Share

Bab 6

Author: Arizah Karimah
Pembantu itu menjawab dengan nada menyesal, "Maaf, Tuan Daniel. Kami nggak diizinkan memegang ponsel selama jam kerja."

"Kalau laptop ada? Aku mau main laptop," tanya Harry lagi.

Pembantu itu mengangguk dan menyahut, "Baik, Tuan Daniel. Silakan tunggu sebentar, saya akan segera ambilkan."

Tak lama, pembantu itu kembali dengan sebuah laptop mahal. Harry membawanya ke kamar dan menyalakannya. Jari-jarinya mulai mengetik dengan lancar di keyboard.

....

Eleanor baru saja selesai makan bersama Daniel ketika ponselnya berdering. Hari ini benar-benar panjang.

Panggilan itu dari rumah sakit. Seorang pasien membutuhkan penanganan darurat darinya. Eleanor merasa heran. Pasien itu baik-baik saja saat diperiksa siang tadi. Mengapa kondisinya tiba-tiba kritis?

Ketika sedang memikirkan hal ini, wajah muram dan menyeramkan Jeremy tiba-tiba terbayang di benak Eleanor. Jantungnya sontak berdebar.

Entah mengapa, Eleanor merasa gelisah. Hanya saja, dia tidak mungkin meninggalkan pasien yang membutuhkannya.

Lagi pula, Eleanor mengenakan masker saat bertemu Jeremy tadi. Mereka sudah lima tahun tidak bertemu, jadi seharusnya pria itu tidak mungkin langsung mengenalinya.

"Harry, Mama mau keluar sebentar. Kamu tunggu di rumah, ya. Kalau ada orang asing yang mengetuk pintu, jangan buka. Mengerti?" pesan Eleanor.

Daniel menatap Eleanor dan bertanya, "Mama mau ke mana?"

"Mama harus menangani pasien di rumah sakit. Kalau bosan, kamu boleh main laptop sebentar," ucap Eleanor. Dia mengeluarkan laptop dan memberikannya pada bocah kecil itu.

"Oke," sahut Daniel.

Eleanor berkata dengan manis, "Harry memang yang terbaik. Mama pergi dulu, ya."

Eleanor sudah pergi. Daniel duduk di sofa dan memikirkan kejadian hari ini. Dia bertanya-tanya apakah Jeremy akan mengkhawatirkan dan mencarinya setelah dirinya pergi begitu lama.

Ketika Daniel tengah memikirkan hal ini, laptop di depannya tiba-tiba terus berbunyi. Dia menyalakan laptop sambil mengernyit, lalu wajah yang persis seperti miliknya tiba-tiba muncul di layar.

Kedua bocah kecil itu saling bertatapan. Meski sudah saling mengetahui keberadaan satu sama lain, keduanya tetap tertegun karena tiba-tiba bertemu.

Harry-lah yang pertama bereaksi. Dia berucap, "Kamu putra Mama yang lain, 'kan? Namaku Harry, siapa namamu?"

Setelah rasa kagetnya reda, Daniel mengangguk dan menjawab singkat, "Daniel."

Harry mengerjap. Kakaknya ini sepertinya tipe yang dingin. Dia berkata lagi, "Mama membawamu pulang, mengira kamu adalah aku."

Daniel mengamati sekeliling Harry dan segera mengerti apa yang terjadi. "Sepertinya papaku juga salah kira dan membawamu pulang," ucapnya.

"Ya, kita bisa bahas ini nanti. Mama bilang, kamu lebih tua dariku, jadi kamu kakakku. Kak, Mama mana?" tanya Harry.

Daniel menyahut, "Mama pergi ke rumah sakit. Sepertinya ada urusan mendesak."

"Gawat," ucap Harry, sadar bahwa dirinya sudah terlambat selangkah.

"Ada apa?" tanya Daniel.

"Ceritanya panjang. Intinya, Papa tahu soal Mama. Dia marah besar, aku takut dia akan menyakiti Mama," jelas Harry.

Wajah mungil Daniel terlihat serius. Yoana sering sengaja mengungkit tentang hubungan ayah dan ibunya yang buruk, jadi dia tahu akan hal itu. Setelah mendengar kata-kata Harry, Daniel juga sedikit gugup.

"Kak, aku pinjam identitasmu sebentar," ucap Harry.

