Share

Bab 3

Penulis: Arizah Karimah
Deg! Suara itu sangat mirip dengan suara Harry. Eleanor mengernyit dan bergegas menghampiri asal suara dengan perasaan cemas.

Benar saja, terlihat dua pria mencurigakan yang sedang berusaha menyelundupkan seorang anak kecil ke dalam mobil.

Jantung Eleanor berpacu liar. Tanpa ragu, dia menerjang maju dan mencengkeram kerah salah seorang pria, lalu menendangnya hingga terdorong mundur.

Begitu mendengar rekannya menjerit kesakitan, pria lain yang sedang menggendong anak itu langsung bereaksi. Dia menurunkan anak itu dan menyerbu Eleanor sambil berseru marah, "Dari mana datangnya wanita pengganggu ini? Jangan suka ikut campur urusan orang lain!"

"Gimana kalau aku tetap mau ikut campur?" tanya Eleanor sambil mengernyit.

"Kalau begitu, kami nggak akan segan-segan padamu!" ucap pria itu. Kemudian, dia mengambil senjata dan mengayunkannya ke arah Eleanor dengan segenap tenaga.

Eleanor memiringkan tubuh untuk menghindar sembari memukul pergelangan tangan pria itu dengan kuat. Pria itu kesakitan dan menjatuhkan tongkatnya. Sebelum pria itu sempat bereaksi, Eleanor kembali menendangnya hingga menghantam dinding.

Kedua penjahat itu sadar bahwa mereka bukan tandingan Eleanor. Salah satu pria itu ingin melawan lagi, tetapi rekannya menghentikannya dan berucap, "Orang yang menyewa kita melarang kita membuat keributan. Ayo jalan, situasinya nggak menguntungkan."

Eleanor hanya mengawasi mereka pergi tanpa mengejar. Dia lantas berbalik untuk memeriksa keadaan anak itu.

"Kamu baik-baik saja ...." Eleanor tidak menyelesaikan kata-katanya. Dia langsung tertegun begitu melihat jelas wajah bocah kecil di depannya.

"Harry? Bukannya Mama sudah minta Paman Charlie mengantarmu pulang? Kenapa kamu malah datang ke rumah sakit?" tanya Eleanor.

Eleanor mengamati pakaian yang dikenakan bocah kecil itu. Tubuhnya dibalut jas kecil dan topi bisbol yang keren. Harry tidak memakai pakaian ini pagi tadi. Kapan dia berganti pakaian? Mengapa dia bisa ditangkap oleh dua pria tadi?

"Harry, kasih tahu Mama apa yang terjadi," pinta Eleanor.

Bocah kecil berjas itu menatap Eleanor dengan matanya yang besar dan wajah tanpa ekspresi. Harry? Apakah wanita ini sedang memanggilnya? Namun, namanya bukan Harry, melainkan Daniel Adrian.

Eleanor terheran-heran melihat bocah kecil di depannya yang hanya diam. Mengira anak itu masih syok atas kejadian tadi, dia pun memeluknya dan berucap dengan lembut, "Oke, oke. Mama nggak tanya lagi. Ada yang aneh dengan kejadian ini. Mama antar kamu pulang dulu, ya."

Tadi, kedua penculik itu menyebut tentang orang yang menyewa mereka. Siapa yang berniat menculik anaknya? Eleanor tidak memiliki musuh di sini. Hal seperti ini juga belum pernah terjadi sebelumnya.

Daniel mengerjap bingung. Mama? Ketika Eleanor mengeluarkan ponsel untuk melihat jam, Daniel melihat foto mereka berdua di layar ponsel itu.

Daniel tertegun sejenak. Dia yakin matanya tidak salah lihat. Namun, dia benar-benar tidak mengenal wanita ini. Foto anak laki-laki di ponsel itu bukan dirinya, tetapi wajah mereka persis sama. Satu-satunya penjelasan adalah mereka memiliki ibu yang sama.

Jadi, apa wanita yang menyebut dirinya sebagai "mama" ini juga ibunya? Bukankah semua orang berkata bahwa ibunya sudah meninggal?

