Part 05 – Arthur, Valerie & tuan posesifnya
Sebuah mobil yang berhenti di depan restoran. Sehingga menghentikan niat Arthur -pemilik restoran- yang hendak kembali ke dalam kitchen. Ia kembali menoleh dan benar saja dugaannya saat berbalik, sekilas mobil yang bahkan sudah ia hafal nomor platnya itu, terparkir cantik di sana—secantik wanita yang keluar dari mobil sedan keluaran BMW. Dalam hitungan detik wanita pujaannya itu masuk dan langsung menatap ke arahnya yang tersenyum menyambut kedatangan wanita tangguh. Namun, memiliki hati yang lembut dan penyabar. Wanita yang cukup malang karena kurang diperhatikan oleh kekasihnya—yang sibuk mengurus banyak proyek pembangunan yang memakai jasa arsitektur dan banyak diminati oleh banyak pembangun. Valerie Denia Guerro, Gadis cantik yang hobi mendesain gaun-gaun indah itu nyatanya menuruni bakat setangguh sang ibu -Niana- yang kekuatannya tak dapat diremehkan jika ada yang berani mengusiknya. Mungkin itu adalah salah satu alasan Raizel membiarkan wanitanya pergi kemanapun sendiri tanpa butuh asisten ataupun pengawalan lain. Sayangnya, mungkin Raizel lupa untuk mengawal hati Valerie kemanapun wanitanya pergi. Seperti halnya Valerie yang begitu menyukai masakan Arthur, maka dari itu wanita yang sedang melangkah ke arah Arthur yang masih terpesona, dengan senyum manis dan selalu ditunjukkan Valerie—bukan hanya kepadanya melainkan kepada beberapa pelayan yang bekerja bersama Arthur, sudah mengenal sosok wanita tersebut. "Hei, Art. Kau sedang sibuk?" Sapaan Valerie nyatanya membuat Arthur sedikit tersadar dari keterpanahannya. Sambil mengalihkan pandangannya dari Valerie, Arthur tersenyum dan menjawab, "Hm, tak begitu. Seperti yang kau lihat, ini masih jam sebelas. Jadi belum begitu sibuk, ada apa, Val?" "Syukurlah kalau begitu... aku ingin meminta bantuanmu, Art," ujar Valerie mengungkapkan niatnya. "Wow ... sepertinya ini penting, jika kau sampai ingin meminta bantuanku," kata Arthur dengan sedikit gurauan. "Kemari, duduklah dulu. Kau ingin minum apa?" timpal Arthur membawa Valerie untuk duduk di salah satu kursi. "Aku tak ingin minum apapun. Jelas ini penting, Art. Dua minggu lagi Rai ulang tahun dan aku masih bingung ingin memberikannya apa. Lalu aku terpikir mengumpulkan kalian dan memasakan sesuatu untuknya," ujar Valerie mengungkapkan rencananya. "Oh, begitukah?" Raut wajah bahagia Arthur saat didatangi Valerie hilang seketika saat wanita itu ternyata ingin melakukan sesuatu untuk kekasihnya. Valerie mengerutkan keningnya menelisik raut wajah Arthur yang menunduk murung. "Art, kau tak bisa ya?" tanya Valerie tampak hati-hati. "Oh tidak. A-aku sedang berpikir, apakah dua minggu kedepan aku memiliki janji untuk pergi, tapi seingatku tak ada. Jadi kemungkinan aku bisa ikut berkumpul, di basecamp kita bukan?" Arthur menanggapi sambil menampilkan deret giginya. Tak ingin membuat Valerie kecewa karena rasa irinya terhadap Raizel, yang begitu beruntung mendapatkan Valerie. "Nope. Bukan hanya itu maksudku, Art. Aku ingin meminta bantuanmu untuk mengajariku memasak, kau tahu ibu dan ayahku sibuk dan para maid di rumahku tak akan bisa mengajariku yang serba ingin cepat, begitu juga dengan Summer, ya ampun aku takut dia akan melemparkan wajan ke wajahku." Valerie kembali mengungkapkan keinginannya sambil sedikit bergurau. Dengan wajah manis yang memelas membuat Arthur tak dapat menolak permintaan wanita itu. Bahkan walau tujuannya adalah untuk pria yang dicintai wanita itu. Ya... inilah kebodohan hakiki yang dimaksudnya tadi. Jika Summer dengan bodohnya memberikan makanan kepada Kyle yang jelas akan memberikannya kepada