Share

Bab 5

Author: Arizah Karimah
Jeremy mengernyit bingung. Bocah kecil itu bersikap sangat aneh hari ini.

"Kamu baru lima tahun, nggak boleh duduk di depan. Duduk di kursi anak sana," jelas Jeremy, berusaha bersabar.

"Repot amat," gerutu Harry sambil pindah ke kursi belakang.

Yoana yang kini duduk di kursi penumpang depan menoleh dan melempar senyum puas padanya. Harry hanya memutar bola matanya sebagai tanggapan.

....

Menyadari Eleanor yang kebut-kebutan di jalanan, Daniel pun bertanya dengan raut dingin, "Kenapa kita harus kabur?"

"Karena mereka mengejar kita," sahut Eleanor.

Daniel mengatupkan bibirnya. Dia ingin berkata bahwa orang-orang itu mengejar mereka karena Eleanor membawanya.

Namun, Daniel ingin memastikan apakah Eleanor benar-benar ibunya. Jadi, dia tidak mengatakan apa-apa.

Eleanor tidak tahu apakah yang mengejar mereka adalah orang-orang suruhan Jeremy yang mengenalinya ataukah para penjahat yang tadi menculik Harry. Tidak peduli yang mana, prioritasnya sekarang adalah memastikan keselamatan putranya.

Sepertinya Jeremy sudah mencurigainya tadi. Jadi, Eleanor harus jaga jarak dan berusaha tidak menarik perhatiannya.

"Harry, Mama harus mengurus sesuatu. Kamu ikut Paman Charlie dulu, oke?" ucap Eleanor.

"Nggak mau," tolak Daniel dengan nada dingin.

Eleanor kebingungan. Mengapa putranya yang biasanya ceriwis jadi pendiam dan dingin begini?

"Kenapa? Kamu nggak suka Paman Charlie lagi?" tanya Eleanor.

Daniel menyahut, "Aku nggak kenal dia."

Merasa kata-katanya tidak tepat, Daniel kembali berucap, "Aku mau ikut Mama."

Eleanor kembali merasa heran. Mendengar permintaan putranya, dia hanya bisa menghela napas dan berkata, "Takutnya kita dalam bahaya sekarang. Mama harus memastikan keselamatan kamu."

Daniel menoleh ke belakang. Mobil-mobil yang mengejar mereka sudah tidak terlihat. "Sekarang sudah aman," ucapnya.

Sepertinya anak ini benar-benar tidak ingin berpisah dengannya. Eleanor akhirnya mengalah dan berkata, "Oke, Mama antar kamu pulang."

Supaya tidak dibuntuti, Eleanor sengaja mengambil jalan memutar sebelum akhirnya melajukan mobil menuju rumah.

Begitu memasuki ruang tamu, mata Daniel yang cerah segera tertuju pada foto yang tergantung di dinding. Di foto itu, seorang anak kecil yang berwajah persis sepertinya tersenyum ceria di pelukan Eleanor.

Daniel menundukkan pandangannya dengan sedih. Apa Eleanor benar-benar ibunya?

Namun, sejauh Daniel bisa mengingat, semua orang berkata bahwa ibunya sudah tiada. Dia juga bukan putra kandung ayahnya. Dia hanya anak haram. Jika Jeremy tidak menampungnya, dia akan hidup sebagai yatim piatu.

Jika Eleanor benar-benar ibunya, mengapa wanita itu tidak mencarinya? Mengapa dia menelantarkannya? Berbagai pertanyaan yang tak terjawab muncul di benak Daniel.

Melihat bocah kecil itu memandangi foto, Eleanor diam-diam mendekat dan menepuk bahunya sambil berkata, "Kamu lihat apa? Serius banget."

Eleanor hanya ingin menggoda putranya. Namun, bocah kecil itu begitu terkejut hingga bingkai foto yang dipegangnya jatuh dan kacanya bertaburan di lantai.

Daniel menoleh dan menatap Eleanor dengan panik. Tampaknya dia benar-benar terkejut.

Eleanor tertegun melihat ekspresi tidak biasa putranya. Dia bertanya dengan cemas, "Harry, kamu kenapa?"