Sebelum Daniel sempat menolak, wanita itu sudah menggendongnya menuju arah lain. Mata bocah kecil itu berkilat bingung.

Pada saat yang sama, di ruang monitor CCTV. Jeremy akhirnya menemukan sosok Daniel dari kamera di parkiran bawah tanah. Bocah itu sedang digendong seorang wanita. Wajah wanita itu tidak terlihat jelas karena memunggungi kamera.

Raut wajah Jeremy perlahan-lahan berubah suram. Dia mengamati sosok wanita di layar itu dan entah mengapa, dia merasakan sensasi familier itu lagi.

Jeremy mengernyit. Tidak peduli apakah mereka pernah bertemu atau tidak, wanita ini sudah cari mati dengan membawa putranya pergi!

Moses yang mengenali Eleanor dalam sekilas pandangan sudah berkeringat dingin. Apa yang wanita itu lakukan? Bukan hanya menolak merawat Jeremy, dia juga menculik putra pria itu.

"Utus orang untuk mengejarnya," kata Jeremy dengan dingin.

"Siap!" sahut Andy.

Jeremy bergegas keluar dari ruang monitor CCTV.

Saat ini, Eleanor sudah berkendara keluar dari parkiran bawah tanah bersama Daniel. Namun, tak lama dia merasa panik saat menyadari sekelompok orang mengejar mereka. Mereka dibuntuti!

"Harry, pegangan yang erat," pesan Eleanor. Begitu melihat lampu lalu lintas berubah hijau, dia langsung menginjak gas.

Belasan meter jauhnya dari mobil Eleanor, sebuah mobil jib hitam perlahan berhenti. Seorang bocah kecil turun, lalu kaca jendela pengemudi diturunkan.

Seorang pria berkemeja hitam menyandarkan lengannya dengan santai di jendela mobil. Matanya yang sipit berkilat jahil saat dia berkata, "Nak, mamamu nggak bisa diandalkan. Gimana kalau mulai sekarang kamu ikut aku?"

Harry Haningrat memasukkan jaketnya dengan asal ke dalam ransel. Dia mendengus dan membalas, "Boleh, aku akan ikut denganmu kalau kamu panggil aku bos."

Pria itu mengangkat alisnya dan tertawa kecil. Dia berucap, "Bocah ingusan sepertimu ingin jadi bosku? Awas, nanti aku kasih tahu mamamu kalau orang tuamu dipanggil ke sekolah lagi hari ini."

"Awas saja, nanti aku kasih tahu Mama kalau kamu membawaku ke bar semalam," balas Harry.

Pria itu tertegun. Detik berikutnya, keduanya berjabat tangan sepakat.

"Kalau rahasia kita terungkap, kita bisa dibunuh mamamu. Jadi ...," ucap pria itu lagi.

Harry langsung menimpali, "Jangan sampai Mama tahu."

"Anak pintar. Inilah alasannya aku menyukaimu, Nak," puji pria itu.

"Aku pergi dulu," ujar Harry.

Charlie Wongso mengulum senyum dan membalas dengan nada santainya yang biasa, "Pergilah."

Harry berlari menuju rumah sakit dengan memanggul ranselnya. Dari sudut matanya, dia melihat mobil Eleanor yang berhenti di pinggir jalan.

Harry hendak memanggil ibunya, tetapi dia tertegun ketika menyadari ada seorang bocah laki-laki di kursi belakang yang biasa didudukinya. Masalahnya, anak itu memiliki wajah yang persis sama dengannya.

Harry mematung di tempatnya. Ketika lamunannya terputus, ibunya sudah melajukan mobilnya, pergi bersama anak laki-laki itu.

Tiba-tiba, tubuh Harry melayang di udara. Kerah bajunya diangkat seseorang dengan kuat.

Bocah itu menendang-nendang kaki mungilnya dan berseru marah, "Siapa yang berani menarik kerahku?"

"Aku, ayahmu!" jawab pria di belakangnya.

"Siapa kamu? Berani sekali mengaku-ngaku sebagai ayahku? Sembarangan bicara!" ucap Harry, masih sambil menendang-nendang kakinya. Begitu menoleh, dia melihat wajah dingin dan muram seorang pria dewasa.