Athena. Berbeda dengan kebodohan Arthur yang akan membantu wanita yang dicintainya melakukan sesuatu untuk pria lain yang sialnya begitu dicintai Valerie. Sungguh malang! "Kau bisa kan, Art?" tanya Valerie kembali. Arthur mengerutkan keningnya, menggoda Valerie yang terlihat gusar saat menunggu jawabannya. Wajah menggemaskan itu sangat ingin Arthur sentuh setiap saat untuk mengungkapkan betapa ia begitu menyayangi wanita itu. "Hm ...." Arthur berdeham panjang dengan gayanya mengusap-usap dagu seakan menimbang-nimbang permintaan Valerie. "Please ...." Valerie kembali memelas. Mungkin bisa diibaratkan bahwa saat ini manik mata Valerie sudah membesar dan berlapis air bening, layaknya mata seekor kucing yang memohon diberikan ikan. "Baiklah aku akan membantumu," jawab Arthur. Seketika Valerie berjingkrang girang dan spontan memeluk Arthur yang masih duduk di kursi kayu. "Yeah! thank you, Art. Kau memang sahabat terbaik!" seru Valerie. Sahabat? Yes, i'm only the best friend for you, Val. Arthur bergumam dalam hati. Sementara karena tingkah mengejutkan Valerie barusan membuat beberapa pelayan dan pengunjung menoleh ke arah mereka yang terlihat heboh. "Ok-okey, Val. Kau sukses membuatku menjadi pusat perhatian sekarang," ujar Arthur. Seketika Valerie melepas pelukannya dan menatap beberapa pasang mata yang menatapnya sambil tersenyum. Sambil menunduk dan menampilkan deret giginya. Valerie kembali duduk di kursinya, dan menggenggam tangan Arthur dengan gemas. Seolah mengungkapkan betapa dirinya begitu senang. "Baiklah., kapan kau memiliki jam kosong?" tanya Valerie. "Restoran tutup jam sepuluh malam dan dibuka jam sepuluh pagi. Kau ingin setelah tutup atau sebelum buka?" tanya Arthur. "Hm, Jika pagi aku tidak bisa. Kau tahu, Mommy-ku tetap mengabsen kehadiranku di butik," keluh Valerie, "Dan kalau malam, Rai suka tiba-tiba melakukan panggilan video." Valerie mengerutkan keningnya. "Kalau begitu bagaimana jika saat aku sedang off. Aku dan Summer bergantian off. Seperti hari ini dia sedang off, besok giliranku, kau mau?" tawar Arthur. "Really? Tentu aku mau Arthur. Besok aku juga off, jadi kau bisa mengajariku seharian," ujar Valerie. Kembali meremas tangan Arthur dan menggoyang-goyangkannya seraya dengan kakinya yang menghentak-hentak, sebagai bentuk respon dari tubuhnya saat sedang senang. "Baiklah ..., tapi jangan terkejut jika mendengar Summer berteriak-teriak. Dia sedikit berisik jika sedang memimpin timnya saat memasak," ujar Arthur. Sambil terkekeh, ketika mengingat keributan Summer jika masuk ke dapur. "Apa? Hah ... entah aku bisa fokus atau tidak. Aku terbiasa dengan ketenangan—seperti di butik, jika sedang melakukan sesuatu," cicit Valerie. "Apa kau ingin memasak di rumahku? Mom and Dad akan senang jika aku memasak di rumah," ujar Arthur memberi pilihan. "Bisakah?" tanya Valerie mendapat anggukan dari Arthur. "Terima kasih, Art. Kau terbaik!" seru Valerie lagi. "Baiklah... kau ingin sekalian makan siang di sini?" tanya Arthur. Seketika Valerie melihat jam di pergelangan tangannya. Ia lupa bahwa sudah berjanji kepada Raizel untuk makan siang di kantor Raizel. "Hah... aku ingin... tapi, aunty Liora sudah menitipkan bekal makan siangku kepada Rai. Aku harus bergegas ke kantornya," ujar Valerie. Menunjukkan wajah menyesalnya. Ia berdiri dari duduknya diikutin Arthur. Valerie mengecup pipi Arthur sebagai tanda ia pamit pergi. "Jadi besok, aku akan ke rumahmu. See you tomorrow, Art," pamit Valerie. Meninggalkan Arthur yang memandang punggungnya dan kembali hanya bisa terdiam tanpa bisa menolak permintaan Valerie. Hah... bagus Art! Kau sudah sukses menjadi