Share

Bab 2

Lima tahun kemudian, di Rumah Sakit Leroria. Eleanor sedang duduk di kantornya. Dia baru selesai menganalisis sebuah kasus medis dan menyampaikan rencana perawatannya.

Eleanor tidak tahu nama pasien itu. Dia hanya mendengar bahwa pasien itu adalah orang penting yang secara khusus meminta perawatannya, membuat rumah sakit memberikan perhatian lebih.

Moses, sang direktur rumah sakit, duduk di sebelah dan mendengarkan analisis Eleanor dengan saksama. Dia bertanya, "Astrid, status orang ini sangat tinggi. Dia khusus menunjukmu untuk merawatnya. Apa kamu yakin bisa menyembuhkannya?"

"Catatan medisnya nggak menunjukkan dia mengidap penyakit lain. Gangguan tidurnya hanya disebabkan oleh emosi berlebihan. Keluhannya nggak terlalu rumit. Saya yakin bisa mengatasinya," sahut Eleanor.

Mendengar itu, Moses baru merasa lega. Eleanor direkomendasikan secara pribadi oleh direktur sebelumnya tiga tahun lalu. Kala itu, dia baru berusia 25 tahun. Belum lagi, dia juga memiliki seorang anak berusia 2 tahun. Banyak orang yang meragukan kemampuan medisnya.

Namun, dalam tiga tahun yang singkat, Eleanor sukses membuktikan kemampuannya dan memenangkan rasa hormat dari semua orang. Lantaran wanita itu berkata bahwa kasus ini bisa ditanganinya, Moses bisa merasa tenang.

"Oke, pasien sudah tiba di ruang konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Ikut aku ke sana," ucap Moses.

Eleanor melirik arlojinya. Saat ini, dia seharusnya pergi menjemput Harry dari sekolah. Namun, pasien sudah menunggunya di ruang konsultasi. Apa boleh buat, sebagai dokter, dia harus mengutamakan pasien.

Eleanor terpaksa menelepon putranya untuk meminta maaf. Kemudian, dia meminta tolong Charlie untuk menjemput Harry.

Usai menelepon, wajah cantik Eleanor kembali ke raut tenangnya. Dia mengenakan masker dan mengikuti Moses ke ruang konsultasi.

Di dalam ruang konsultasi, seorang pria duduk dengan angkuh dan elegan di sofa. Kedua kaki panjangnya disilangkan dan ekspresi di wajah tampannya terlihat kurang baik. Dia tengah memejamkan matanya untuk beristirahat.

Ada dua perawat yang berjaga di ruang konsultasi itu. Keduanya berdiri kaku, sepertinya terintimidasi aura dingin dan mendominasi yang dipancarkan pria itu. Mereka bahkan tidak berani bernapas keras-keras karena takut akan mengganggu.

Pintu ruang konsultasi dibuka, lalu Moses berjalan masuk diikuti Eleanor.

Kedua perawat itu sontak menyapa mereka berdua. Moses mengangguk, sementara Eleanor hanya mengiakan dengan pelan.

Pria yang duduk di sofa itu perlahan membuka matanya yang menawan. Eleanor mendongak, memandang sekilas ke arahnya. Alhasil, dia langsung merasakan darahnya membeku.

Pria itu mengenakan jas hitam mahal. Wajahnya sangat tampan dengan alis tebal, hidung mancung, dan bibir tipis. Tubuhnya memancarkan aura bangsawan yang angkuh. Sama sekali tidak ada kehangatan di dalam matanya.

Pasien penting yang disebut Moses harus diperlakukan dengan hati-hati ini ternyata adalah Jeremy!

Moses menghampiri Jeremy dan berucap sambil tersenyum, "Pak Jeremy, mari saya perkenalkan. Ini Dokter Astrid dari rumah sakit kami. Astrid, ayo sapa Pak Jeremy."

Jeremy menatap wanita yang berdiri di belakang Moses. Rambut panjang wanita itu terikat rapi di belakang kepalanya. Wajah mungilnya ditutupi masker, matanya menunduk, dan dia tidak bicara sepatah kata pun.

Jeremy mengamati sosok Eleanor dengan mata terpicing. Entah mengapa, dia merasa wanita itu sangat familier.

Kedua tangan Eleanor terkepal di sisi tubuhnya. Sambil menundukkan kepala dengan sopan, dia berucap, "Halo, Pak Jeremy."

Jeremy masih menyipitkan matanya dan menatap Eleanor lekat-lekat selama beberapa detik. Untuk sesaat, atmosfer di sana terasa membeku.

Moses memandang heran pada Jeremy, lalu beralih ke Eleanor yang sedang ditatap oleh Jeremy. Dia sedikit kebingungan.

Hati Eleanor tidak setenang sikap yang ditunjukkannya. Sudah lima tahun berlalu. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan mantan suaminya lagi di situasi seperti ini.

Malam ketika Jeremy memberinya obat aborsi masih menjadi mimpi buruk bagi Eleanor. Bahkan setelah lima tahun, memori itu masih teringat jelas.

