Harry terbelalak menatap Jeremy. Apa yang terjadi? Mengapa Ayah Jahat ini seperti mengenalinya? Otak Harry yang cerdas mulai bekerja. Dia tiba-tiba teringat pada anak berwajah sama dengannya yang duduk di mobil ibunya.Sebelumnya, Eleanor pernah berkata bahwa Harry memiliki kakak laki-laki. Sayangnya, kakaknya meninggal lebih awal. Hanya anak kembar yang mungkin memiliki rupa yang sama. Artinya, anak kecil itu pasti adalah kakaknya!Namun, mengapa kakaknya itu dikatakan meninggal saat dia jelas-jelas masih hidup? Ayah Jahat ini juga salah mengenali Harry sebagai kakaknya. Dengan kata lain, kakaknya seharusnya tinggal bersama pria itu selama ini.Itu sebabnya Ayah Jahat mengenalinya sebagai sang kakak. Mungkin ibunya juga salah mengenali kakaknya sebagai dirinya. Harry yang pintar segera memahami apa yang terjadi.Melihat bocah kecil ini hanya menatapnya tanpa bicara, Jeremy mulai kehilangan kesabarannya.Pikir Harry, semua orang sudah terlanjur salah paham. Kakaknya juga ikut ibunya, m
Jeremy mengernyit bingung. Bocah kecil itu bersikap sangat aneh hari ini."Kamu baru lima tahun, nggak boleh duduk di depan. Duduk di kursi anak sana," jelas Jeremy, berusaha bersabar."Repot amat," gerutu Harry sambil pindah ke kursi belakang.Yoana yang kini duduk di kursi penumpang depan menoleh dan melempar senyum puas padanya. Harry hanya memutar bola matanya sebagai tanggapan.....Menyadari Eleanor yang kebut-kebutan di jalanan, Daniel pun bertanya dengan raut dingin, "Kenapa kita harus kabur?""Karena mereka mengejar kita," sahut Eleanor.Daniel mengatupkan bibirnya. Dia ingin berkata bahwa orang-orang itu mengejar mereka karena Eleanor membawanya.Namun, Daniel ingin memastikan apakah Eleanor benar-benar ibunya. Jadi, dia tidak mengatakan apa-apa.Eleanor tidak tahu apakah yang mengejar mereka adalah orang-orang suruhan Jeremy yang mengenalinya ataukah para penjahat yang tadi menculik Harry. Tidak peduli yang mana, prioritasnya sekarang adalah memastikan keselamatan putranya.
Pembantu itu menjawab dengan nada menyesal, "Maaf, Tuan Daniel. Kami nggak diizinkan memegang ponsel selama jam kerja.""Kalau laptop ada? Aku mau main laptop," tanya Harry lagi.Pembantu itu mengangguk dan menyahut, "Baik, Tuan Daniel. Silakan tunggu sebentar, saya akan segera ambilkan."Tak lama, pembantu itu kembali dengan sebuah laptop mahal. Harry membawanya ke kamar dan menyalakannya. Jari-jarinya mulai mengetik dengan lancar di keyboard.....Eleanor baru saja selesai makan bersama Daniel ketika ponselnya berdering. Hari ini benar-benar panjang.Panggilan itu dari rumah sakit. Seorang pasien membutuhkan penanganan darurat darinya. Eleanor merasa heran. Pasien itu baik-baik saja saat diperiksa siang tadi. Mengapa kondisinya tiba-tiba kritis?Ketika sedang memikirkan hal ini, wajah muram dan menyeramkan Jeremy tiba-tiba terbayang di benak Eleanor. Jantungnya sontak berdebar.Entah mengapa, Eleanor merasa gelisah. Hanya saja, dia tidak mungkin meninggalkan pasien yang membutuhkanny
Mata Jeremy berkilat tajam dan cengkeramannya mengencang. Eleanor hampir menitikkan air mata, merasa dagunya seakan-akan hampir diremukkan.Eleanor menggertakkan gigi dan menelengkan kepalanya. Tangannya terangkat untuk menepis cengkeraman Jeremy. Ketika pria itu kembali mencengkeram dagunya, Eleanor berdecak dan menepisnya lagi.Jeremy beralih mencekik leher Eleanor dan berucap dengan marah, "Lima tahun nggak bertemu, lidahmu masih setajam dulu. Hebat, waktu itu aku benar-benar sudah meremehkanmu. Kamu kuat sekali, bukan? Cobalah lari kali ini."Eleanor terbatuk-batuk dan membalas, "Jeremy, setelah beberapa tahun nggak ketemu, sepertinya kamu jadi nggak waras. Kita sudah bercerai dan nggak punya hubungan apa-apa lagi. Apa lagi yang kamu inginkan dariku?""Apa yang aku inginkan? Eleanor, nyalimu cukup besar! Setelah membunuh anak Yoana, kamu pura-pura mati dan kabur ke luar negeri tanpa merasa bersalah. Apa kamu punya hati nurani?" geram Jeremy dengan mata berapi-api.Kejadian lima tah
Eleanor kehilangan kata-kata. Bajingan ini benar-benar keterlaluan!Pada akhirnya, Eleanor dibawa pergi oleh Jeremy.....Harry telah meretas sistem CCTV rumah sakit dan menyaksikan semua yang terjadi. Tangan mungilnya terkepal erat. Berani sekali Ayah Jahat itu menindas ibunya. Tunggu saja pembalasannya!Jeremy membawa Eleanor ke vila. Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita terlalu besar. Dengan kedua tangan terikat, Eleanor sama sekali tidak mampu melawan.Sesampainya di kamar, Jeremy langsung melempar Eleanor tanpa belas kasihan. Untung saja lantai dilapisi karpet tebal, jadi Eleanor tidak begitu kesakitan setelah terjatuh.Jeremy menatap wanita yang masih memasang raut keras kepala itu.Eleanor bertanya padanya, "Apa tujuanmu membawaku ke sini?"Jeremy berjongkok di depan Eleanor dan mencengkeram dagunya dengan satu tangan. Dia menjawab dengan ekspresi dingin, "Kamu sudah membunuh anak Yoana dan menyebabkan satu nyawa hilang. Bukannya menebus kesalahan, kamu hidup bebas di luar.