budak cintanya. Arthur meruntuk dalam hati. Sambil menatap kepergian Valerie. *** Valerie mengintip dari balik pintu sebuah ruangan apik dengan beberapa interior yang di desain begitu indah dipandang mata. Beberapa bingkai denah-denah fantastik tampak menempel di dinding berwarna putih. Sebuah miniatur berbentuk kapal laut yang terbuat dari kayu tertata rapi di meja panjang bersama beberapa miniatur lainnya seperti pesawat, mobil bahkan rumah miniatur yang terlihat indah menghiasi ruangan tersebut. Terlihat jelas ruangan siapa yang disusupi Valerie dengan perlahan, seperti seorang maling yang mengintip dan memerhatikan sekitarnya. Kemacetan yang menjadi kendalanya saat menuju ke kantor kekasihnya itu, membuatnya terlambat tiba selama satu jam. Hingga Valerie harus memastikan bahwa prianya tak marah saat ia tiba dalam keadaan terlambat. "Huh ...." Valerie menghembuskan napasnya cukup lega. "Semoga Rai masih meeting, atau setidaknya ia bertemu dengan kliennya di luar." Harap Valerie bergumam. Lalu ia berbalik dan betapa terkejutnya Valerie saat berbalik, terdapat Raizel yang membawa dua kotak makan yang baru ia panaskan di pantry menggunakan microwave. "Astaga Rai ... kau mengagetkanku!" pekik Valerie. "Siapa suruh kau mengendap-endap seperti maling!" tukas Raizel. Dia melangkah maju dan membuat Valerie secara otomatis melangkah mundur dan masuk ke ruangan Raizel. "Kenapa kau terlambat? Jika asistenku tak memberitahukan bahwa jam makan siang sudah berlalu sebanyak satu jam. Aku tak sadar jika kau terlambat terlalu lama," ujar Raizel. Membiarkan Valerie mengekornya dan berhenti saat tiba di meja yang terdapat sofa panjang dan satu sofa single mengelilingi meja tersebut. Pria itu meletakan dua kotak makan yang sudah ia panaskan ke atas meja tersebut. Lengan kemeja yang digulung dan satu kancing teratas dibiarkan terbuka oleh Raizel. Hal itu membuat ketampanannya bertambah berlipat kali, dan mungkin mampu membuat banyak wanita mengantri untuk dikencani oleh Raizel. Namun sayang, tak ada yang berani mendekatinya, saat pria itu sudah memberikan tatapan menyeramkan bagaikan sinar laser yang dimiliki Superman. "Maaf, Rai kau tahu, jalanan di dekat sini sungguh padat. Apalagi didekat tempat Arthur... huh... memutar balik saja sulit," ungkap Valerie. Tanpa sadar sudah keceplosan. "Kau ke tempat Arthur?" tanya Raizel mengerutkan keningnya. Sontak Valerie tersadar bahwa dirinya sudah keceplosan. Ia tahu seberapa cemburunya Raizel terhadap Arthur. Dan sebentar lagi Raizel pasti akan marah. Dengan ragu Valerie tetap menganggukkan kepalanya secara perlahan, sambil tertunduk tak berani menatap Raizel yang menatapnya tajam. "Hah, kau tahu seberapa tak sukanya aku jika kau menemuinya," rutuk Raizel. "Kenapa kau tak menyukainya ? Bukankah dia juga sahabat kita sejak kecil, dia juga sepupumu bukan?" tanya Valerie. "Dia menyukaimu, Val! Sampai kapan kau bisa menyadari itu. Apa kau sengaja ingin membuatku marah!" tukas Raizel. Mengalihkan tatapannya dan memilih mengambil kotak makan bagian Valerie, mengambilkannya beberapa iris daging dan beberapa sendok sayur, lalu diberikan kepada wanitanya. "Maaf, Rai. Aku hanya ...." Valerie menggantung ucapannya tak tahu hendak beralasan apa, karena sebenarnya memang ia merahasiakannya dari Raizel. "Sudahlah! Aku tak ingin membahasnya. Makanlah, mom sudah memasakkannya untukmu," ujar Raizel. Valerie terkesiap melihat makanan yang cukup banyak untuknya, lantas dia bertanya kepada kekasihnya yang beranjak dari duduknya dan tak memakan apapun. "Kau tak makan?" tanya Valerie. "Aku sudah makan, semua itu bagianmu," jawab Raizel. "Harus kau