Share

Bab 2

Penulis: Arizah Karimah
Lima tahun kemudian, di Rumah Sakit Leroria. Eleanor sedang duduk di kantornya. Dia baru selesai menganalisis sebuah kasus medis dan menyampaikan rencana perawatannya.

Eleanor tidak tahu nama pasien itu. Dia hanya mendengar bahwa pasien itu adalah orang penting yang secara khusus meminta perawatannya, membuat rumah sakit memberikan perhatian lebih.

Moses, sang direktur rumah sakit, duduk di sebelah dan mendengarkan analisis Eleanor dengan saksama. Dia bertanya, "Astrid, status orang ini sangat tinggi. Dia khusus menunjukmu untuk merawatnya. Apa kamu yakin bisa menyembuhkannya?"

"Catatan medisnya nggak menunjukkan dia mengidap penyakit lain. Gangguan tidurnya hanya disebabkan oleh emosi berlebihan. Keluhannya nggak terlalu rumit. Saya yakin bisa mengatasinya," sahut Eleanor.

Mendengar itu, Moses baru merasa lega. Eleanor direkomendasikan secara pribadi oleh direktur sebelumnya tiga tahun lalu. Kala itu, dia baru berusia 25 tahun. Belum lagi, dia juga memiliki seorang anak berusia 2 tahun. Banyak orang yang meragukan kemampuan medisnya.

Namun, dalam tiga tahun yang singkat, Eleanor sukses membuktikan kemampuannya dan memenangkan rasa hormat dari semua orang. Lantaran wanita itu berkata bahwa kasus ini bisa ditanganinya, Moses bisa merasa tenang.

"Oke, pasien sudah tiba di ruang konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Ikut aku ke sana," ucap Moses.

Eleanor melirik arlojinya. Saat ini, dia seharusnya pergi menjemput Harry dari sekolah. Namun, pasien sudah menunggunya di ruang konsultasi. Apa boleh buat, sebagai dokter, dia harus mengutamakan pasien.

Eleanor terpaksa menelepon putranya untuk meminta maaf. Kemudian, dia meminta tolong Charlie untuk menjemput Harry.

Usai menelepon, wajah cantik Eleanor kembali ke raut tenangnya. Dia mengenakan masker dan mengikuti Moses ke ruang konsultasi.

Di dalam ruang konsultasi, seorang pria duduk dengan angkuh dan elegan di sofa. Kedua kaki panjangnya disilangkan dan ekspresi di wajah tampannya terlihat kurang baik. Dia tengah memejamkan matanya untuk beristirahat.

Ada dua perawat yang berjaga di ruang konsultasi itu. Keduanya berdiri kaku, sepertinya terintimidasi aura dingin dan mendominasi yang dipancarkan pria itu. Mereka bahkan tidak berani bernapas keras-keras karena takut akan mengganggu.

Pintu ruang konsultasi dibuka, lalu Moses berjalan masuk diikuti Eleanor.

Kedua perawat itu sontak menyapa mereka berdua. Moses mengangguk, sementara Eleanor hanya mengiakan dengan pelan.

Pria yang duduk di sofa itu perlahan membuka matanya yang menawan. Eleanor mendongak, memandang sekilas ke arahnya. Alhasil, dia langsung merasakan darahnya membeku.

Pria itu mengenakan jas hitam mahal. Wajahnya sangat tampan dengan alis tebal, hidung mancung, dan bibir tipis. Tubuhnya memancarkan aura bangsawan yang angkuh. Sama sekali tidak ada kehangatan di dalam matanya.

Pasien penting yang disebut Moses harus diperlakukan dengan hati-hati ini ternyata adalah Jeremy!

Moses menghampiri Jeremy dan berucap sambil tersenyum, "Pak Jeremy, mari saya perkenalkan. Ini Dokter Astrid dari rumah sakit kami. Astrid, ayo sapa Pak Jeremy."