"Pakai saja. Hati-hati sama Yoana, dia jahat banget!" balas Daniel.

Harry berkata, "Oke. Waktunya mepet, kita ngobrol lagi nanti."

"Ya," sahut Daniel.

....

Eleanor baru tiba di rumah sakit dan hendak mencari tempat parkir. Alhasil, sekelompok pria berbaju hitam mendadak mendekat dan mengepung mobilnya.

Sambil memaki dalam hati, Eleanor bereaksi cepat dan mencoba memundurkan mobil. Hanya saja, sebuah mobil hitam langsung menghalangi jalannya.

Eleanor terpaksa menginjak rem. Tak lama, jendela mobilnya diketuk dari luar dan seseorang berkata padanya, "Nona Eleanor, tolong keluar."

Ekspresi Eleanor berubah muram, tetapi dia tidak bergerak. Beberapa detik kemudian, ketukan di jendela kembali terdengar.

Eleanor mendengar suara dingin Andy, asistennya Jeremy. Pria itu mengulangi ucapannya dengan tidak sabar, "Nona Eleanor, tolong turun dari mobil."

Kepala Eleanor berdenyut-denyut. Jeremy sinting itu akhirnya menemukannya. Dia ingin sekali kabur, tetapi orang-orang ini tidak memberinya kesempatan.

Eleanor memarkir mobil dan melepas sabuk pengamannya. Dia mengernyit melihat orang-orang yang mengepungnya ini. Jadi, mereka memang sudah menunggunya sejak awal?

Pria itu berdiri sejauh beberapa meter di depan. Meski berjarak, Eleanor bisa merasakan jelas aura dingin yang terpancar darinya.

Kedua tangan Eleanor tiba-tiba terkepal erat. Nalurinya memberitahunya untuk segera kabur, tetapi dia sama sekali tidak bisa bergerak di bawah tatapan tajam Jeremy.

Eleanor memaksakan dirinya untuk tenang. Sesuai kebiasaan, dia selalu memakai masker ke rumah sakit. Namun, mata pria itu seolah-olah bisa menembus masker tipis yang dipakainya sekarang dan melihatnya dengan jelas.

"Eleanor!" ucap Jeremy dengan penuh penekanan.

Darah di sekujur tubuh Eleanor serasa bergejolak. Dia begitu gugup hingga jantungnya seolah-olah hendak melompat keluar. "Apa kita saling kenal?" tanyanya dengan suara dingin.

Jeremy hanya tersenyum dingin sebagai tanggapan.

"Aku tidak mengenalmu, biarkan aku pergi," ucap Eleanor lagi sambil berbalik pergi menuju rumah sakit.

Jeremy tidak menghentikannya. Namun, tak lama Eleanor diseret kembali oleh dua pengawal kekar.

"Lepaskan aku! Apa hak kalian melarangku pergi?" seru Eleanor.

Duk! Eleanor dilempar ke hadapan Jeremy. Sebelum dia bisa berdiri, jari-jari dingin pria itu bergerak melepas maskernya, mengekspos wajahnya yang anggun dan cantik.

Melihat wajah Eleanor yang masih sama seperti lima tahun lalu, ekspresi Jeremy bertambah suram. Dia mencengkeram dagu wanita itu. Matanya menyorot dingin dan bibirnya menyunggingkan senyum menyeramkan saat dia berkata, "Mau pura-pura nggak mengenalku, hm?"

Eleanor mengernyit. Sepasang mata cerahnya membalas tatapan Jeremy. Pria itu tertegun sejenak saat melihat kilat dingin dan berjarak di matanya.

"Sudah beberapa tahun nggak berjumpa, apa nggak ada yang ingin kamu katakan padaku?" tanya Jeremy.