habiskan. Kau tahu, ibuku akan bersedih jika makanannya tak habis," timpal Raizel. "Apa? Tapi kenapa aunty Liora membawakan banyak makanan hanya untukku," cicit Valerie. "Karena aku mengatakan, kau sedang mengandung anakku." Raizel menjawab begitu ringan. Lalu duduk di kursi kebesarannya. "Apa? ya ampun! Apa kau mulai gila?!" pekik Valerie. "Ya, aku memang gila. Karenamu ...," jawab Raizel ringan. Sambil menopang kedua tangannya di atas meja, untuk sedikit memajukan tubuhnya. Menatap serius Valerie yang beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapannya yang terhalang meja. "Oh, ya Tuhan! Bisakah kau mengurangi keposesifanmu? Aku—" "Nope, Val! Enough!" sentak Raizel menatap tajam Valerie yang tercengang. "Tak ada pengelakkan. Aku hanya berusaha menjagamu dan hatimu. Agar kau berhenti makan siang di tempat Arthur dan makan di sini. Mom berjanji akan membuatkan makanan untukmu. Jadi tak ada alasan untukmu ke sana!" pungkas Raizel. Dengan sorot mata tajam ia menatap Valerie yang juga menatapnya tajam, dengan bibir cemberut. Sayangng, tak dihiraukan oleh Raizel sedikitpun. "Dasar tuan posesif menyebalkan!" sungut Valerie. Lalu berbalik menuju sofa dan dengan terpaksa memakan makanan yang sudah disiapkan dengan susah payah oleh Liora -calon ibu mertuanya- Raizel menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursinya sambil menatap Valerie yang membelakanginya dengan angkuh. Raizel dan keposesifannya ... Tak ingin mendapat penolakkan, karena inilah caranya mempertahankan Valerie tetap berada di sisinya atau ia akan kehilangan gadis itu karena kesibukannya. Meskipun, caranya begitu licik. **Part 06 – Oliver & Athena Oliver keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil berwarna putih. Tatapannya berkeliling mencari sosok gadis mungil yang tak ada di tempatnya. Oliver membiarkan handuk kecil itu menggantung di lehernya, saat tatapannya menangkap sebuah cup es krim di atas meja bekas ia meletakan obat antiseptik dan plester luka. Ia melangkah mendekat dan melihat secarik kertas. Ia mengambilnya dan membaca tulisan tangan Athena. "Terima kasih untuk plesternya, tapi maaf aku tak ingin memakan es yang bukan untukku." Oliver meremas dan melemparkan kertas noted tersebut ke atas meja. Lalu melirik ice cream yang sepertinya sudah meleleh. "Ya, kau memang benar. Thena. Aku ingin Skyla yang kembali, tetapi aku tak bisa membawanya kembali." Oliver menggumam sendiri. Suara ketukan pintu terdengar memanggilnya. "Oliver, keluarlah kita akan mulai acara makan malam terakhir di sini." Oliver bergegas membuka pintu dan mendapati asistennya,
Part 07 - Trying to escape | Summer & Kyle Kyle mengendarai mobilnya keluar dari rumah sakit setelah ia menyelesaikan jam prakteknya selama satu jam. Kini dirinya sedang melaju membelah jalan dan kemacetan di jalan utama Manhattan yang begitu padat. Kyle mengusap bibirnya dan kembali membayangkan kegilaannya bersikap kasar terhadap sepupunya. Lantas hal itu membuat ia merutuk dalam hati. Damn! Kau sungguh bodoh Kyl! Keluhnya dalam hati "Bagaimana bisa, dirimu sering lepas kendali setiap kali menghadapi Summer. Ucapannya memang begitu pedas dan sialnya dia memang benar!" gumamnya. Matanya menoleh sekilas ke arah kotak makan yang diberikan Summer. Ia sudah memakannya dan kini ia sedang dalam perjalanan untuk mengakui kesalahannya. Aku harus meminta maaf, rasanya tak tenang jika Summer pergi dalam keadaan seperti itu, tekadnya bulat. Melaju semakin cepat, melesat menuju ke tempat dimana pastinya ia tahu keberadaan Summer. Karena dirinya hampir hafal dengan tempat yang disinggahi