Jeremy menatap wanita yang berdiri di belakang Moses. Rambut panjang wanita itu terikat rapi di belakang kepalanya. Wajah mungilnya ditutupi masker, matanya menunduk, dan dia tidak bicara sepatah kata pun.

Jeremy mengamati sosok Eleanor dengan mata terpicing. Entah mengapa, dia merasa wanita itu sangat familier.

Kedua tangan Eleanor terkepal di sisi tubuhnya. Sambil menundukkan kepala dengan sopan, dia berucap, "Halo, Pak Jeremy."

Jeremy masih menyipitkan matanya dan menatap Eleanor lekat-lekat selama beberapa detik. Untuk sesaat, atmosfer di sana terasa membeku.

Moses memandang heran pada Jeremy, lalu beralih ke Eleanor yang sedang ditatap oleh Jeremy. Dia sedikit kebingungan.

Hati Eleanor tidak setenang sikap yang ditunjukkannya. Sudah lima tahun berlalu. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan mantan suaminya lagi di situasi seperti ini.

Malam ketika Jeremy memberinya obat aborsi masih menjadi mimpi buruk bagi Eleanor. Bahkan setelah lima tahun, memori itu masih teringat jelas.

Eleanor ingin segera menjauh dari pria ini. Namun, pergi tanpa alasan hanya akan menimbulkan kecurigaan. Jadi, dia hanya bisa berdiri mematung sambil berdoa agar Jeremy tidak mengenalinya.

"Kemarilah," ucap Jeremy sambil mengisyaratkan agar Eleanor mendekat.

Jantung Eleanor berpacu kian kencang. Di bawah tatapan tajam Jeremy, dia memberanikan diri untuk mendekat. Sebelum pria itu bicara lagi, dia mulai memeriksanya.

Ketika jari-jari lembut dan hangat Eleanor menyentuh kepalanya, Jeremy kembali merasakan sensasi akrab itu. Dia bertanya dengan mata menyipit, "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Gerakan Eleanor terhenti sejenak. "Nggak," sahutnya pendek.

Usai memeriksa Jeremy, Eleanor menjauh dan berkata, "Maaf, Pak Moses. Setelah saya periksa, ternyata penyakit ini nggak bisa saya tangani. Silakan konsultasi pada dokter lainnya." Sambil berusaha mempertahankan ketenangannya, Eleanor langsung melangkah pergi.

"Apa?" gumam Moses terkejut.

Jeremy memperhatikan punggung Eleanor lekat-lekat. Setelah sosoknya menghilang dari pandangan, dia mendadak berdiri.

Jeremy merasa wanita ini sangat mirip seseorang. Tepatnya mirip Eleanor, wanita yang sudah mati itu!

Ketika Jeremy hendak mengejarnya, asistennya buru-buru masuk dan berkata, "Bos, Tuan Daniel hilang!"

Jeremy memicingkan matanya dan menatap Andy dengan tajam. "Apa maksudmu hilang?" tanyanya.

Tubuh Andy gemetar ketakutan. Dia menyahut dengan tergagap, "Barusan saya menemani Tuan Daniel ke toilet. Waktu sedang mencuci tangan, Tuan Daniel tiba-tiba menghilang. Sa ... saya sudah mencari ke mana-mana, ta ... tapi saya nggak bisa menemukannya ...."

Andy gelisah bukan main saat melihat ekspresi dingin Jeremy. Meskipun bukan putra kandungnya, Jeremy yang telah membesarkan anak itu selama bertahun-tahun juga sangat menyayanginya. Sekarang, anak itu hilang dari pengawasannya. Andy merasa hidupnya akan segera berakhir.

Sakit kepala yang hebat menyerang Jeremy. Dia berseru dengan marah, "Tunggu apa lagi? Cari sampai ketemu!"

"Baik, Bos!" sahut Andy.

Moses juga tidak kalah cemas saat mendengar hal ini. Akibatnya akan sangat buruk jika anak Jeremy hilang di area rumah sakit.