"Baru keluar sebentar, kamu sudah membuat ulah," kata Jeremy sambil menatap bocah kecil itu dengan tajam.

Harry mengamati wajah galak Jeremy dan langsung yakin bahwa pria itu adalah orang jahat. Dia tiba-tiba mengepalkan tangan dan meninju hidung Jeremy.

Jeremy yang tidak memprediksi hal ini dipukul mentah-mentah. Darah hangat seketika mengalir dari hidungnya.

"Bos!" seru Andy yang mengikuti dari belakang. Dia benar-benar terkejut melihat kejadian ini.

Jeremy melepaskan cengkeramannya pada kerah Harry dan membiarkannya turun. Bocah itu bergegas kabur sambil berteriak, "Ada orang jahat, tolong panggil polisi! Semuanya, tolong aku!"

Tangan Jeremy yang memegangi hidungnya sudah berlumuran darah. Ada apa dengan bocah kecil itu?

"Bos nggak apa-apa?" tanya Andy.

"Aku baik-baik saja. Cepat susul dia," perintah Jeremy.

"Baik, Bos!" sahut Andy.

Andy segera menyusul Harry dan menggendongnya. Namun, tangan Harry bergerak cepat dan memberikan dua jotosan di wajah Andy.

"Tuan Daniel ... aduh! Tuan Daniel, jangan berulah lagi. Dia papamu!" ucap Andy.

Papa? Harry sontak tertegun. Kata itu terdengar sangat asing di telinganya.

Pria yang tadi mengangkatnya itu menyeka darah di hidungnya dengan saputangan. Dia menatap Harry dengan muram dan berkata, "Baru keluar sebentar, kamu sudah nggak mengenaliku?"

Harry balas menatap Jeremy dengan alis berkerut. Detik berikutnya, dia tiba-tiba sadar bahwa dirinya mengenali pria itu. Harry pernah melihat Jeremy di berita sebelumnya. Waktu itu, sepertinya pria itu mengumumkan rencana pertunangannya bersama seorang wanita.

Saat itu, Eleanor juga menonton berita itu dengan sorot sedih di matanya. Harry mengamati pria yang membuat ibunya sedih itu dengan penasaran. Ternyata pria ini adalah mantan suami ibunya, ayah yang belum pernah ditemuinya sebelumnya!

Untuk tahu lebih banyak tentang ayahnya ini, Harry pernah secara khusus bertanya pada Charlie. Alhasil, dia diberi tahu betapa buruknya perlakuan pria bajingan ini pada ibunya dahulu.

"Daniel, kamu bisu?" tanya Jeremy dengan suara berat. Meski begitu, dia tidak menyalahkan bocah itu atas pukulannya tadi.

Daniel? Apa pria itu sedang bicara padanya?

Bab terkait

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 4

    Harry terbelalak menatap Jeremy. Apa yang terjadi? Mengapa Ayah Jahat ini seperti mengenalinya? Otak Harry yang cerdas mulai bekerja. Dia tiba-tiba teringat pada anak berwajah sama dengannya yang duduk di mobil ibunya.Sebelumnya, Eleanor pernah berkata bahwa Harry memiliki kakak laki-laki. Sayangnya, kakaknya meninggal lebih awal. Hanya anak kembar yang mungkin memiliki rupa yang sama. Artinya, anak kecil itu pasti adalah kakaknya!Namun, mengapa kakaknya itu dikatakan meninggal saat dia jelas-jelas masih hidup? Ayah Jahat ini juga salah mengenali Harry sebagai kakaknya. Dengan kata lain, kakaknya seharusnya tinggal bersama pria itu selama ini.Itu sebabnya Ayah Jahat mengenalinya sebagai sang kakak. Mungkin ibunya juga salah mengenali kakaknya sebagai dirinya. Harry yang pintar segera memahami apa yang terjadi.Melihat bocah kecil ini hanya menatapnya tanpa bicara, Jeremy mulai kehilangan kesabarannya.Pikir Harry, semua orang sudah terlanjur salah paham. Kakaknya juga ikut ibunya, m

