninggalkan Brooklyn, tepatnya di Manhattan Beach tempatnya melakukan syuting terakhir. Ia berkendara tak tentu arah hingga kini tiba di kawasan Chelsea Piers Riverside Park. Di mana sebuah bangunan unik berdiri di sana. Suara decitan ban mobil dan aspal beradu terdengar memekikkan telinga. Pria itu memarkirkan mobilnya di depan basecamp lalu bergegas masuk dan menyalakan lampu ruangan tersebut. Suara sambutan dengan senyum hangat menyapanya. “Hai, Olie. Akhirnya kau sudah datang,” sapa suara yang begitu dikenal juga dirindukannya hampir satu tahun lamanya. “Sky,” sapanya tak percaya. “Ya, Apa kau tak marah lagi denganku? Aku menunggumu sangat lama di sini,” keluh wanita itu dengan lirih. Tanpa menjawab ucapan Skyla, Oliver menarik wanita itu dan memeluknya erat tak peduli segala hal yang terjadi sebelumnya karena yang terpenting wanita itu sudah tiba di hadapannya. Layaknya seperti kekasih pada umumnya, Oliver seakan melu
Part 12.1 - Hallucination “Skyla!” pekik Oliver. Terbangun langsung terduduk dan mengusap kasar wajahnya sambil mengatur napasnya yang terasa menggebu. Butiran bening mengalir di sisi pelipisnya. Ia mengusap dan meremas rambutnya sambil mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam bersandar malas di sofa tersebut. “Ada apa, Olie?” tanya wanita yang namanya sempat ia teriakan tampak panik dengan membawa dua gelas teh di atas nampan. “Skyla kau di sini, maksudku masih di sini?!” tanya Oliver terbatah-batah tak mengerti apa yang terjadi dengannya. Wanita itu meletakkan nampannya di atas meja dan duduk di samping Oliver. “Apa kau bermimpi lagi?” tanya Skyla yang semakin memperbanyak kerutan di kening Oliver. Pria itu menggeleng tertawa miris hampir menangis. “Sky, beritahu aku yang sesungguhnya. Apa kau hanya ilusi di dalam alam bawah sadarku?” Oliver menekan kuat bahu Skyla hingga wanita itu meringis. “O-Olie, kau mencengkram bahuku terlalu kuat,” ringis Skyla. Oliver mengg
Part 12.3 - Delusions Suasana jalanan dari Chelsea Piers Riverside Park menuju Midtown Manhattan tepatnya ke kawasan tempat tinggal Skyla, cukup memakan waktu saat malam tiba. Seperti yang diketahui khalayak umum, bahwa Manhattan adalah kota yang tak pernah mati. Semakin malam, keadaan malah semakin ramai. Oliver kembali menoleh dan menatap wajah terlelap Skyla. Entah kenapa ia merasa Skyla mudah kelelahan. Namun, ia berpikir bahwa mungkin saja jika mengingat perjalanan dari Sydney ke Amerika cukup memakan waktu dan membuat siapapun kelelahan jika tak segera istirahat. Oliver tersenyum dan mengusap pelan pipi Skyla untuk membangunkan wanitanya. Ia sudah sampai di depan rumah Skyla. Meskipun, Oliver tak ingin membangunkan Skyla, ia lebih tak ingin wanita itu terlelap dalam posisi tak enak. Dengan perlahan Skyla bergerak dan membuka matanya secara perlahan. Ia tersenyum dan meregangkan tubuh lelahnya. "Kita sudah sampai?" tanya Skyla. "Ya," jawab Oliver. Lalu ia keluar dari
Part 01 - Runaway "Sky, Please comeback. I need you now, I'm so alone," pinta Oliver. Menghubungi Skyla dalam keadaan setengah mabuk adalah permulaan dari kehancurannya. Namun, seorang Oliver tak lagi mampu bertahan. Di saat pria ini sudah lelah menjalani kesendiriannya, ia menuntut kekasihnya untuk berada di sampingnya sekarang juga. "Hanya tinggal satu minggu, Olie. Aku tak bisa begitu saja meninggalkan pekerjaanku," jawab Skyla di ujung panggilannya. Oliver menengguk kembali minuman beralkohol dalam gelasnya. "Jadi kau lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan aku! Bagaimana jika aku sekarat?!" sergah Oliver tak tahan. Kerinduannya kepada sang kekasih, begitu memuncak, walau ia sudah berjanji tidak akan menuntut Skyla untuk segera kembali sebelum pekerjaannya selesai. "Olie, bukankah kita sudah membahas ini berkali-kali? Dan kau setuju membiarkanku berkelana. Kenapa sekarang kau menuntutku untuk—" "Come back now, Sky! Or break up?!" putus Oliver. Dengan suara rendah, i
Part 02 - Basecamp. Beberapa bulan sebelumnya. Sebuah basecamp berbentuk sebuah bangunan kantor kecil yang disulap menjadi tempat bertemunya sekumpulan sahabat yang sejak kecil terjalin karena persahabatan dari seluruh orang tua mereka. Ruangan yang didesain sendiri dengan arsitektur ternama Raizel Ben Dobson menjadikan tempat tersebut sebuah ruangan besar yang memiliki nuansa putih dan hitam. Terdapat sofa hitam panjang membentuk L yang terletak di tengah ruangan tersebut. Lalu beberapa sofa single yang berjejer rapi dan sebuah meja berada di tengah, diatasnya terdapat minuman juga cemilan setiap kali mereka berkumpul. Namun, bukan tanpa alasan mereka berkumpul, setelah sekian lama mereka berdelapan memiliki kesibukan masing-masing. Rumah yang disebut sebuah basecamp itu pun adalah sebuah hasil dari penghasilan pertama mereka yang telah disepakati akan membuat sebuah bangunan untuk mereka berkumpul dikala semuanya memiliki waktu luang, walau semua itu terasa sulit. Akan te