Part 08 - Disappointed Di sebuah supermarket terbesar di kawasan Manhattan menjadi tempat singgah Summer yang baru saja memarkirkan mobilnya di basement. Summer mencoba melupakan masalahnya dengan Kyle dan tetap menjalankan niatnya untuk berbelanja bahan makanan yang hendak ia masak malam ini. Ia mulai memasuki supermarket dan mengambil troli belanjaan. Pandangannya tertuju langsung ke arah rak-rak panjang yang berjejer rapi dan barang yang tersusun sesuai dengan jenis-jenis makanan serta beberapa barang kebutuhan hidup. Summer membawa langkahnya langsung menuju ke bagian sayur dan daging. Dia menghentikan dorongan troli di dekat rak sayuran terlebih dahulu, lalu memilih beberapa sayur yang terlihat segar tanpa menyadari kini trolinya sudah didorong seseorang yang sejak tadi mengikutinya. Summer tersadar bahwa ia kehilangan troli saat hendak memasukkan sayuran yang sudah ia pilih. Ia membulatkan matanya saat melihat pria menyebalkan yang masih mengikuti dan kini mengganggu kegiat
Part 09 - Hurt Di sebuah hunian mewah di kawasan Soho, Manhattan berdiri sederet perumahan dan penthouse yang dihuni oleh pengusaha besar bahkan beberapa selebriti di sekitarnya. Suasana perumahan tersebut cukup sepi karena diyakini kesibukan pemilik rumah yang berada diluar hunian mereka. Di salah satu rumah tepatnya di dalam dapur bernuansa alam dengan desain kitchen set yang terbuat dari kayu jati berwarna coklat khas menunjukkan kesan alam dengan adanya tembusan pintu dari dapur menuju halaman belakang yang membuat udara di dalam dapur menjadi cukup sejuk. Dapur tersebut menunjukkan tanda kehidupan karena adanya seorang Summer yang sedang bergelut dengan masakannya. Terdapat Kyle yang membantu Summer membuat makanan. Atau lebih tepatnya mengganggu Summer. "Please, Kyl! Lebih baik kau duduk dan nikmati jusmu!" bentak Summer untuk kesekian kalinya. Karena bukan membantu, tapi Kyle malah memperlambat pekerjaannya dan kini jam sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh. Kedua or
Part 10 – Athena, Summer & Valerie Satu jam waktu yang terbilang cepat bagi Kyle tiba di sebuah pantai yang menjadi lokasi syuting Athena saat ini. Emma bertindak cepat dengan mengirimkan titik lokasinya terkini sehingga memudahkan Kyle untuk tiba jauh dari perkiraaanya. Kini Kyle sedang menunggu Athena dan Emma dengan bersandar di kap mobilnya sambil bersedekap dada. Tatapannya teralihkan saat seorang pria yang dikenalnya sejak kecil keluar dari dalam penginapan dan menghampirinya karena mobil pria itu terparkir tepat di sebelah mobil Kyle. "Hei, Olie," sapa Kyle. Oliver menoleh dan menghampirinya. "Hei, sedang apa kau di sini?" tanya Oliver langsung. "Menjemput seseorang," jawab Kyle sekenanya. Oliver mengerutkan keningnya. Namun, karena dirinya sedang terburu-buru untuk menuju ke bandara. Ia hanya mengangguk dan memasukan barangnya ke dalam mobil. "Kau mau ke mana, kenapa terlihat buru-buru?" tanya Kyle. "Aku ingin menyusul Skyla." Oliver menjawab dengan singkat. "
Part 11.1 - Elle Suasana pagi yang cerah terasa hangat saat mentari menyambut dunia. Arthur terbiasa melakukan joggingdi pagi hari sebelum ia benar-benar memulai kegiatannya. Ia mengendarai sepedanya ketika waktu sudah menunjukkan pukul enam. Pria itu berniat mampir ke pasar swalayan untuk membeli beberapa bahan makanan. Arthur sengaja tak membangunkan Valerie yang menginap dan tidur di kamar tamu. Memikirkan gadis itu terlelap dalam tidurnya setelah semalaman menangis dan mengumpati Raizel mengungkapkan kekesalannya. Arthur kembali terkekeh bahkan hampir tertawa sendiri saat Valerie mengeluh tentang bagaimana Raizel dan keposesifannya yang terlalu berlebihan.