Eleanor membalas dengan dingin, "Maaf, aku nggak tahu harus ngomong apa sama binatang."
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Fatimah
i like it...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 7

    Mata Jeremy berkilat tajam dan cengkeramannya mengencang. Eleanor hampir menitikkan air mata, merasa dagunya seakan-akan hampir diremukkan.Eleanor menggertakkan gigi dan menelengkan kepalanya. Tangannya terangkat untuk menepis cengkeraman Jeremy. Ketika pria itu kembali mencengkeram dagunya, Eleanor berdecak dan menepisnya lagi.Jeremy beralih mencekik leher Eleanor dan berucap dengan marah, "Lima tahun nggak bertemu, lidahmu masih setajam dulu. Hebat, waktu itu aku benar-benar sudah meremehkanmu. Kamu kuat sekali, bukan? Cobalah lari kali ini."Eleanor terbatuk-batuk dan membalas, "Jeremy, setelah beberapa tahun nggak ketemu, sepertinya kamu jadi nggak waras. Kita sudah bercerai dan nggak punya hubungan apa-apa lagi. Apa lagi yang kamu inginkan dariku?""Apa yang aku inginkan? Eleanor, nyalimu cukup besar! Setelah membunuh anak Yoana, kamu pura-pura mati dan kabur ke luar negeri tanpa merasa bersalah. Apa kamu punya hati nurani?" geram Jeremy dengan mata berapi-api.Kejadian lima tah

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 8

    Eleanor kehilangan kata-kata. Bajingan ini benar-benar keterlaluan!Pada akhirnya, Eleanor dibawa pergi oleh Jeremy.....Harry telah meretas sistem CCTV rumah sakit dan menyaksikan semua yang terjadi. Tangan mungilnya terkepal erat. Berani sekali Ayah Jahat itu menindas ibunya. Tunggu saja pembalasannya!Jeremy membawa Eleanor ke vila. Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita terlalu besar. Dengan kedua tangan terikat, Eleanor sama sekali tidak mampu melawan.Sesampainya di kamar, Jeremy langsung melempar Eleanor tanpa belas kasihan. Untung saja lantai dilapisi karpet tebal, jadi Eleanor tidak begitu kesakitan setelah terjatuh.Jeremy menatap wanita yang masih memasang raut keras kepala itu.Eleanor bertanya padanya, "Apa tujuanmu membawaku ke sini?"Jeremy berjongkok di depan Eleanor dan mencengkeram dagunya dengan satu tangan. Dia menjawab dengan ekspresi dingin, "Kamu sudah membunuh anak Yoana dan menyebabkan satu nyawa hilang. Bukannya menebus kesalahan, kamu hidup bebas di luar.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 9

    Memanfaatkan langit yang gelap, Harry memimpin Eleanor keluar. Keduanya bersembunyi dari pengawal dan menyelinap diam-diam ke garasi.Begitu menemukan mobil, Eleanor segera menggendong Harry masuk. Tanpa buang-buang waktu, dia segera melajukan mobil itu.Sesuai dugaan, terdapat banyak pengawal yang berjaga di luar. Eleanor segera menyalakan lampu jauh.Lampu jauh mengenai wajah para pengawal. Cahayanya yang menyilaukan membuat mereka tidak bisa melihat jelas orang-orang di dalam mobil.Namun, berhubung itu adalah mobil Jeremy, mereka tidak berani menghentikannya. Sebaliknya, mereka membiarkan mobil itu lewat begitu saja.Melihat ibu dan adiknya pergi dengan lancar, Daniel yang baru pulang ke vila pun menyelinap masuk ke kamarnya.Tak lama, listrik di vila kembali berfungsi. Segala sesuatu sepertinya kembali normal.Meski pengawal Jeremy telah mencari ke setiap sudut vila, Eleanor tetap tidak ditemukan. Wanita itu seolah-olah menghilang begitu saja. Dia lagi-lagi kabur!Jeremy berucap d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 10

    "Para penumpang sekalian, pesawat telah mendarat sepenuhnya di Bandara Internasional Ibu Kota. Terima kasih telah terbang bersama kami. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya!"Begitu mendengar pengumuman pramugari, Eleanor membuka mata dan menepikan selimutnya. Kemudian, dia perlahan memandang ke luar jendela. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya dia kembali.Eleanor muncul di terminal kedatangan dengan berbalut mantel cokelat tua, rambut hitam panjang tergerai, dan sepasang sepatu hak tinggi hitam di kakinya.Satu tangan Eleanor menarik koper dan satunya lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia melangkah dengan begitu percaya diri. Aura anggun dan berkelasnya menarik perhatian banyak orang di sekitar.Vivi yang telah lama menunggu pun melepas kacamata hitamnya, lalu menghampiri Eleanor sambil tersenyum manis. Keduanya tersenyum pada satu sama lain, lalu saling memeluk dengan hangat."Eleanor, selamat datang kembali," ucap Vivi."Kangen aku, nggak?" tanya Eleanor."Kangen, dong. Sayang bang