Eleanor ingin segera menjauh dari pria ini. Namun, pergi tanpa alasan hanya akan menimbulkan kecurigaan. Jadi, dia hanya bisa berdiri mematung sambil berdoa agar Jeremy tidak mengenalinya.

"Kemarilah," ucap Jeremy sambil mengisyaratkan agar Eleanor mendekat.

Jantung Eleanor berpacu kian kencang. Di bawah tatapan tajam Jeremy, dia memberanikan diri untuk mendekat. Sebelum pria itu bicara lagi, dia mulai memeriksanya.

Ketika jari-jari lembut dan hangat Eleanor menyentuh kepalanya, Jeremy kembali merasakan sensasi akrab itu. Dia bertanya dengan mata menyipit, "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Gerakan Eleanor terhenti sejenak. "Nggak," sahutnya pendek.

Usai memeriksa Jeremy, Eleanor menjauh dan berkata, "Maaf, Pak Moses. Setelah saya periksa, ternyata penyakit ini nggak bisa saya tangani. Silakan konsultasi pada dokter lainnya." Sambil berusaha mempertahankan ketenangannya, Eleanor langsung melangkah pergi.

"Apa?" gumam Moses terkejut.

Jeremy memperhatikan punggung Eleanor lekat-lekat. Setelah sosoknya menghilang dari pandangan, dia mendadak berdiri.

Jeremy merasa wanita ini sangat mirip seseorang. Tepatnya mirip Eleanor, wanita yang sudah mati itu!

Ketika Jeremy hendak mengejarnya, asistennya buru-buru masuk dan berkata, "Bos, Tuan Daniel hilang!"

Jeremy memicingkan matanya dan menatap Andy dengan tajam. "Apa maksudmu hilang?" tanyanya.

Tubuh Andy gemetar ketakutan. Dia menyahut dengan tergagap, "Barusan saya menemani Tuan Daniel ke toilet. Waktu sedang mencuci tangan, Tuan Daniel tiba-tiba menghilang. Sa ... saya sudah mencari ke mana-mana, ta ... tapi saya nggak bisa menemukannya ...."

Andy gelisah bukan main saat melihat ekspresi dingin Jeremy. Meskipun bukan putra kandungnya, Jeremy yang telah membesarkan anak itu selama bertahun-tahun juga sangat menyayanginya. Sekarang, anak itu hilang dari pengawasannya. Andy merasa hidupnya akan segera berakhir.

Sakit kepala yang hebat menyerang Jeremy. Dia berseru dengan marah, "Tunggu apa lagi? Cari sampai ketemu!"

"Baik, Bos!" sahut Andy.

Moses juga tidak kalah cemas saat mendengar hal ini. Akibatnya akan sangat buruk jika anak Jeremy hilang di area rumah sakit.

"Pak Jeremy, mari saya antar ke ruang monitor CCTV. Kita bisa dapat petunjuk lebih cepat," usul Moses.

Jeremy mengangguk dan menyahut, "Tolong bawa jalan."

"Silakan ikuti saya," ucap Moses.

Eleanor keluar dari ruang konsultasi dengan tubuh bergetar. Kini, dia sedang berdiri di depan cermin toilet. Tangannya mencengkeram wastafel dan kedua matanya terpejam erat.

Meski sudah lima tahun berlalu, melihat wajah Jeremy langsung mengingatkan Eleanor pada semua yang terjadi malam itu. Memikirkan hal ini mendorongnya untuk segera kabur.

Jeremy membenci Eleanor karena Yoana dan anak itu. Dia begitu membencinya hanya karena tuduhan tidak berdasar itu.

Eleanor mengingatkan diri sendiri untuk berhati-hati agar Jeremy tidak menyadari identitasnya. Jika tidak, pria itu pasti tidak akan melepaskannya.

Setelah membasuh wajah dengan air dingin, Eleanor merapikan diri dan keluar dari toilet. Seorang perawat kebetulan berpapasan dengannya dan berkata, "Dokter Astrid, Pak Moses memintaku untuk memeriksa keadaanmu. Apa kamu baik-baik saja?"

"Nggak apa-apa, aku hanya nggak enak badan. Tolong panggil dokter lain untuk memeriksa pasien itu," sahut Eleanor.

Melihat raut wajah Eleanor yang suram, perawat itu pun menyanggupi, "Oke, aku akan sampaikan pada Pak Moses."

Eleanor mengucapkan terima kasih, lalu segera kembali ke kantornya dan berganti pakaian. Dia tidak ingin berlama-lama, melainkan langsung pergi dari situ.

Setelah muncul di depan Jeremy tadi, Eleanor khawatir pria itu merasa curiga. Jika mereka kembali bertemu, takutnya Jeremy akan mengenalinya. Jadi, dia harus segera pergi.

Eleanor mengemasi barang-barangnya dan melangkah ke parkiran bawah tanah. Ketika hendak masuk ke mobil, dia tiba-tiba mendengar suara anak kecil meminta tolong.

Deg! Suara itu sangat mirip dengan suara Harry. Eleanor mengernyit dan bergegas menghampiri asal suara dengan perasaan cemas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status