Alis Daniel berkerut dalam. Dia berjongkok untuk mengumpulkan pecahan kaca di lantai sambil berkata, "Maaf, aku nggak sengaja."

Eleanor segera menghentikan putranya dan berucap, "Jangan pegang, nanti tanganmu terluka. Mama saja yang bersihkan, kamu duduk dulu."

Daniel beringsut ke samping, memperhatikan Eleanor membersihkan pecahan kaca dengan cepat. Dia berkata sambil mengerucutkan bibirnya, "Maaf ...."

"Nggak apa-apa. Tapi, Mama sudah bilang berkali-kali, jangan pegang pecahan kaca. Nanti tanganmu terluka, mengerti?" pesan Eleanor.

Daniel mengangguk dan menyahut tanpa emosi, "Iya."

....

Di saat yang sama, di ruang kerja Jeremy. Andy berdiri menggigil di depan meja, seolah-olah ada angin kencang yang bertiup melingkupinya.

Setelah diperiksa, ternyata wajah Astrid sama persis dengan mantan istri Jeremy yang seharusnya sudah meninggal. Tidak, bukan wajahnya yang sama persis. Wanita itu memang Eleanor!

Jeremy memandangi foto wanita yang sedang dipegangnya. Kedua matanya terlihat memerah karena terbakar amarah.

"Kamu yakin itu dia?" tanyanya.

"Yakin, Bos," sahut Andy. Dia sangat yakin karena telah memastikannya sebanyak dua kali.

Raut wajah Jeremy menjadi sangat dingin. Hebat, Eleanor! Setelah membunuh anak Yoana lima tahun lalu, dia menghilang tanpa jejak.

Kala itu, Jeremy tidak mencurigai kematian Eleanor setelah menerima seorang bayi mungil dan dua akta kematian. Dia hanya ingin memberi wanita itu pelajaran dengan memaksanya minum obat aborsi, bukan mengharapkan kematiannya.

Jeremy bahkan menyesali kekejamannya yang mengakibatkan kematian Eleanor. Itu sebabnya dia memperlakukan Daniel seperti putra kandungnya sendiri dan selalu menyayanginya. Siapa sangka, ternyata Eleanor masih hidup. Hebat! Jeremy sudah dipermainkan.

Eleanor kabur dan menelantarkan anaknya sendiri. Dia benar-benar tidak punya perasaan. Setelah membunuh anak wanita lain, dia juga menelantarkan anaknya sendiri dengan egois.

Makin dipikir, Jeremy makin naik darah. Dia tiba-tiba berdiri dan berkata, "Bawa dia ke sini."

"Baik, Bos. Saya pergi sekarang," ucap Andy.

"Nggak, aku akan pergi sendiri," ujar Jeremy.

Yoana baru tiba di depan pintu dan hendak menyapa Jeremy sambil tersenyum. Namun, pria itu langsung berjalan melewatinya tanpa menoleh.

"Remy?" panggil Yoana.

Yoana mengernyit heran saat Jeremy tidak menjawab. Ingin tahu apa yang membuat Jeremy begitu marah, dia pun masuk ke ruang kerja dan mengambil dokumen di atas meja.

Dokumen itu berisikan informasi tentang seorang dokter. Begitu membalik halamannya, tubuh Yoana langsung membeku. Dia hampir berteriak kaget saat melihat foto seseorang di sana.

Itu Eleanor! Wajah wanita di foto itu jelas-jelas adalah wajah Eleanor. Yoana terkesiap kaget. Bukankah Eleanor sudah mati? Bagaimana dia bisa menjadi dokter?

Yoana meremas dokumen di tangannya. Sialan! Mengapa wanita jalang itu begitu panjang umur? Kehadiran Daniel saja sudah cukup membuat Yoana sakit kepala. Bagaimana nasibnya jika wanita jalang itu mendapatkan cara untuk kembali ke sisi Jeremy? Tidak, hal itu tidak boleh dibiarkan terjadi!

Lima tahun lalu, Yoana sudah berhasil mengalahkan Eleanor. Kali ini, dia akan memastikan wanita itu benar-benar hancur di bawah kakinya. Yoana menggigit bibirnya dan keluar dari ruang kerja.