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 11

    Tak lama kemudian, mobil Eleanor tiba di depan Kediaman Adrian. Dia segera turun dan menarik napas dalam-dalam. Biarpun tahu apa yang akan dihadapinya, dia tetap melangkah masuk.Pembantu yang membuka pintu tertegun kaget dan bergumam, "Nyo ... Nyonya?"Pembantu ini adalah pegawai lama Keluarga Adrian. Dia sudah bekerja saat Eleanor masih menjadi Nyonya Adrian. Jadi, dia tentu mengenal wanita itu."Nyo ... Nyonya masih hidup?" tanya pembantu itu. Mengapa Eleanor bisa hidup kembali?Eleanor berucap dengan nada dingin, "Aku dan Jeremy sudah bercerai, jadi kamu nggak perlu memanggilku nyonya lagi. Mana Jeremy?""Tuan baru saja pulang. Sekarang Tuan sedang di ruang kerja," sahut si pembantu.Eleanor langsung melangkah masuk, membuat pembantu itu terkejut."Nyo ... Nona EleanorĀ  ...." Pembantu itu hendak mengatakan sesuatu, tetapi ketika merasakan aura mengintimidasi Eleanor, dia terpaksa menelan kembali kata-katanya.Eleanor sangat familier dengan setiap sudut rumah ini. Dia menaiki tangga

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 12

    Keduanya saling bertatapan dengan marah. Tepat ketika Jeremy selesai bicara, ponsel Eleanor tiba-tiba berdering.Eleanor mengatupkan bibir dan mengambil ponselnya. Kemudian, dia menatap Jeremy dengan alis berkerut dan beringsut ke samping untuk menjawab telepon.Suara manis Harry terdengar dari seberang telepon, "Maaf, Ma. Jam tanganku nggak ada baterai tadi. Sekarang aku baru cas di kamar. Kenapa, Ma?""Harry, kamu di mana sekarang?" tanya Eleanor dengan cemas."Di rumah Paman Charlie. Harry anak pintar, tentu saja nggak ke mana-mana," sahut Harry."Cepat jelaskan pada mamamu, jangan sampai dia mengira aku menjualmu," timpal Charlie dengan iseng dari seberang telepon.Eleanor mendongak dan menatap Jeremy dengan raut terkejut. Kemudian, dia memalingkan pandangan dan bertanya dengan suara rendah, "Harry, kamu masih di Leroria?"Harry tidak mengerti mengapa ibunya bertanya begitu. Dia anak yang patuh, mana mungkin dia pergi tanpa izin dan menambah masalah ibunya?"Iya, Ma. Harry masih di

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 13

    Yoana baru tiba di depan ruang kerja dengan membawa sepiring buah ketika percakapan Jeremy dan Andy terdengar di telinganya. Tes DNA? Yoana meremas piring di tangannya.Jeremy ingin melakukan tes DNA dengan Daniel? Apa dia menyadari sesuatu? Apa dia mendengar omongan seseorang yang mendorongnya untuk melakukan tes DNA?Yoana menahan seorang pembantu yang kebetulan lewat dan bertanya dengan cemas, "Apa ada yang datang barusan?""Iya, Nona Eleanor baru saja pergi," sahut pembantu itu.Yoana menggertakkan giginya. Sudah diduga, ternyata wanita jalang itu! Begitu kembali dari luar negeri, Eleanor langsung menuju Kediaman Adrian. Apakah dia belum menyerah dan masih ingin merayu Jeremy?Yoana memaki kesal! Sesuai dugaan, Eleanor masih saja berulah. Dia menggertakkan gigi, lalu menyerahkan piring buah pada pembantu tadi dan mengejar Eleanor.Pada saat yang sama, di ruang kerja.Setelah memberi perintah pada Andy, Jeremy mengambil ponsel dan menelepon seseorang."Kak Jeremy, tumben banget tele