"Pak Jeremy, mari saya antar ke ruang monitor CCTV. Kita bisa dapat petunjuk lebih cepat," usul Moses.

Jeremy mengangguk dan menyahut, "Tolong bawa jalan."

"Silakan ikuti saya," ucap Moses.

Eleanor keluar dari ruang konsultasi dengan tubuh bergetar. Kini, dia sedang berdiri di depan cermin toilet. Tangannya mencengkeram wastafel dan kedua matanya terpejam erat.

Meski sudah lima tahun berlalu, melihat wajah Jeremy langsung mengingatkan Eleanor pada semua yang terjadi malam itu. Memikirkan hal ini mendorongnya untuk segera kabur.

Jeremy membenci Eleanor karena Yoana dan anak itu. Dia begitu membencinya hanya karena tuduhan tidak berdasar itu.

Eleanor mengingatkan diri sendiri untuk berhati-hati agar Jeremy tidak menyadari identitasnya. Jika tidak, pria itu pasti tidak akan melepaskannya.

Setelah membasuh wajah dengan air dingin, Eleanor merapikan diri dan keluar dari toilet. Seorang perawat kebetulan berpapasan dengannya dan berkata, "Dokter Astrid, Pak Moses memintaku untuk memeriksa keadaanmu. Apa kamu baik-baik saja?"

"Nggak apa-apa, aku hanya nggak enak badan. Tolong panggil dokter lain untuk memeriksa pasien itu," sahut Eleanor.

Melihat raut wajah Eleanor yang suram, perawat itu pun menyanggupi, "Oke, aku akan sampaikan pada Pak Moses."

Eleanor mengucapkan terima kasih, lalu segera kembali ke kantornya dan berganti pakaian. Dia tidak ingin berlama-lama, melainkan langsung pergi dari situ.

Setelah muncul di depan Jeremy tadi, Eleanor khawatir pria itu merasa curiga. Jika mereka kembali bertemu, takutnya Jeremy akan mengenalinya. Jadi, dia harus segera pergi.

Eleanor mengemasi barang-barangnya dan melangkah ke parkiran bawah tanah. Ketika hendak masuk ke mobil, dia tiba-tiba mendengar suara anak kecil meminta tolong.

Deg! Suara itu sangat mirip dengan suara Harry. Eleanor mengernyit dan bergegas menghampiri asal suara dengan perasaan cemas.
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti Fatimah
it's interesting
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 3

    Deg! Suara itu sangat mirip dengan suara Harry. Eleanor mengernyit dan bergegas menghampiri asal suara dengan perasaan cemas.Benar saja, terlihat dua pria mencurigakan yang sedang berusaha menyelundupkan seorang anak kecil ke dalam mobil.Jantung Eleanor berpacu liar. Tanpa ragu, dia menerjang maju dan mencengkeram kerah salah seorang pria, lalu menendangnya hingga terdorong mundur.Begitu mendengar rekannya menjerit kesakitan, pria lain yang sedang menggendong anak itu langsung bereaksi. Dia menurunkan anak itu dan menyerbu Eleanor sambil berseru marah, "Dari mana datangnya wanita pengganggu ini? Jangan suka ikut campur urusan orang lain!""Gimana kalau aku tetap mau ikut campur?" tanya Eleanor sambil mengernyit."Kalau begitu, kami nggak akan segan-segan padamu!" ucap pria itu. Kemudian, dia mengambil senjata dan mengayunkannya ke arah Eleanor dengan segenap tenaga.Eleanor memiringkan tubuh untuk menghindar sembari memukul pergelangan tangan pria itu dengan kuat. Pria itu kesakitan