Selesai makan, Harry pergi mengelilingi vila untuk mengakrabkan diri dengan lingkungan di sana. Ketika dia kembali, dia melihat Jeremy dan Yoana pergi masing-masing dengan raut dingin.

Harry menebak sesuatu telah terjadi. Setelah keduanya pergi, dia diam-diam memasuki ruang kerja yang mereka tinggalkan.

Ruang kerja besar itu didekorasi dengan nuansa hitam dan abu-abu yang kelam. Menurut Harry, gayanya sangat cocok dengan Ayah Jahat itu.

Harry berjalan masuk dan melihat secarik kertas kusut di lantai. Dia lantas berjongkok mengambilnya. Begitu dibuka, ternyata kertas itu berisikan data ibunya.

Harry mengernyit. Jadi, Ayah Jahat dan si Wanita Jahat marah karena melihat data ibunya ini? Artinya, sekarang mereka mengetahui identitas Eleanor. Harry harus segera memperingatkan ibunya.

Harry buru-buru berlari ke luar. Namun, seorang pembantu menghentikannya dan berkata, "Tuan Daniel mau ke mana? Tuan Jeremy melarangmu keluar."

Harry memandang sekeliling dengan gelisah. Para pembantu dan pengawal di sini tidak mungkin membiarkan anak kecil sepertinya keluar sendirian.

Kalaupun Harry pergi, pasti akan ada sekelompok orang yang mengikutinya. Tidak bisa. Dia tidak boleh menemui ibunya dalam keadaan seperti itu.

Setelah memikirkannya sejenak, Harry bertanya pada pembantu itu, "Apa aku boleh pinjam ponselmu? Aku mau telepon seseorang."

Related chapters

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 6

    Pembantu itu menjawab dengan nada menyesal, "Maaf, Tuan Daniel. Kami nggak diizinkan memegang ponsel selama jam kerja.""Kalau laptop ada? Aku mau main laptop," tanya Harry lagi.Pembantu itu mengangguk dan menyahut, "Baik, Tuan Daniel. Silakan tunggu sebentar, saya akan segera ambilkan."Tak lama, pembantu itu kembali dengan sebuah laptop mahal. Harry membawanya ke kamar dan menyalakannya. Jari-jarinya mulai mengetik dengan lancar di keyboard.....Eleanor baru saja selesai makan bersama Daniel ketika ponselnya berdering. Hari ini benar-benar panjang.Panggilan itu dari rumah sakit. Seorang pasien membutuhkan penanganan darurat darinya. Eleanor merasa heran. Pasien itu baik-baik saja saat diperiksa siang tadi. Mengapa kondisinya tiba-tiba kritis?Ketika sedang memikirkan hal ini, wajah muram dan menyeramkan Jeremy tiba-tiba terbayang di benak Eleanor. Jantungnya sontak berdebar.Entah mengapa, Eleanor merasa gelisah. Hanya saja, dia tidak mungkin meninggalkan pasien yang membutuhkanny

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 7

    Mata Jeremy berkilat tajam dan cengkeramannya mengencang. Eleanor hampir menitikkan air mata, merasa dagunya seakan-akan hampir diremukkan.Eleanor menggertakkan gigi dan menelengkan kepalanya. Tangannya terangkat untuk menepis cengkeraman Jeremy. Ketika pria itu kembali mencengkeram dagunya, Eleanor berdecak dan menepisnya lagi.Jeremy beralih mencekik leher Eleanor dan berucap dengan marah, "Lima tahun nggak bertemu, lidahmu masih setajam dulu. Hebat, waktu itu aku benar-benar sudah meremehkanmu. Kamu kuat sekali, bukan? Cobalah lari kali ini."Eleanor terbatuk-batuk dan membalas, "Jeremy, setelah beberapa tahun nggak ketemu, sepertinya kamu jadi nggak waras. Kita sudah bercerai dan nggak punya hubungan apa-apa lagi. Apa lagi yang kamu inginkan dariku?""Apa yang aku inginkan? Eleanor, nyalimu cukup besar! Setelah membunuh anak Yoana, kamu pura-pura mati dan kabur ke luar negeri tanpa merasa bersalah. Apa kamu punya hati nurani?" geram Jeremy dengan mata berapi-api.Kejadian lima tah