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 5

    Jeremy mengernyit bingung. Bocah kecil itu bersikap sangat aneh hari ini."Kamu baru lima tahun, nggak boleh duduk di depan. Duduk di kursi anak sana," jelas Jeremy, berusaha bersabar."Repot amat," gerutu Harry sambil pindah ke kursi belakang.Yoana yang kini duduk di kursi penumpang depan menoleh dan melempar senyum puas padanya. Harry hanya memutar bola matanya sebagai tanggapan.....Menyadari Eleanor yang kebut-kebutan di jalanan, Daniel pun bertanya dengan raut dingin, "Kenapa kita harus kabur?""Karena mereka mengejar kita," sahut Eleanor.Daniel mengatupkan bibirnya. Dia ingin berkata bahwa orang-orang itu mengejar mereka karena Eleanor membawanya.Namun, Daniel ingin memastikan apakah Eleanor benar-benar ibunya. Jadi, dia tidak mengatakan apa-apa.Eleanor tidak tahu apakah yang mengejar mereka adalah orang-orang suruhan Jeremy yang mengenalinya ataukah para penjahat yang tadi menculik Harry. Tidak peduli yang mana, prioritasnya sekarang adalah memastikan keselamatan putranya.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 6

    Pembantu itu menjawab dengan nada menyesal, "Maaf, Tuan Daniel. Kami nggak diizinkan memegang ponsel selama jam kerja.""Kalau laptop ada? Aku mau main laptop," tanya Harry lagi.Pembantu itu mengangguk dan menyahut, "Baik, Tuan Daniel. Silakan tunggu sebentar, saya akan segera ambilkan."Tak lama, pembantu itu kembali dengan sebuah laptop mahal. Harry membawanya ke kamar dan menyalakannya. Jari-jarinya mulai mengetik dengan lancar di keyboard.....Eleanor baru saja selesai makan bersama Daniel ketika ponselnya berdering. Hari ini benar-benar panjang.Panggilan itu dari rumah sakit. Seorang pasien membutuhkan penanganan darurat darinya. Eleanor merasa heran. Pasien itu baik-baik saja saat diperiksa siang tadi. Mengapa kondisinya tiba-tiba kritis?Ketika sedang memikirkan hal ini, wajah muram dan menyeramkan Jeremy tiba-tiba terbayang di benak Eleanor. Jantungnya sontak berdebar.Entah mengapa, Eleanor merasa gelisah. Hanya saja, dia tidak mungkin meninggalkan pasien yang membutuhkanny

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 7

    Mata Jeremy berkilat tajam dan cengkeramannya mengencang. Eleanor hampir menitikkan air mata, merasa dagunya seakan-akan hampir diremukkan.Eleanor menggertakkan gigi dan menelengkan kepalanya. Tangannya terangkat untuk menepis cengkeraman Jeremy. Ketika pria itu kembali mencengkeram dagunya, Eleanor berdecak dan menepisnya lagi.Jeremy beralih mencekik leher Eleanor dan berucap dengan marah, "Lima tahun nggak bertemu, lidahmu masih setajam dulu. Hebat, waktu itu aku benar-benar sudah meremehkanmu. Kamu kuat sekali, bukan? Cobalah lari kali ini."Eleanor terbatuk-batuk dan membalas, "Jeremy, setelah beberapa tahun nggak ketemu, sepertinya kamu jadi nggak waras. Kita sudah bercerai dan nggak punya hubungan apa-apa lagi. Apa lagi yang kamu inginkan dariku?""Apa yang aku inginkan? Eleanor, nyalimu cukup besar! Setelah membunuh anak Yoana, kamu pura-pura mati dan kabur ke luar negeri tanpa merasa bersalah. Apa kamu punya hati nurani?" geram Jeremy dengan mata berapi-api.Kejadian lima tah