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 4

    Harry terbelalak menatap Jeremy. Apa yang terjadi? Mengapa Ayah Jahat ini seperti mengenalinya? Otak Harry yang cerdas mulai bekerja. Dia tiba-tiba teringat pada anak berwajah sama dengannya yang duduk di mobil ibunya.Sebelumnya, Eleanor pernah berkata bahwa Harry memiliki kakak laki-laki. Sayangnya, kakaknya meninggal lebih awal. Hanya anak kembar yang mungkin memiliki rupa yang sama. Artinya, anak kecil itu pasti adalah kakaknya!Namun, mengapa kakaknya itu dikatakan meninggal saat dia jelas-jelas masih hidup? Ayah Jahat ini juga salah mengenali Harry sebagai kakaknya. Dengan kata lain, kakaknya seharusnya tinggal bersama pria itu selama ini.Itu sebabnya Ayah Jahat mengenalinya sebagai sang kakak. Mungkin ibunya juga salah mengenali kakaknya sebagai dirinya. Harry yang pintar segera memahami apa yang terjadi.Melihat bocah kecil ini hanya menatapnya tanpa bicara, Jeremy mulai kehilangan kesabarannya.Pikir Harry, semua orang sudah terlanjur salah paham. Kakaknya juga ikut ibunya, m

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 5

    Jeremy mengernyit bingung. Bocah kecil itu bersikap sangat aneh hari ini."Kamu baru lima tahun, nggak boleh duduk di depan. Duduk di kursi anak sana," jelas Jeremy, berusaha bersabar."Repot amat," gerutu Harry sambil pindah ke kursi belakang.Yoana yang kini duduk di kursi penumpang depan menoleh dan melempar senyum puas padanya. Harry hanya memutar bola matanya sebagai tanggapan.....Menyadari Eleanor yang kebut-kebutan di jalanan, Daniel pun bertanya dengan raut dingin, "Kenapa kita harus kabur?""Karena mereka mengejar kita," sahut Eleanor.Daniel mengatupkan bibirnya. Dia ingin berkata bahwa orang-orang itu mengejar mereka karena Eleanor membawanya.Namun, Daniel ingin memastikan apakah Eleanor benar-benar ibunya. Jadi, dia tidak mengatakan apa-apa.Eleanor tidak tahu apakah yang mengejar mereka adalah orang-orang suruhan Jeremy yang mengenalinya ataukah para penjahat yang tadi menculik Harry. Tidak peduli yang mana, prioritasnya sekarang adalah memastikan keselamatan putranya.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 6

    Pembantu itu menjawab dengan nada menyesal, "Maaf, Tuan Daniel. Kami nggak diizinkan memegang ponsel selama jam kerja.""Kalau laptop ada? Aku mau main laptop," tanya Harry lagi.Pembantu itu mengangguk dan menyahut, "Baik, Tuan Daniel. Silakan tunggu sebentar, saya akan segera ambilkan."Tak lama, pembantu itu kembali dengan sebuah laptop mahal. Harry membawanya ke kamar dan menyalakannya. Jari-jarinya mulai mengetik dengan lancar di keyboard.....Eleanor baru saja selesai makan bersama Daniel ketika ponselnya berdering. Hari ini benar-benar panjang.Panggilan itu dari rumah sakit. Seorang pasien membutuhkan penanganan darurat darinya. Eleanor merasa heran. Pasien itu baik-baik saja saat diperiksa siang tadi. Mengapa kondisinya tiba-tiba kritis?Ketika sedang memikirkan hal ini, wajah muram dan menyeramkan Jeremy tiba-tiba terbayang di benak Eleanor. Jantungnya sontak berdebar.Entah mengapa, Eleanor merasa gelisah. Hanya saja, dia tidak mungkin meninggalkan pasien yang membutuhkanny