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 8

    Eleanor kehilangan kata-kata. Bajingan ini benar-benar keterlaluan!Pada akhirnya, Eleanor dibawa pergi oleh Jeremy.....Harry telah meretas sistem CCTV rumah sakit dan menyaksikan semua yang terjadi. Tangan mungilnya terkepal erat. Berani sekali Ayah Jahat itu menindas ibunya. Tunggu saja pembalasannya!Jeremy membawa Eleanor ke vila. Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita terlalu besar. Dengan kedua tangan terikat, Eleanor sama sekali tidak mampu melawan.Sesampainya di kamar, Jeremy langsung melempar Eleanor tanpa belas kasihan. Untung saja lantai dilapisi karpet tebal, jadi Eleanor tidak begitu kesakitan setelah terjatuh.Jeremy menatap wanita yang masih memasang raut keras kepala itu.Eleanor bertanya padanya, "Apa tujuanmu membawaku ke sini?"Jeremy berjongkok di depan Eleanor dan mencengkeram dagunya dengan satu tangan. Dia menjawab dengan ekspresi dingin, "Kamu sudah membunuh anak Yoana dan menyebabkan satu nyawa hilang. Bukannya menebus kesalahan, kamu hidup bebas di luar.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 9

    Memanfaatkan langit yang gelap, Harry memimpin Eleanor keluar. Keduanya bersembunyi dari pengawal dan menyelinap diam-diam ke garasi.Begitu menemukan mobil, Eleanor segera menggendong Harry masuk. Tanpa buang-buang waktu, dia segera melajukan mobil itu.Sesuai dugaan, terdapat banyak pengawal yang berjaga di luar. Eleanor segera menyalakan lampu jauh.Lampu jauh mengenai wajah para pengawal. Cahayanya yang menyilaukan membuat mereka tidak bisa melihat jelas orang-orang di dalam mobil.Namun, berhubung itu adalah mobil Jeremy, mereka tidak berani menghentikannya. Sebaliknya, mereka membiarkan mobil itu lewat begitu saja.Melihat ibu dan adiknya pergi dengan lancar, Daniel yang baru pulang ke vila pun menyelinap masuk ke kamarnya.Tak lama, listrik di vila kembali berfungsi. Segala sesuatu sepertinya kembali normal.Meski pengawal Jeremy telah mencari ke setiap sudut vila, Eleanor tetap tidak ditemukan. Wanita itu seolah-olah menghilang begitu saja. Dia lagi-lagi kabur!Jeremy berucap d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 10

    "Para penumpang sekalian, pesawat telah mendarat sepenuhnya di Bandara Internasional Ibu Kota. Terima kasih telah terbang bersama kami. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya!"Begitu mendengar pengumuman pramugari, Eleanor membuka mata dan menepikan selimutnya. Kemudian, dia perlahan memandang ke luar jendela. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya dia kembali.Eleanor muncul di terminal kedatangan dengan berbalut mantel cokelat tua, rambut hitam panjang tergerai, dan sepasang sepatu hak tinggi hitam di kakinya.Satu tangan Eleanor menarik koper dan satunya lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia melangkah dengan begitu percaya diri. Aura anggun dan berkelasnya menarik perhatian banyak orang di sekitar.Vivi yang telah lama menunggu pun melepas kacamata hitamnya, lalu menghampiri Eleanor sambil tersenyum manis. Keduanya tersenyum pada satu sama lain, lalu saling memeluk dengan hangat."Eleanor, selamat datang kembali," ucap Vivi."Kangen aku, nggak?" tanya Eleanor."Kangen, dong. Sayang bang