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 14

    Eleanor memeriksa arlojinya. Hari memang sudah larut. Dia berkata, "Maaf sudah membuatmu tunggu lama. Ayo makan, aku yang traktir.""Karena kamu yang bilang sendiri, aku nggak akan sungkan. Pas banget, aku sudah pesan meja di Le Imperial. Ayo pergi," sahut Vivi.....Yoana mengetuk pintu ruang kerja, lalu mendorongnya dan masuk. Dia melangkah anggun menghampiri Jeremy dan memanggil pria itu dengan ekspresi lembut."Ya," sahut Jeremy pendek. Saat ini kepalanya sangat sakit. Begitu mencium parfum Yoana, dia sontak mengernyit.Yoana mencondongkan tubuhnya mendekati Jeremy dan berkata, "Remy, aku mau pergi makan di Le Imperial sama Tiara. Apa kamu bisa jemput aku nanti?"Jeremy melirik arlojinya, tetapi dia tetap menyanggupi, "Oke."Yoana tersenyum kian lebar, binar licik melintas sekilas di matanya. "Terima kasih, Remy," ucapnya.....Le Imperial adalah restoran top di ibu kota yang terkenal dengan masakan tradisionalnya. Dekorasi interiornya juga klasik dan elegan. Banyak orang dari kala

Latest chapter

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 253

    Eleanor cukup mengenal merek pakaian ini. Pakaian dari merek ini sangat mahal, apalagi yang dia kenakan adalah koleksi terbaru musim ini. Harganya pasti lebih mahal. Kartu yang diberikan Eleanor berisi 600 juta, mungkin tidak cukup untuk membayar pakaian itu, tapi saat ini itulah uang yang dia miliki."Ini ...." Andy merasa canggung. Keringat dingin membasahi dahinya.Wajah Jeremy langsung menggelap dan menatap Eleanor dengan dingin. "Aku yang membayarnya."Eleanor terdiam.Andy buru-buru menyelipkan kembali kartu itu ke tangan Jeremy dan mundur ke samping, lalu mencoba menjelaskan, "Bu Eleanor, pakaian ini juga dipilih langsung sama Bos."Eleanor tertegun sejenak. Tatapan Jeremy tidak berpaling dari wajahnya, seolah menunggu sesuatu darinya. Eleanor mengerutkan bibir, lalu berkata dengan sedikit kaku, "Terima kasih."Namun, tatapan Jeremy tetap dingin, menunjukkan bahwa dia belum puas dengan ucapan itu.Andy yang berdiri di belakang terus memberikan kode dengan pandangan matanya yang

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 252

    Kalau Jeremy benar-benar ingin Eleanor meminta maaf, sebaiknya dia lupakan saja. Eleanor tidak akan pernah meminta maaf pada Yoana."Nggak, Bu Eleanor nggak usah minta maaf sama aku." Yoana yang sudah lama mendengarkan dari balik pintu, akhirnya menemukan kesempatan untuk masuk dan menyela percakapan.Dengan langkah yang sedikit goyah, Yoana berjalan masuk dan berdiri di depan mereka berdua. Matanya penuh air mata saat berkata, "Ini bukan salah Bu Eleanor. Ini salahku. Aku mabuk waktu itu, emosiku nggak stabil, itulah yang menyebabkan semua ini terjadi. Ini bukan salah Bu Eleanor."Eleanor tersenyum samar, menatap Yoana. Dia benar-benar pintar.Baru saja Eleanor mengatakan bahwa dia sengaja menyenggol Yoana di tepi kolam renang, Yoana langsung menyalahkan semua tindakannya pada emosi yang tak terkendali akibat mabuk. Dengan alasan seperti itu, siapa yang bisa berkata apa-apa lagi?"Jeremy, jangan salahkan Bu Eleanor."Yoana sengaja mengatakan tidak akan menyalahkan Eleanor, seolah-olah