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 7

    Mata Jeremy berkilat tajam dan cengkeramannya mengencang. Eleanor hampir menitikkan air mata, merasa dagunya seakan-akan hampir diremukkan.Eleanor menggertakkan gigi dan menelengkan kepalanya. Tangannya terangkat untuk menepis cengkeraman Jeremy. Ketika pria itu kembali mencengkeram dagunya, Eleanor berdecak dan menepisnya lagi.Jeremy beralih mencekik leher Eleanor dan berucap dengan marah, "Lima tahun nggak bertemu, lidahmu masih setajam dulu. Hebat, waktu itu aku benar-benar sudah meremehkanmu. Kamu kuat sekali, bukan? Cobalah lari kali ini."Eleanor terbatuk-batuk dan membalas, "Jeremy, setelah beberapa tahun nggak ketemu, sepertinya kamu jadi nggak waras. Kita sudah bercerai dan nggak punya hubungan apa-apa lagi. Apa lagi yang kamu inginkan dariku?""Apa yang aku inginkan? Eleanor, nyalimu cukup besar! Setelah membunuh anak Yoana, kamu pura-pura mati dan kabur ke luar negeri tanpa merasa bersalah. Apa kamu punya hati nurani?" geram Jeremy dengan mata berapi-api.Kejadian lima tah

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 8

    Eleanor kehilangan kata-kata. Bajingan ini benar-benar keterlaluan!Pada akhirnya, Eleanor dibawa pergi oleh Jeremy.....Harry telah meretas sistem CCTV rumah sakit dan menyaksikan semua yang terjadi. Tangan mungilnya terkepal erat. Berani sekali Ayah Jahat itu menindas ibunya. Tunggu saja pembalasannya!Jeremy membawa Eleanor ke vila. Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita terlalu besar. Dengan kedua tangan terikat, Eleanor sama sekali tidak mampu melawan.Sesampainya di kamar, Jeremy langsung melempar Eleanor tanpa belas kasihan. Untung saja lantai dilapisi karpet tebal, jadi Eleanor tidak begitu kesakitan setelah terjatuh.Jeremy menatap wanita yang masih memasang raut keras kepala itu.Eleanor bertanya padanya, "Apa tujuanmu membawaku ke sini?"Jeremy berjongkok di depan Eleanor dan mencengkeram dagunya dengan satu tangan. Dia menjawab dengan ekspresi dingin, "Kamu sudah membunuh anak Yoana dan menyebabkan satu nyawa hilang. Bukannya menebus kesalahan, kamu hidup bebas di luar.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 9

    Memanfaatkan langit yang gelap, Harry memimpin Eleanor keluar. Keduanya bersembunyi dari pengawal dan menyelinap diam-diam ke garasi.Begitu menemukan mobil, Eleanor segera menggendong Harry masuk. Tanpa buang-buang waktu, dia segera melajukan mobil itu.Sesuai dugaan, terdapat banyak pengawal yang berjaga di luar. Eleanor segera menyalakan lampu jauh.Lampu jauh mengenai wajah para pengawal. Cahayanya yang menyilaukan membuat mereka tidak bisa melihat jelas orang-orang di dalam mobil.Namun, berhubung itu adalah mobil Jeremy, mereka tidak berani menghentikannya. Sebaliknya, mereka membiarkan mobil itu lewat begitu saja.Melihat ibu dan adiknya pergi dengan lancar, Daniel yang baru pulang ke vila pun menyelinap masuk ke kamarnya.Tak lama, listrik di vila kembali berfungsi. Segala sesuatu sepertinya kembali normal.Meski pengawal Jeremy telah mencari ke setiap sudut vila, Eleanor tetap tidak ditemukan. Wanita itu seolah-olah menghilang begitu saja. Dia lagi-lagi kabur!Jeremy berucap d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 10