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 11

    Tak lama kemudian, mobil Eleanor tiba di depan Kediaman Adrian. Dia segera turun dan menarik napas dalam-dalam. Biarpun tahu apa yang akan dihadapinya, dia tetap melangkah masuk.Pembantu yang membuka pintu tertegun kaget dan bergumam, "Nyo ... Nyonya?"Pembantu ini adalah pegawai lama Keluarga Adrian. Dia sudah bekerja saat Eleanor masih menjadi Nyonya Adrian. Jadi, dia tentu mengenal wanita itu."Nyo ... Nyonya masih hidup?" tanya pembantu itu. Mengapa Eleanor bisa hidup kembali?Eleanor berucap dengan nada dingin, "Aku dan Jeremy sudah bercerai, jadi kamu nggak perlu memanggilku nyonya lagi. Mana Jeremy?""Tuan baru saja pulang. Sekarang Tuan sedang di ruang kerja," sahut si pembantu.Eleanor langsung melangkah masuk, membuat pembantu itu terkejut."Nyo ... Nona EleanorĀ  ...." Pembantu itu hendak mengatakan sesuatu, tetapi ketika merasakan aura mengintimidasi Eleanor, dia terpaksa menelan kembali kata-katanya.Eleanor sangat familier dengan setiap sudut rumah ini. Dia menaiki tangga

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 12

    Keduanya saling bertatapan dengan marah. Tepat ketika Jeremy selesai bicara, ponsel Eleanor tiba-tiba berdering.Eleanor mengatupkan bibir dan mengambil ponselnya. Kemudian, dia menatap Jeremy dengan alis berkerut dan beringsut ke samping untuk menjawab telepon.Suara manis Harry terdengar dari seberang telepon, "Maaf, Ma. Jam tanganku nggak ada baterai tadi. Sekarang aku baru cas di kamar. Kenapa, Ma?""Harry, kamu di mana sekarang?" tanya Eleanor dengan cemas."Di rumah Paman Charlie. Harry anak pintar, tentu saja nggak ke mana-mana," sahut Harry."Cepat jelaskan pada mamamu, jangan sampai dia mengira aku menjualmu," timpal Charlie dengan iseng dari seberang telepon.Eleanor mendongak dan menatap Jeremy dengan raut terkejut. Kemudian, dia memalingkan pandangan dan bertanya dengan suara rendah, "Harry, kamu masih di Leroria?"Harry tidak mengerti mengapa ibunya bertanya begitu. Dia anak yang patuh, mana mungkin dia pergi tanpa izin dan menambah masalah ibunya?"Iya, Ma. Harry masih di

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 13

    Yoana baru tiba di depan ruang kerja dengan membawa sepiring buah ketika percakapan Jeremy dan Andy terdengar di telinganya. Tes DNA? Yoana meremas piring di tangannya.Jeremy ingin melakukan tes DNA dengan Daniel? Apa dia menyadari sesuatu? Apa dia mendengar omongan seseorang yang mendorongnya untuk melakukan tes DNA?Yoana menahan seorang pembantu yang kebetulan lewat dan bertanya dengan cemas, "Apa ada yang datang barusan?""Iya, Nona Eleanor baru saja pergi," sahut pembantu itu.Yoana menggertakkan giginya. Sudah diduga, ternyata wanita jalang itu! Begitu kembali dari luar negeri, Eleanor langsung menuju Kediaman Adrian. Apakah dia belum menyerah dan masih ingin merayu Jeremy?Yoana memaki kesal! Sesuai dugaan, Eleanor masih saja berulah. Dia menggertakkan gigi, lalu menyerahkan piring buah pada pembantu tadi dan mengejar Eleanor.Pada saat yang sama, di ruang kerja.Setelah memberi perintah pada Andy, Jeremy mengambil ponsel dan menelepon seseorang."Kak Jeremy, tumben banget tele

Latest chapter

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 253

    Eleanor cukup mengenal merek pakaian ini. Pakaian dari merek ini sangat mahal, apalagi yang dia kenakan adalah koleksi terbaru musim ini. Harganya pasti lebih mahal. Kartu yang diberikan Eleanor berisi 600 juta, mungkin tidak cukup untuk membayar pakaian itu, tapi saat ini itulah uang yang dia miliki."Ini ...." Andy merasa canggung. Keringat dingin membasahi dahinya.Wajah Jeremy langsung menggelap dan menatap Eleanor dengan dingin. "Aku yang membayarnya."Eleanor terdiam.Andy buru-buru menyelipkan kembali kartu itu ke tangan Jeremy dan mundur ke samping, lalu mencoba menjelaskan, "Bu Eleanor, pakaian ini juga dipilih langsung sama Bos."Eleanor tertegun sejenak. Tatapan Jeremy tidak berpaling dari wajahnya, seolah menunggu sesuatu darinya. Eleanor mengerutkan bibir, lalu berkata dengan sedikit kaku, "Terima kasih."Namun, tatapan Jeremy tetap dingin, menunjukkan bahwa dia belum puas dengan ucapan itu.Andy yang berdiri di belakang terus memberikan kode dengan pandangan matanya yang