Memanfaatkan langit yang gelap, Harry memimpin Eleanor keluar. Keduanya bersembunyi dari pengawal dan menyelinap diam-diam ke garasi.Begitu menemukan mobil, Eleanor segera menggendong Harry masuk. Tanpa buang-buang waktu, dia segera melajukan mobil itu.Sesuai dugaan, terdapat banyak pengawal yang berjaga di luar. Eleanor segera menyalakan lampu jauh.Lampu jauh mengenai wajah para pengawal. Cahayanya yang menyilaukan membuat mereka tidak bisa melihat jelas orang-orang di dalam mobil.Namun, berhubung itu adalah mobil Jeremy, mereka tidak berani menghentikannya. Sebaliknya, mereka membiarkan mobil itu lewat begitu saja.Melihat ibu dan adiknya pergi dengan lancar, Daniel yang baru pulang ke vila pun menyelinap masuk ke kamarnya.Tak lama, listrik di vila kembali berfungsi. Segala sesuatu sepertinya kembali normal.Meski pengawal Jeremy telah mencari ke setiap sudut vila, Eleanor tetap tidak ditemukan. Wanita itu seolah-olah menghilang begitu saja. Dia lagi-lagi kabur!Jeremy berucap d
"Para penumpang sekalian, pesawat telah mendarat sepenuhnya di Bandara Internasional Ibu Kota. Terima kasih telah terbang bersama kami. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya!"Begitu mendengar pengumuman pramugari, Eleanor membuka mata dan menepikan selimutnya. Kemudian, dia perlahan memandang ke luar jendela. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya dia kembali.Eleanor muncul di terminal kedatangan dengan berbalut mantel cokelat tua, rambut hitam panjang tergerai, dan sepasang sepatu hak tinggi hitam di kakinya.Satu tangan Eleanor menarik koper dan satunya lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia melangkah dengan begitu percaya diri. Aura anggun dan berkelasnya menarik perhatian banyak orang di sekitar.Vivi yang telah lama menunggu pun melepas kacamata hitamnya, lalu menghampiri Eleanor sambil tersenyum manis. Keduanya tersenyum pada satu sama lain, lalu saling memeluk dengan hangat."Eleanor, selamat datang kembali," ucap Vivi."Kangen aku, nggak?" tanya Eleanor."Kangen, dong. Sayang bang
Tak lama kemudian, mobil Eleanor tiba di depan Kediaman Adrian. Dia segera turun dan menarik napas dalam-dalam. Biarpun tahu apa yang akan dihadapinya, dia tetap melangkah masuk.Pembantu yang membuka pintu tertegun kaget dan bergumam, "Nyo ... Nyonya?"Pembantu ini adalah pegawai lama Keluarga Adrian. Dia sudah bekerja saat Eleanor masih menjadi Nyonya Adrian. Jadi, dia tentu mengenal wanita itu."Nyo ... Nyonya masih hidup?" tanya pembantu itu. Mengapa Eleanor bisa hidup kembali?Eleanor berucap dengan nada dingin, "Aku dan Jeremy sudah bercerai, jadi kamu nggak perlu memanggilku nyonya lagi. Mana Jeremy?""Tuan baru saja pulang. Sekarang Tuan sedang di ruang kerja," sahut si pembantu.Eleanor langsung melangkah masuk, membuat pembantu itu terkejut."Nyo ... Nona Eleanor ...." Pembantu itu hendak mengatakan sesuatu, tetapi ketika merasakan aura mengintimidasi Eleanor, dia terpaksa menelan kembali kata-katanya.Eleanor sangat familier dengan setiap sudut rumah ini. Dia menaiki tangga