    "Para penumpang sekalian, pesawat telah mendarat sepenuhnya di Bandara Internasional Ibu Kota. Terima kasih telah terbang bersama kami. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya!"Begitu mendengar pengumuman pramugari, Eleanor membuka mata dan menepikan selimutnya. Kemudian, dia perlahan memandang ke luar jendela. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya dia kembali.Eleanor muncul di terminal kedatangan dengan berbalut mantel cokelat tua, rambut hitam panjang tergerai, dan sepasang sepatu hak tinggi hitam di kakinya.Satu tangan Eleanor menarik koper dan satunya lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia melangkah dengan begitu percaya diri. Aura anggun dan berkelasnya menarik perhatian banyak orang di sekitar.Vivi yang telah lama menunggu pun melepas kacamata hitamnya, lalu menghampiri Eleanor sambil tersenyum manis. Keduanya tersenyum pada satu sama lain, lalu saling memeluk dengan hangat."Eleanor, selamat datang kembali," ucap Vivi."Kangen aku, nggak?" tanya Eleanor."Kangen, dong. Sayang bang

Bab terbaru

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 366

    Tatapan Jeremy menjadi dingin dan muram saat melihat ada empat mobil yang sudah mengepung mereka. Dia mengumpat dengan pelan, orang-orang ini jelas menargetkan Eleanor. Sialan. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan memanggil para pengawalnya.Di belakang, Avery yang sedang mengemudi mobil juga menyadari situasi berbahaya itu. Dia langsung mendiskusikan strategi dengan bawahannya menggunakan perangkat audio nirkabel. Tak lama kemudian, mobil mereka segera melaju ke depan dan menghentikan beberapa mobil itu. Dia juga segera menghubungi Charlie.Tepat pada saat itu, Andy melihat mobil di samping tiba-tiba membanting setir dan menabrak ke arah mereka dengan nekat. Semuanya terjadi hanya dalam dua detik. Dia pun berteriak dengan mata yang membelalak, "Bos, pegang Nona Eleanor baik-baik."Bang!Terdengar suara benturan yang keras dan tubuh mereka berguncang sampai kepala Eleanor langsung terasa pusing. Kelihatan jelas, mobil Jeremy dan Eleanor ditabrak ke samping dengan keras. Untungnya, sab

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 365

    "Apa yang ingin kamu katakan? Minta maaf? Aku nggak ingin mendengarnya." Eleanor menepis tangan Jeremy."Cuma beberapa menit," kata Jeremy dengan keras kepala, lalu menarik Eleanor masuk ke mobil dengan paksa.Di depan, Andy segera menyalakan mesin mobil. Para pengawal Keluarga Adrian pun mundur.Melihat Eleanor dibawa pergi, Avery langsung masuk ke mobil. "Kejar!"Angin malam musim gugur terasa lebih dingin dari biasanya. Di dalam mobil, tatapan Eleanor membeku seperti es. Sebuah sekat perlahan naik, memisahkan kursi depan dan belakang."Kamu benar-benar harus pergi?" Suara rendah terdengar di dalam kabin yang sunyi.Tanpa menoleh, Eleanor menjawab dengan suara dingin, "Ya. Kamu juga sudah janji akan membiarkan aku dan anak-anak pergi, tanpa mengganggu kami lagi."Jari-jari Jeremy memutih karena cengkeramannya terlalu kuat. Dia tak kuasa tertawa. Dia telah melukai wanita ini begitu dalam.Wajar jika Eleanor ingin pergi. Dia seharusnya bisa menerima jika Eleanor ingin membawa anak-anak

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 364

    Untungnya, video ini selalu tersimpan di album rahasia di ponselnya. Tak disangka, lima tahun kemudian akhirnya berguna.Sergio mengepalkan tangannya erat-erat. Sebelum melihat video ini, dia sama sekali tidak percaya pada Yoana.Begitu banyak hal telah terjadi, wajar jika kebencian Yoana pada Eleanor sudah mencapai puncaknya. Dia mengira Yoana hanya ingin memanfaatkannya untuk menyingkirkan Eleanor, jadi dia berasumsi bahwa semua ini hanyalah kebohongan yang dibuat-buat.Sampai akhirnya dia melihat video itu. Wanita dalam video itu adalah Eleanor, ini bukan sesuatu yang bisa dipalsukan.Semua ini sudah berlalu bertahun-tahun, Yoana tidak mungkin bersusah payah membuat video palsu dan menyimpannya selama lima tahun.Saat ini, amarah di dadanya membuncah. Yoana melihat kebencian yang melintas di mata Sergio. Dia cukup memahami pria ini.Dulu, Sergio benar-benar menginginkan anak itu. Dia maju selangkah, mencengkeram kerah Sergio erat-erat. "Sergio, Jeremy nggak akan melepaskanku. Begitu