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 8

    Eleanor kehilangan kata-kata. Bajingan ini benar-benar keterlaluan!Pada akhirnya, Eleanor dibawa pergi oleh Jeremy.....Harry telah meretas sistem CCTV rumah sakit dan menyaksikan semua yang terjadi. Tangan mungilnya terkepal erat. Berani sekali Ayah Jahat itu menindas ibunya. Tunggu saja pembalasannya!Jeremy membawa Eleanor ke vila. Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita terlalu besar. Dengan kedua tangan terikat, Eleanor sama sekali tidak mampu melawan.Sesampainya di kamar, Jeremy langsung melempar Eleanor tanpa belas kasihan. Untung saja lantai dilapisi karpet tebal, jadi Eleanor tidak begitu kesakitan setelah terjatuh.Jeremy menatap wanita yang masih memasang raut keras kepala itu.Eleanor bertanya padanya, "Apa tujuanmu membawaku ke sini?"Jeremy berjongkok di depan Eleanor dan mencengkeram dagunya dengan satu tangan. Dia menjawab dengan ekspresi dingin, "Kamu sudah membunuh anak Yoana dan menyebabkan satu nyawa hilang. Bukannya menebus kesalahan, kamu hidup bebas di luar.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 9

    Memanfaatkan langit yang gelap, Harry memimpin Eleanor keluar. Keduanya bersembunyi dari pengawal dan menyelinap diam-diam ke garasi.Begitu menemukan mobil, Eleanor segera menggendong Harry masuk. Tanpa buang-buang waktu, dia segera melajukan mobil itu.Sesuai dugaan, terdapat banyak pengawal yang berjaga di luar. Eleanor segera menyalakan lampu jauh.Lampu jauh mengenai wajah para pengawal. Cahayanya yang menyilaukan membuat mereka tidak bisa melihat jelas orang-orang di dalam mobil.Namun, berhubung itu adalah mobil Jeremy, mereka tidak berani menghentikannya. Sebaliknya, mereka membiarkan mobil itu lewat begitu saja.Melihat ibu dan adiknya pergi dengan lancar, Daniel yang baru pulang ke vila pun menyelinap masuk ke kamarnya.Tak lama, listrik di vila kembali berfungsi. Segala sesuatu sepertinya kembali normal.Meski pengawal Jeremy telah mencari ke setiap sudut vila, Eleanor tetap tidak ditemukan. Wanita itu seolah-olah menghilang begitu saja. Dia lagi-lagi kabur!Jeremy berucap d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 10

    "Para penumpang sekalian, pesawat telah mendarat sepenuhnya di Bandara Internasional Ibu Kota. Terima kasih telah terbang bersama kami. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya!"Begitu mendengar pengumuman pramugari, Eleanor membuka mata dan menepikan selimutnya. Kemudian, dia perlahan memandang ke luar jendela. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya dia kembali.Eleanor muncul di terminal kedatangan dengan berbalut mantel cokelat tua, rambut hitam panjang tergerai, dan sepasang sepatu hak tinggi hitam di kakinya.Satu tangan Eleanor menarik koper dan satunya lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia melangkah dengan begitu percaya diri. Aura anggun dan berkelasnya menarik perhatian banyak orang di sekitar.Vivi yang telah lama menunggu pun melepas kacamata hitamnya, lalu menghampiri Eleanor sambil tersenyum manis. Keduanya tersenyum pada satu sama lain, lalu saling memeluk dengan hangat."Eleanor, selamat datang kembali," ucap Vivi."Kangen aku, nggak?" tanya Eleanor."Kangen, dong. Sayang bang

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 11

    Tak lama kemudian, mobil Eleanor tiba di depan Kediaman Adrian. Dia segera turun dan menarik napas dalam-dalam. Biarpun tahu apa yang akan dihadapinya, dia tetap melangkah masuk.Pembantu yang membuka pintu tertegun kaget dan bergumam, "Nyo ... Nyonya?"Pembantu ini adalah pegawai lama Keluarga Adrian. Dia sudah bekerja saat Eleanor masih menjadi Nyonya Adrian. Jadi, dia tentu mengenal wanita itu."Nyo ... Nyonya masih hidup?" tanya pembantu itu. Mengapa Eleanor bisa hidup kembali?Eleanor berucap dengan nada dingin, "Aku dan Jeremy sudah bercerai, jadi kamu nggak perlu memanggilku nyonya lagi. Mana Jeremy?""Tuan baru saja pulang. Sekarang Tuan sedang di ruang kerja," sahut si pembantu.Eleanor langsung melangkah masuk, membuat pembantu itu terkejut."Nyo ... Nona EleanorĀ  ...." Pembantu itu hendak mengatakan sesuatu, tetapi ketika merasakan aura mengintimidasi Eleanor, dia terpaksa menelan kembali kata-katanya.Eleanor sangat familier dengan setiap sudut rumah ini. Dia menaiki tangga