Part 11.2 - Hopeless Arthur tiba di kawasan perumahan elit tempatnya tinggal yang kebetulan begitu berdekatan dengan Summer. Jarak dari tempatnya melakukan olahraga pagi dan pasar swalayan memang tak terlalu jauh, maka dari itu Arthur begitu senang menggunakan sepedanya, hanya untuk berkeliling distrik tempatnya tinggal. Terlihat dari jauh Summer baru saja keluar dari rumahnya setelah memberikan sebuah kotak makan kepada Valerie. Lantas ia mengayuh sepedanya lebih cepat agar tiba sebelum Summer memasuki mobilnya untuk pergi ke restoran. Namun embusan angin yang menerbangkan daun di pepohonan terasa begitu cukup kuat saat sebuah mobil melesat lebih dulu melintasi Arthur. Pria itu memicingkan matanya menatap mobil yang dikenalnya milik sepupunya yang lain. Ingatannya tak salah. Ia melihat mobil itu berhenti tepat di dekat Summer. Arthur tiba dan baru saja dirinya hendak menghampiri Kyle, yang turun dari mobil dan berjalan menghampiri Summer. Namun ternyata, Kyle membuka pintu p
Part 11.3 - Can I be selfish? Di ruang tamu bernuansa putih dengan sofa putih gading dan meja berlapis kaca. Senada dengan dinding kaca yang menghadap ke kolam yang begitu menyejukkan mata yang memandang. Namun, rasanya semua itu tak cukup untuk menyejukan luka memar di sudut bibir Arthur. Terbukti dari terdengarnya suara meringis dan keluhan yang dilontarkan Arthur saat Valerie mengobati luka memar akibat pukulan dari Kyle. "Argh! Sakit Val. Bisa kau pelan sedikit!" ringis Arthur. Valerie mendengus kesal, dan malah menekan kuat-kuat luka memar di sudut bibir Arthur. Membuat Arthur semakin meringis kesakitan. "Argh, argh!" Arthur menjauh dari Valerie. "Heh! Kau sok menjadi pahlawan, tapi tak siga
Part 12.3 - Delusions Suasana jalanan dari Chelsea Piers Riverside Park menuju Midtown Manhattan tepatnya ke kawasan tempat tinggal Skyla, cukup memakan waktu saat malam tiba. Seperti yang diketahui khalayak umum, bahwa Manhattan adalah kota yang tak pernah mati. Semakin malam, keadaan malah semakin ramai. Oliver kembali menoleh dan menatap wajah terlelap Skyla. Entah kenapa ia merasa Skyla mudah kelelahan. Namun, ia berpikir bahwa mungkin saja jika mengingat perjalanan dari Sydney ke Amerika cukup memakan waktu dan membuat siapapun kelelahan jika tak segera istirahat. Oliver tersenyum dan mengusap pelan pipi Skyla untuk membangunkan wanitanya. Ia sudah sampai di depan rumah Skyla. Meskipun, Oliver tak ingin membangunkan Skyla, ia lebih tak ingin wanita itu terlelap dalam posisi tak enak. Dengan perlahan Skyla bergerak dan membuka matanya secara perlahan. Ia tersenyum dan meregangkan tubuh lelahnya. "Kita sudah sampai?" tanya Skyla. "Ya," jawab Oliver. Lalu ia keluar dari
Part 12.1 - Hallucination “Skyla!” pekik Oliver. Terbangun langsung terduduk dan mengusap kasar wajahnya sambil mengatur napasnya yang terasa menggebu. Butiran bening mengalir di sisi pelipisnya. Ia mengusap dan meremas rambutnya sambil mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam bersandar malas di sofa tersebut. “Ada apa, Olie?” tanya wanita yang namanya sempat ia teriakan tampak panik dengan membawa dua gelas teh di atas nampan. “Skyla kau di sini, maksudku masih di sini?!” tanya Oliver terbatah-batah tak mengerti apa yang terjadi dengannya. Wanita itu meletakkan nampannya di atas meja dan duduk di samping Oliver. “Apa kau bermimpi lagi?” tanya Skyla yang semakin memperbanyak kerutan di kening Oliver. Pria itu menggeleng tertawa miris hampir menangis. “Sky, beritahu aku yang sesungguhnya. Apa kau hanya ilusi di dalam alam bawah sadarku?” Oliver menekan kuat bahu Skyla hingga wanita itu meringis. “O-Olie, kau mencengkram bahuku terlalu kuat,” ringis Skyla. Oliver mengg