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 251

    "Malam ini kamu tinggal di sini. Besok aku akan bawa kamu untuk pemeriksaan." Suara Jeremy terdengar tegas dan tidak memberikan kesempatan bagi Eleanor untuk menolak.Eleanor menghela napas, "Kenapa kamu bersikeras aku melakukan pemeriksaan?""Tentu saja aku punya alasan sendiri. Aku cuma memintamu untuk menjalani pemeriksaan, bukan menyuruhmu mati. Apa kamu perlu setegang ini? Atau ada sesuatu yang kamu sembunyikan tentang tubuhmu?"Mata Eleanor bergetar sejenak.Tatapan Jeremy terus tertuju padanya. Sepasang matanya yang kelam menyiratkan kedalaman yang sulit dijangkau. Sorot matanya begitu tajam, membuat Eleanor merasa sulit untuk menghadapi tekanan itu.Eleanor berpura-pura tersenyum santai, "Rahasia apa yang harus aku sembunyikan? Aku cuma nggak suka sama caramu yang selalu memaksakan kehendak.""Ini demi kebaikanmu.""Alasan yang terlalu dibuat-buat." Eleanor mendengus dingin.Dia tahu, alasan itu hanya kedok. Sesungguhnya, Jeremy tidak bisa menolerir ada orang yang berani menyem

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 250

    "Aku akan menyelidiki kejadian hari ini. Kalau benar dia sengaja ingin mencelakaimu, aku akan memaksanya untuk minta maaf padamu."Setelah mendengar ucapan Jeremy, bulu mata Yoana yang lentik bergetar untuk sesaat. Dia menunjukkan senyuman yang penuh kesedihan. "Remy, kamu nggak percaya padaku?"Jeremy menurunkan pandangannya dan menatap Yoana dalam-dalam. Kemudian, dia menjulurkan tangan untuk mendorong Yoana. "Ini lebih adil untuk kalian berdua."Adil? Yoana tak kuasa terkekeh-kekeh dalam hati. Mungkin Jeremy sendiri tidak menyadari bahwa dirinya lebih berpihak pada Eleanor.Tiba-tiba, Yoana melihat seseorang yang berjalan mendekati pintu. Dia memutar bola matanya. Sebuah rencana jahat terlintas di benaknya.Yoana menggigit bibirnya, lalu berdiri sambil menahan rasa sakit pada tubuhnya. Kemudian, dia sengaja menjatuhkan diri ke tubuh Jeremy dan memeluk pinggang Jeremy dengan kedua tangan.Jeremy memperlihatkan ketidaknyamanan di matanya. Dia menarik tangan Yoana turun. Namun, karena

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 249

    Seketika, tangan dan kaki Eleanor terasa dingin. Siapa yang menjawab panggilan ini? Apa mungkin Jeremy?Eleanor lagi-lagi merasa gelisah. Dia segera menelepon Daniel. Setelah waktu yang cukup lama, Daniel akhirnya menerima panggilan. Dia seperti ragu untuk menjawab telepon."Daniel!""Mama!" Setelah mendengar suara Eleanor, Daniel baru berani bersuara, "Tadi aku telepon Mama, tapi Papa yang jawab."Seketika, hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh Eleanor. Dia menahan kegelisahannya sambil bertanya, "Apa yang dia bilang?""Dia nggak bilang apa-apa."Eleanor merasa situasi ini sangat gawat. Pada dasarnya, Jeremy memang mencurigainya. Takutnya, sekarang Jeremy sudah tahu semuanya.Eleanor mengangkat tangan untuk memijat keningnya, lalu berucap, "Ya sudah, Mama sudah tahu. Kamu tidur saja.""Mama ... maaf .... Apa aku membuat Mama repot?" tanya Daniel dengan takut."Nggak kok. Ini bukan salahmu. Mama akan mengatasi semuanya. Kamu tidur saja." Setelah menghibur Daniel, Eleanor pun mengakhiri

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 248

    "Heh." Jeremy terkekeh-kekeh sinis. "Kalau sudah punya tenaga, bangunlah."Usai berbicara, Jeremy bangkit dan pergi ke kamar mandi. Eleanor menahan amarah dalam hatinya dan bangkit. Dia mengambil celana di pinggir ranjang, lalu memakainya dan hendak membuka pintu."Mau ke mana?" tanya Jeremy dengan nada dingin untuk menghentikan Eleanor.Namun, Eleanor tetap membuka pintu dan keluar. Sebelum sempat melangkah lebih jauh, dia malah ditahan oleh pengawal.Jeremy sudah mengenakan setelannya. Dia duduk di sofa kulit sambil menatap Eleanor dengan tenang.Tangan Eleanor yang diletakkan di kedua sisi tubuhnya mengepal. "Apa maumu?""Besok pergi lakukan pemeriksaan.""Siapa?""Kamu.""Pemeriksaan apa?""Pemeriksaan fisik."Eleanor mengernyit. "Untuk apa? Aku nggak sakit.""Nggak sakit? Kulihat kamu sakit kok.""Kamu yang sakit!""Memang benar. Bukannya kamu sudah tahu dari dulu? Pokoknya besok lakukan pemeriksaan fisik. Jangan cerewet."Ekspresi Eleanor tampak bingung. Kenapa Jeremy tiba-tiba m