Bab terbaru

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 253

    Eleanor cukup mengenal merek pakaian ini. Pakaian dari merek ini sangat mahal, apalagi yang dia kenakan adalah koleksi terbaru musim ini. Harganya pasti lebih mahal. Kartu yang diberikan Eleanor berisi 600 juta, mungkin tidak cukup untuk membayar pakaian itu, tapi saat ini itulah uang yang dia miliki."Ini ...." Andy merasa canggung. Keringat dingin membasahi dahinya.Wajah Jeremy langsung menggelap dan menatap Eleanor dengan dingin. "Aku yang membayarnya."Eleanor terdiam.Andy buru-buru menyelipkan kembali kartu itu ke tangan Jeremy dan mundur ke samping, lalu mencoba menjelaskan, "Bu Eleanor, pakaian ini juga dipilih langsung sama Bos."Eleanor tertegun sejenak. Tatapan Jeremy tidak berpaling dari wajahnya, seolah menunggu sesuatu darinya. Eleanor mengerutkan bibir, lalu berkata dengan sedikit kaku, "Terima kasih."Namun, tatapan Jeremy tetap dingin, menunjukkan bahwa dia belum puas dengan ucapan itu.Andy yang berdiri di belakang terus memberikan kode dengan pandangan matanya yang

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 252

    Kalau Jeremy benar-benar ingin Eleanor meminta maaf, sebaiknya dia lupakan saja. Eleanor tidak akan pernah meminta maaf pada Yoana."Nggak, Bu Eleanor nggak usah minta maaf sama aku." Yoana yang sudah lama mendengarkan dari balik pintu, akhirnya menemukan kesempatan untuk masuk dan menyela percakapan.Dengan langkah yang sedikit goyah, Yoana berjalan masuk dan berdiri di depan mereka berdua. Matanya penuh air mata saat berkata, "Ini bukan salah Bu Eleanor. Ini salahku. Aku mabuk waktu itu, emosiku nggak stabil, itulah yang menyebabkan semua ini terjadi. Ini bukan salah Bu Eleanor."Eleanor tersenyum samar, menatap Yoana. Dia benar-benar pintar.Baru saja Eleanor mengatakan bahwa dia sengaja menyenggol Yoana di tepi kolam renang, Yoana langsung menyalahkan semua tindakannya pada emosi yang tak terkendali akibat mabuk. Dengan alasan seperti itu, siapa yang bisa berkata apa-apa lagi?"Jeremy, jangan salahkan Bu Eleanor."Yoana sengaja mengatakan tidak akan menyalahkan Eleanor, seolah-olah

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 251

    "Malam ini kamu tinggal di sini. Besok aku akan bawa kamu untuk pemeriksaan." Suara Jeremy terdengar tegas dan tidak memberikan kesempatan bagi Eleanor untuk menolak.Eleanor menghela napas, "Kenapa kamu bersikeras aku melakukan pemeriksaan?""Tentu saja aku punya alasan sendiri. Aku cuma memintamu untuk menjalani pemeriksaan, bukan menyuruhmu mati. Apa kamu perlu setegang ini? Atau ada sesuatu yang kamu sembunyikan tentang tubuhmu?"Mata Eleanor bergetar sejenak.Tatapan Jeremy terus tertuju padanya. Sepasang matanya yang kelam menyiratkan kedalaman yang sulit dijangkau. Sorot matanya begitu tajam, membuat Eleanor merasa sulit untuk menghadapi tekanan itu.Eleanor berpura-pura tersenyum santai, "Rahasia apa yang harus aku sembunyikan? Aku cuma nggak suka sama caramu yang selalu memaksakan kehendak.""Ini demi kebaikanmu.""Alasan yang terlalu dibuat-buat." Eleanor mendengus dingin.Dia tahu, alasan itu hanya kedok. Sesungguhnya, Jeremy tidak bisa menolerir ada orang yang berani menyem