Part 12.1 - Illusion Oliver mengendarai mobilnya meninggalkan Brooklyn, tepatnya di Manhattan Beach tempatnya melakukan syuting terakhir. Ia berkendara tak tentu arah hingga kini tiba di kawasan Chelsea Piers Riverside Park. Di mana sebuah bangunan unik berdiri di sana. Suara decitan ban mobil dan aspal beradu terdengar memekikkan telinga. Pria itu memarkirkan mobilnya di depan basecamp lalu bergegas masuk dan menyalakan lampu ruangan tersebut. Suara sambutan dengan senyum hangat menyapanya. “Hai, Olie. Akhirnya kau sudah datang,” sapa suara yang begitu dikenal juga dirindukannya hampir satu tahun lamanya. “Sky,” sapanya tak percaya. “Ya, Apa kau tak marah lagi denganku? Aku menunggumu sangat lama di sini,” keluh wanita itu dengan lirih. Tanpa menjawab ucapan Skyla, Oliver menarik wanita itu dan memeluknya erat tak peduli segala hal yang terjadi sebelumnya karena yang terpenting wanita itu sudah tiba di hadapannya. Layaknya seperti kekasih pada umumnya, Oliver seakan melu
Part 11.3 - Can I be selfish? Di ruang tamu bernuansa putih dengan sofa putih gading dan meja berlapis kaca. Senada dengan dinding kaca yang menghadap ke kolam yang begitu menyejukkan mata yang memandang. Namun, rasanya semua itu tak cukup untuk menyejukan luka memar di sudut bibir Arthur. Terbukti dari terdengarnya suara meringis dan keluhan yang dilontarkan Arthur saat Valerie mengobati luka memar akibat pukulan dari Kyle. "Argh! Sakit Val. Bisa kau pelan sedikit!" ringis Arthur. Valerie mendengus kesal, dan malah menekan kuat-kuat luka memar di sudut bibir Arthur. Membuat Arthur semakin meringis kesakitan. "Argh, argh!" Arthur menjauh dari Valerie. "Heh! Kau sok menjadi pahlawan, tapi tak siga
Part 11.2 - Hopeless Arthur tiba di kawasan perumahan elit tempatnya tinggal yang kebetulan begitu berdekatan dengan Summer. Jarak dari tempatnya melakukan olahraga pagi dan pasar swalayan memang tak terlalu jauh, maka dari itu Arthur begitu senang menggunakan sepedanya, hanya untuk berkeliling distrik tempatnya tinggal. Terlihat dari jauh Summer baru saja keluar dari rumahnya setelah memberikan sebuah kotak makan kepada Valerie. Lantas ia mengayuh sepedanya lebih cepat agar tiba sebelum Summer memasuki mobilnya untuk pergi ke restoran. Namun embusan angin yang menerbangkan daun di pepohonan terasa begitu cukup kuat saat sebuah mobil melesat lebih dulu melintasi Arthur. Pria itu memicingkan matanya menatap mobil yang dikenalnya milik sepupunya yang lain. Ingatannya tak salah. Ia melihat mobil itu berhenti tepat di dekat Summer. Arthur tiba dan baru saja dirinya hendak menghampiri Kyle, yang turun dari mobil dan berjalan menghampiri Summer. Namun ternyata, Kyle membuka pintu p
Part 11.1 - Elle Suasana pagi yang cerah terasa hangat saat mentari menyambut dunia. Arthur terbiasa melakukan joggingdi pagi hari sebelum ia benar-benar memulai kegiatannya. Ia mengendarai sepedanya ketika waktu sudah menunjukkan pukul enam. Pria itu berniat mampir ke pasar swalayan untuk membeli beberapa bahan makanan. Arthur sengaja tak membangunkan Valerie yang menginap dan tidur di kamar tamu. Memikirkan gadis itu terlelap dalam tidurnya setelah semalaman menangis dan mengumpati Raizel mengungkapkan kekesalannya. Arthur kembali terkekeh bahkan hampir tertawa sendiri saat Valerie mengeluh tentang bagaimana Raizel dan keposesifannya yang terlalu berlebihan.