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 247

    Rambut pendek Jeremy masih meneteskan air. Saat ini, ekspresinya terlihat sangat agresif. Jantung Eleanor sontak berdetak kencang."Jeremy!" pekik Eleanor dengan kaget. Saat berikutnya, Jeremy telah menindih tubuhnya. Aura kuat Jeremy menyelimuti seluruh tubuh Eleanor.Eleanor menatap Jeremy dengan takut. Dia melirik Jeremy, lalu melirik pakaiannya. Dia hanya mengenakan kemeja, sedangkan Jeremy hanya memakai handuk.Jantung Eleanor berdetak kencang. Dia langsung bertanya, "Binatang, apa lagi yang kamu lakukan padaku?"Jeremy menatap Eleanor yang menunjukkan reaksi berlebihan itu. Dia tahu wanita ini salah paham padanya.Jeremy terkekeh-kekeh. Tebersit niat jahat pada tatapannya. "Menurutmu? Bukannya kamu sangat menikmati tadi? Kenapa ekspresimu malah berubah sekarang?"Eleanor tampak tidak percaya. Maksud Jeremy adalah mereka berhubungan intim tadi? Ini tidak mungkin!Eleanor tidak merasakan apa pun pada tubuhnya. Jika mereka benar-benar berhubungan intim, dia tidak mungkin tidak meras

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 246

    Untuk sesaat, Jeremy tidak tahu harus mengatakan apa."Mama?" Daniel menyadari ada yang tidak beres sehingga bertanya dengan hati-hati, "Kamu bukan Mama?"Jeremy memicingkan matanya yang suram, seolah-olah tiba-tiba menyadari sesuatu. Kemudian, dia berujar dengan perlahan, "Dia lagi tidur."Tap! Daniel langsung mengakhiri panggilan.Jeremy sontak kehabisan kata-kata. Dia menatap layar ponsel. Itu bukan nomor telepon Daniel. Tanpa ragu sedikit pun, Jeremy berbalik dan mengambil ponselnya. Kemudian, dia menghubungi kontak Daniel.Telepon berdering cukup lama. Pada saat yang sama, benak Jeremy dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.Siapa sebenarnya anak kecil tadi? Apa itu Daniel? Atau anak Eleanor yang lain? Dia perlu memastikan keraguannya. Segera! Sekarang juga!Pada akhirnya, Harry menerima panggilan. Terdengar suara bingung dari ujung telepon. "Papa Jahat, lihat dulu sekarang jam berapa. Ini sudah larut malam, kenapa kamu masih belum tidur?"Begitu mendengar suara itu, Jeremy cukup ter

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 245

    Sebenarnya apa yang dimaksud dengan lebih lemah dari orang biasa?Jeremy mengeluarkan ponselnya, lalu berkata kepada orang di ujung telepon, "Atur pemeriksaan fisik lengkap untuk besok. Eleanor yang akan diperiksa.""Pemeriksaan fisik lengkap? Bos, Bu Eleanor sakit ya?"Jeremy juga ingin tahu apakah Eleanor sakit atau bukan.Andy pun tidak bertanya lebih lanjut. "Baik, Bos. Aku akan segera mengaturnya.""Hm." Jeremy mengakhiri panggilan, lalu menatap pakaian yang dipakai Eleanor. Matanya bergetar. Setelah menyibakkan selimut, dia melihat Eleanor hanya memakai jubah mandi.Seketika, segala emosinya digantikan oleh kemarahan yang membara. Siapa yang mengganti pakaian Eleanor? Apa itu Charlie? Berengsek!Jeremy merasa darahnya mendidih. Dia berteriak ke arah pintu, "Kalian kemari dulu!"Dokter dan manajer yang berjaga di pintu segera masuk. "Ada apa, Pak?""Siapa yang mengganti pakaiannya?" Wajah Jeremy semakin suram, membuat dokter dan manajer ketakutan hingga memucat.Dokter segera mela

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status