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 250

    "Aku akan menyelidiki kejadian hari ini. Kalau benar dia sengaja ingin mencelakaimu, aku akan memaksanya untuk minta maaf padamu."Setelah mendengar ucapan Jeremy, bulu mata Yoana yang lentik bergetar untuk sesaat. Dia menunjukkan senyuman yang penuh kesedihan. "Remy, kamu nggak percaya padaku?"Jeremy menurunkan pandangannya dan menatap Yoana dalam-dalam. Kemudian, dia menjulurkan tangan untuk mendorong Yoana. "Ini lebih adil untuk kalian berdua."Adil? Yoana tak kuasa terkekeh-kekeh dalam hati. Mungkin Jeremy sendiri tidak menyadari bahwa dirinya lebih berpihak pada Eleanor.Tiba-tiba, Yoana melihat seseorang yang berjalan mendekati pintu. Dia memutar bola matanya. Sebuah rencana jahat terlintas di benaknya.Yoana menggigit bibirnya, lalu berdiri sambil menahan rasa sakit pada tubuhnya. Kemudian, dia sengaja menjatuhkan diri ke tubuh Jeremy dan memeluk pinggang Jeremy dengan kedua tangan.Jeremy memperlihatkan ketidaknyamanan di matanya. Dia menarik tangan Yoana turun. Namun, karena

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 249

    Seketika, tangan dan kaki Eleanor terasa dingin. Siapa yang menjawab panggilan ini? Apa mungkin Jeremy?Eleanor lagi-lagi merasa gelisah. Dia segera menelepon Daniel. Setelah waktu yang cukup lama, Daniel akhirnya menerima panggilan. Dia seperti ragu untuk menjawab telepon."Daniel!""Mama!" Setelah mendengar suara Eleanor, Daniel baru berani bersuara, "Tadi aku telepon Mama, tapi Papa yang jawab."Seketika, hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh Eleanor. Dia menahan kegelisahannya sambil bertanya, "Apa yang dia bilang?""Dia nggak bilang apa-apa."Eleanor merasa situasi ini sangat gawat. Pada dasarnya, Jeremy memang mencurigainya. Takutnya, sekarang Jeremy sudah tahu semuanya.Eleanor mengangkat tangan untuk memijat keningnya, lalu berucap, "Ya sudah, Mama sudah tahu. Kamu tidur saja.""Mama ... maaf .... Apa aku membuat Mama repot?" tanya Daniel dengan takut."Nggak kok. Ini bukan salahmu. Mama akan mengatasi semuanya. Kamu tidur saja." Setelah menghibur Daniel, Eleanor pun mengakhiri

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 248

    "Heh." Jeremy terkekeh-kekeh sinis. "Kalau sudah punya tenaga, bangunlah."Usai berbicara, Jeremy bangkit dan pergi ke kamar mandi. Eleanor menahan amarah dalam hatinya dan bangkit. Dia mengambil celana di pinggir ranjang, lalu memakainya dan hendak membuka pintu."Mau ke mana?" tanya Jeremy dengan nada dingin untuk menghentikan Eleanor.Namun, Eleanor tetap membuka pintu dan keluar. Sebelum sempat melangkah lebih jauh, dia malah ditahan oleh pengawal.Jeremy sudah mengenakan setelannya. Dia duduk di sofa kulit sambil menatap Eleanor dengan tenang.Tangan Eleanor yang diletakkan di kedua sisi tubuhnya mengepal. "Apa maumu?""Besok pergi lakukan pemeriksaan.""Siapa?""Kamu.""Pemeriksaan apa?""Pemeriksaan fisik."Eleanor mengernyit. "Untuk apa? Aku nggak sakit.""Nggak sakit? Kulihat kamu sakit kok.""Kamu yang sakit!""Memang benar. Bukannya kamu sudah tahu dari dulu? Pokoknya besok lakukan pemeriksaan fisik. Jangan cerewet."Ekspresi Eleanor tampak bingung. Kenapa Jeremy tiba-tiba m