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 363

    Sumpah sekejam ini .... Sergio menyipitkan matanya, lalu melonggarkan cengkeraman di leher Yoana sedikit."Bicara."Yoana menggertakkan giginya dengan kuat. "Dulu aku memang menyewa beberapa preman untuk menyingkirkan anak itu dan menjebak Eleanor. Tapi sebelum sempat membayar, seseorang telah menggantikanku. Kamu tahu apa artinya ini?"Sergio mengerutkan keningnya.Yoana melanjutkan, "Itu berarti selain aku, ada orang lain juga yang menemui mereka. Mereka mengira aku dan orang itu adalah orang yang sama.""Orang lain?""Ya. Setelah kejadian itu, kamu pikir Jeremy nggak menyelidikinya? Dia menyelidikinya. Hasilnya di luar dugaannya, bahkan di luar dugaanku! Akun yang mentransfer uang kepada mereka ... adalah milik Eleanor!"Alis Sergio semakin berkerut, jelas karena tidak sepenuhnya percaya. "Kamu cuma ingin aku menyingkirkan Eleanor, jadi sengaja mengatakan ini, 'kan?""Hahaha ... hahaha!" Yoana tertawa terbahak-bahak. "Kamu nggak percaya? Aku juga nggak percaya saat pertama kali tahu

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 362

    "Dia menyewa orang untuk membunuh anak kita! Anakku baru berusia 8 bulan, tetapi dia mati karena Eleanor menyuruh seseorang menabraknya dengan mobil! Kamu lupa? Apa kamu benar-benar lupa?" teriak Yoana sekuat tenaga, suaranya penuh dengan keputusasaan."Diam! Suruh dia diam!" Simon terbatuk keras beberapa kali, lalu berteriak dengan nada tegas dan marah.Aib keluarga tidak boleh tersebar! Bagaimana bisa Yoana bersikap seperti ini di depan umum? Dengan keadaan seperti ini, Yoana tidak pantas menyandang gelar Nyonya Keluarga Adrian!Alicia buru-buru menutup mulut Yoana, tetapi Yoana meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Meskipun dua orang menahannya, mereka tetap tidak bisa menghentikannya.Air mata mengalir di seluruh wajahnya, membuatnya tampak seperti orang gila. Tak ada lagi jejak keanggunan dan martabat putri keluarga besar dalam dirinya.Eleanor menatap Yoana dengan dingin. Dia memang seharusnya gila. Dia memang seharusnya menderita. Itu adalah harga yang harus Yoana bayar untuk anak

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 361

    Jeremy menggenggam erat laporan tes DNA itu, matanya tampak dalam dan penuh emosi. Tatapannya tertuju pada hasil tes di atas kertas ....Hubungan biologis dikonfirmasi!Melihat hasilnya, napasnya terhenti sejenak .... Anak-anak .... Mereka adalah darah dagingnya!Daniel dan Harry adalah putranya. Mereka adalah anak kandungnya bersama Eleanor.Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Tidak ada yang tahu betapa terguncangnya Jeremy saat membaca kata-kata itu.Selama ini, dia selalu mengira anak-anak itu adalah milik orang lain, tetapi kenyataannya mereka adalah anak kandungnya sendiri.Selama lima tahun, masalah ini terus menghantuinya. Kini ....Jeremy tersenyum pahit. Saat kebenaran akhirnya terungkap, dia merasakan campuran antara kegembiraan dan penyesalan yang luar biasa. Betapa bodohnya dia ....Emosi yang tak terhitung jumlahnya membanjiri hati, menyelimutinya secara habis-habisan. Pada akhirnya, hanya ada satu kalimat yang terngiang di benaknya, Jeremy, kamu memang bodoh!Dia menga