Part 10 – Athena, Summer & Valerie Satu jam waktu yang terbilang cepat bagi Kyle tiba di sebuah pantai yang menjadi lokasi syuting Athena saat ini. Emma bertindak cepat dengan mengirimkan titik lokasinya terkini sehingga memudahkan Kyle untuk tiba jauh dari perkiraaanya. Kini Kyle sedang menunggu Athena dan Emma dengan bersandar di kap mobilnya sambil bersedekap dada. Tatapannya teralihkan saat seorang pria yang dikenalnya sejak kecil keluar dari dalam penginapan dan menghampirinya karena mobil pria itu terparkir tepat di sebelah mobil Kyle. "Hei, Olie," sapa Kyle. Oliver menoleh dan menghampirinya. "Hei, sedang apa kau di sini?" tanya Oliver langsung. "Menjemput seseorang," jawab Kyle sekenanya. Oliver mengerutkan keningnya. Namun, karena dirinya sedang terburu-buru untuk menuju ke bandara. Ia hanya mengangguk dan memasukan barangnya ke dalam mobil. "Kau mau ke mana, kenapa terlihat buru-buru?" tanya Kyle. "Aku ingin menyusul Skyla." Oliver menjawab dengan singkat. "
Part 09 - Hurt Di sebuah hunian mewah di kawasan Soho, Manhattan berdiri sederet perumahan dan penthouse yang dihuni oleh pengusaha besar bahkan beberapa selebriti di sekitarnya. Suasana perumahan tersebut cukup sepi karena diyakini kesibukan pemilik rumah yang berada diluar hunian mereka. Di salah satu rumah tepatnya di dalam dapur bernuansa alam dengan desain kitchen set yang terbuat dari kayu jati berwarna coklat khas menunjukkan kesan alam dengan adanya tembusan pintu dari dapur menuju halaman belakang yang membuat udara di dalam dapur menjadi cukup sejuk. Dapur tersebut menunjukkan tanda kehidupan karena adanya seorang Summer yang sedang bergelut dengan masakannya. Terdapat Kyle yang membantu Summer membuat makanan. Atau lebih tepatnya mengganggu Summer. "Please, Kyl! Lebih baik kau duduk dan nikmati jusmu!" bentak Summer untuk kesekian kalinya. Karena bukan membantu, tapi Kyle malah memperlambat pekerjaannya dan kini jam sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh. Kedua or
Part 08 - Disappointed Di sebuah supermarket terbesar di kawasan Manhattan menjadi tempat singgah Summer yang baru saja memarkirkan mobilnya di basement. Summer mencoba melupakan masalahnya dengan Kyle dan tetap menjalankan niatnya untuk berbelanja bahan makanan yang hendak ia masak malam ini. Ia mulai memasuki supermarket dan mengambil troli belanjaan. Pandangannya tertuju langsung ke arah rak-rak panjang yang berjejer rapi dan barang yang tersusun sesuai dengan jenis-jenis makanan serta beberapa barang kebutuhan hidup. Summer membawa langkahnya langsung menuju ke bagian sayur dan daging. Dia menghentikan dorongan troli di dekat rak sayuran terlebih dahulu, lalu memilih beberapa sayur yang terlihat segar tanpa menyadari kini trolinya sudah didorong seseorang yang sejak tadi mengikutinya. Summer tersadar bahwa ia kehilangan troli saat hendak memasukkan sayuran yang sudah ia pilih. Ia membulatkan matanya saat melihat pria menyebalkan yang masih mengikuti dan kini mengganggu kegiat