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 252

    Kalau Jeremy benar-benar ingin Eleanor meminta maaf, sebaiknya dia lupakan saja. Eleanor tidak akan pernah meminta maaf pada Yoana."Nggak, Bu Eleanor nggak usah minta maaf sama aku." Yoana yang sudah lama mendengarkan dari balik pintu, akhirnya menemukan kesempatan untuk masuk dan menyela percakapan.Dengan langkah yang sedikit goyah, Yoana berjalan masuk dan berdiri di depan mereka berdua. Matanya penuh air mata saat berkata, "Ini bukan salah Bu Eleanor. Ini salahku. Aku mabuk waktu itu, emosiku nggak stabil, itulah yang menyebabkan semua ini terjadi. Ini bukan salah Bu Eleanor."Eleanor tersenyum samar, menatap Yoana. Dia benar-benar pintar.Baru saja Eleanor mengatakan bahwa dia sengaja menyenggol Yoana di tepi kolam renang, Yoana langsung menyalahkan semua tindakannya pada emosi yang tak terkendali akibat mabuk. Dengan alasan seperti itu, siapa yang bisa berkata apa-apa lagi?"Jeremy, jangan salahkan Bu Eleanor."Yoana sengaja mengatakan tidak akan menyalahkan Eleanor, seolah-olah

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 251

    "Malam ini kamu tinggal di sini. Besok aku akan bawa kamu untuk pemeriksaan." Suara Jeremy terdengar tegas dan tidak memberikan kesempatan bagi Eleanor untuk menolak.Eleanor menghela napas, "Kenapa kamu bersikeras aku melakukan pemeriksaan?""Tentu saja aku punya alasan sendiri. Aku cuma memintamu untuk menjalani pemeriksaan, bukan menyuruhmu mati. Apa kamu perlu setegang ini? Atau ada sesuatu yang kamu sembunyikan tentang tubuhmu?"Mata Eleanor bergetar sejenak.Tatapan Jeremy terus tertuju padanya. Sepasang matanya yang kelam menyiratkan kedalaman yang sulit dijangkau. Sorot matanya begitu tajam, membuat Eleanor merasa sulit untuk menghadapi tekanan itu.Eleanor berpura-pura tersenyum santai, "Rahasia apa yang harus aku sembunyikan? Aku cuma nggak suka sama caramu yang selalu memaksakan kehendak.""Ini demi kebaikanmu.""Alasan yang terlalu dibuat-buat." Eleanor mendengus dingin.Dia tahu, alasan itu hanya kedok. Sesungguhnya, Jeremy tidak bisa menolerir ada orang yang berani menyem

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 250

    "Aku akan menyelidiki kejadian hari ini. Kalau benar dia sengaja ingin mencelakaimu, aku akan memaksanya untuk minta maaf padamu."Setelah mendengar ucapan Jeremy, bulu mata Yoana yang lentik bergetar untuk sesaat. Dia menunjukkan senyuman yang penuh kesedihan. "Remy, kamu nggak percaya padaku?"Jeremy menurunkan pandangannya dan menatap Yoana dalam-dalam. Kemudian, dia menjulurkan tangan untuk mendorong Yoana. "Ini lebih adil untuk kalian berdua."Adil? Yoana tak kuasa terkekeh-kekeh dalam hati. Mungkin Jeremy sendiri tidak menyadari bahwa dirinya lebih berpihak pada Eleanor.Tiba-tiba, Yoana melihat seseorang yang berjalan mendekati pintu. Dia memutar bola matanya. Sebuah rencana jahat terlintas di benaknya.Yoana menggigit bibirnya, lalu berdiri sambil menahan rasa sakit pada tubuhnya. Kemudian, dia sengaja menjatuhkan diri ke tubuh Jeremy dan memeluk pinggang Jeremy dengan kedua tangan.Jeremy memperlihatkan ketidaknyamanan di matanya. Dia menarik tangan Yoana turun. Namun, karena