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 360

    "Dokumen apa ini?"Andy terdiam sejenak, lalu menyahut dengan agak gugup, "Sepertinya ... sepertinya itu adalah laporan tes DNA."Tangan Jeremy yang memegang amplop itu sontak membeku. Dadanya bak dihantam sesuatu, membuat hatinya bergetar.Di bawah tatapannya, Eleanor tetap berdiri tenang di tempatnya. Wajahnya yang begitu cantik menampilkan ekspresi paling dingin. Bahkan saat mendengar kata tes DNA, matanya tak berkedip sedikit pun. Jelas, dia sudah mengetahuinya.Jeremy mengerutkan alisnya semakin dalam. Eleanor tetap tenang, tetapi orang-orang di sekitar tidak, terutama Yoana.Ekspresi Yoana sungguh tak terkendali, seolah-olah tenggelam dalam ketakutan yang luar biasa. Tes DNA? Siapa yang melakukan tes DNA? Siapa yang mengirimkan hasilnya?Yoana dan Alicia membelalakkan mata. Saat berikutnya, Yoana tiba-tiba menatap Eleanor.Eleanor mengangkat alisnya yang indah, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis.Eleanor! Pasti Eleanor! Eleanor diam-diam melakukan tes DNA dan seng

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 359

    Jeremy sama sekali tidak melirik Alicia. Suaranya sedingin es yang diselimuti embun beku, "Bukankah lelucon ini memang untuk diperlihatkan kepada orang lain?""Ini ...." Alicia terdiam, tidak bisa berkata-kata. Dia lantas menoleh ke arah Simon dengan tatapan meminta bantuan.Simon mengernyit. Suaranya lebih rendah dari biasa. "Jeremy, apa yang kamu lakukan? Kalau ada masalah, bicarakan setelah pesta pertunangan selesai.""Aku bukan datang untuk menghadiri pesta pertunangan." Sambil berkata, Jeremy mengarahkan pandangannya ke Eleanor. "Aku datang untuk menghadiri pesta ulang tahunnya."Suasana sontak menjadi heboh. Ucapan Jeremy seperti setetes air yang jatuh ke minyak panas.Wajah Yoana seketika menjadi sangat masam."Jeremy!" bentak Simon.Akhirnya, Jeremy menoleh ke arah Simon yang berada di bawah panggung, lalu berkata dengan datar, "Kakekku sudah mulai pikun. Pengawal, antar dia kembali untuk istirahat.""Minggir!" Simon sangat marah hingga urat di dahinya menonjol. "Jeremy, apa ka

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 358

    Saat ini, Yoana sudah penuh dengan amarah. Mengapa semua orang membantu Eleanor? Apa yang istimewa dari Eleanor ini? Jika bukan karena dia berusaha keras untuk menahan amarahnya, dia mungkin sudah menggila. "Kakek Simon ...."Melihat ekspresi Yoana yang sangat sedih, Simon teringat dengan cucunya yang belum lahir itu. Merasa kasihan karena Yoana harus menanggung semua ini, tatapannya menjadi lebih lembut. Saat kembali menatap Eleanor, dia mendengus dan memutuskan untuk tidak berbelas kasihan pada Eleanor lagi. "Pengawal, cepat usir dia keluar. Dia nggak berhak untuk mengacaukan pesta ini.""Berhenti!" terdengar suara yang dingin dan tajam dari arah pintu.Suasana di aula pesta itu langsung menjadi hening dan semua orang menoleh untuk melihat ke arah datangnya suara itu. Mereka melihat seorang pria perlahan-lahan masuk dari luar. Tubuhnya yang tinggi dan auranya yang berwibawa pun perlahan-lahan terlihat jelas.Pria itu mengenakan jas hitam yang rapi dan terawat. Wajahnya tampan, hidung

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status