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 247

    Rambut pendek Jeremy masih meneteskan air. Saat ini, ekspresinya terlihat sangat agresif. Jantung Eleanor sontak berdetak kencang."Jeremy!" pekik Eleanor dengan kaget. Saat berikutnya, Jeremy telah menindih tubuhnya. Aura kuat Jeremy menyelimuti seluruh tubuh Eleanor.Eleanor menatap Jeremy dengan takut. Dia melirik Jeremy, lalu melirik pakaiannya. Dia hanya mengenakan kemeja, sedangkan Jeremy hanya memakai handuk.Jantung Eleanor berdetak kencang. Dia langsung bertanya, "Binatang, apa lagi yang kamu lakukan padaku?"Jeremy menatap Eleanor yang menunjukkan reaksi berlebihan itu. Dia tahu wanita ini salah paham padanya.Jeremy terkekeh-kekeh. Tebersit niat jahat pada tatapannya. "Menurutmu? Bukannya kamu sangat menikmati tadi? Kenapa ekspresimu malah berubah sekarang?"Eleanor tampak tidak percaya. Maksud Jeremy adalah mereka berhubungan intim tadi? Ini tidak mungkin!Eleanor tidak merasakan apa pun pada tubuhnya. Jika mereka benar-benar berhubungan intim, dia tidak mungkin tidak meras

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 246

    Untuk sesaat, Jeremy tidak tahu harus mengatakan apa."Mama?" Daniel menyadari ada yang tidak beres sehingga bertanya dengan hati-hati, "Kamu bukan Mama?"Jeremy memicingkan matanya yang suram, seolah-olah tiba-tiba menyadari sesuatu. Kemudian, dia berujar dengan perlahan, "Dia lagi tidur."Tap! Daniel langsung mengakhiri panggilan.Jeremy sontak kehabisan kata-kata. Dia menatap layar ponsel. Itu bukan nomor telepon Daniel. Tanpa ragu sedikit pun, Jeremy berbalik dan mengambil ponselnya. Kemudian, dia menghubungi kontak Daniel.Telepon berdering cukup lama. Pada saat yang sama, benak Jeremy dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.Siapa sebenarnya anak kecil tadi? Apa itu Daniel? Atau anak Eleanor yang lain? Dia perlu memastikan keraguannya. Segera! Sekarang juga!Pada akhirnya, Harry menerima panggilan. Terdengar suara bingung dari ujung telepon. "Papa Jahat, lihat dulu sekarang jam berapa. Ini sudah larut malam, kenapa kamu masih belum tidur?"Begitu mendengar suara itu, Jeremy cukup ter

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 245

    Sebenarnya apa yang dimaksud dengan lebih lemah dari orang biasa?Jeremy mengeluarkan ponselnya, lalu berkata kepada orang di ujung telepon, "Atur pemeriksaan fisik lengkap untuk besok. Eleanor yang akan diperiksa.""Pemeriksaan fisik lengkap? Bos, Bu Eleanor sakit ya?"Jeremy juga ingin tahu apakah Eleanor sakit atau bukan.Andy pun tidak bertanya lebih lanjut. "Baik, Bos. Aku akan segera mengaturnya.""Hm." Jeremy mengakhiri panggilan, lalu menatap pakaian yang dipakai Eleanor. Matanya bergetar. Setelah menyibakkan selimut, dia melihat Eleanor hanya memakai jubah mandi.Seketika, segala emosinya digantikan oleh kemarahan yang membara. Siapa yang mengganti pakaian Eleanor? Apa itu Charlie? Berengsek!Jeremy merasa darahnya mendidih. Dia berteriak ke arah pintu, "Kalian kemari dulu!"Dokter dan manajer yang berjaga di pintu segera masuk. "Ada apa, Pak?""Siapa yang mengganti pakaiannya?" Wajah Jeremy semakin suram, membuat dokter dan manajer ketakutan hingga memucat.Dokter segera mela

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status