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 249

    Seketika, tangan dan kaki Eleanor terasa dingin. Siapa yang menjawab panggilan ini? Apa mungkin Jeremy?Eleanor lagi-lagi merasa gelisah. Dia segera menelepon Daniel. Setelah waktu yang cukup lama, Daniel akhirnya menerima panggilan. Dia seperti ragu untuk menjawab telepon."Daniel!""Mama!" Setelah mendengar suara Eleanor, Daniel baru berani bersuara, "Tadi aku telepon Mama, tapi Papa yang jawab."Seketika, hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh Eleanor. Dia menahan kegelisahannya sambil bertanya, "Apa yang dia bilang?""Dia nggak bilang apa-apa."Eleanor merasa situasi ini sangat gawat. Pada dasarnya, Jeremy memang mencurigainya. Takutnya, sekarang Jeremy sudah tahu semuanya.Eleanor mengangkat tangan untuk memijat keningnya, lalu berucap, "Ya sudah, Mama sudah tahu. Kamu tidur saja.""Mama ... maaf .... Apa aku membuat Mama repot?" tanya Daniel dengan takut."Nggak kok. Ini bukan salahmu. Mama akan mengatasi semuanya. Kamu tidur saja." Setelah menghibur Daniel, Eleanor pun mengakhiri

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 248

    "Heh." Jeremy terkekeh-kekeh sinis. "Kalau sudah punya tenaga, bangunlah."Usai berbicara, Jeremy bangkit dan pergi ke kamar mandi. Eleanor menahan amarah dalam hatinya dan bangkit. Dia mengambil celana di pinggir ranjang, lalu memakainya dan hendak membuka pintu."Mau ke mana?" tanya Jeremy dengan nada dingin untuk menghentikan Eleanor.Namun, Eleanor tetap membuka pintu dan keluar. Sebelum sempat melangkah lebih jauh, dia malah ditahan oleh pengawal.Jeremy sudah mengenakan setelannya. Dia duduk di sofa kulit sambil menatap Eleanor dengan tenang.Tangan Eleanor yang diletakkan di kedua sisi tubuhnya mengepal. "Apa maumu?""Besok pergi lakukan pemeriksaan.""Siapa?""Kamu.""Pemeriksaan apa?""Pemeriksaan fisik."Eleanor mengernyit. "Untuk apa? Aku nggak sakit.""Nggak sakit? Kulihat kamu sakit kok.""Kamu yang sakit!""Memang benar. Bukannya kamu sudah tahu dari dulu? Pokoknya besok lakukan pemeriksaan fisik. Jangan cerewet."Ekspresi Eleanor tampak bingung. Kenapa Jeremy tiba-tiba m

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 247

    Rambut pendek Jeremy masih meneteskan air. Saat ini, ekspresinya terlihat sangat agresif. Jantung Eleanor sontak berdetak kencang."Jeremy!" pekik Eleanor dengan kaget. Saat berikutnya, Jeremy telah menindih tubuhnya. Aura kuat Jeremy menyelimuti seluruh tubuh Eleanor.Eleanor menatap Jeremy dengan takut. Dia melirik Jeremy, lalu melirik pakaiannya. Dia hanya mengenakan kemeja, sedangkan Jeremy hanya memakai handuk.Jantung Eleanor berdetak kencang. Dia langsung bertanya, "Binatang, apa lagi yang kamu lakukan padaku?"Jeremy menatap Eleanor yang menunjukkan reaksi berlebihan itu. Dia tahu wanita ini salah paham padanya.Jeremy terkekeh-kekeh. Tebersit niat jahat pada tatapannya. "Menurutmu? Bukannya kamu sangat menikmati tadi? Kenapa ekspresimu malah berubah sekarang?"Eleanor tampak tidak percaya. Maksud Jeremy adalah mereka berhubungan intim tadi? Ini tidak mungkin!Eleanor tidak merasakan apa pun pada tubuhnya. Jika mereka benar-benar berhubungan intim, dia tidak mungkin tidak meras

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 246

    Untuk sesaat, Jeremy tidak tahu harus mengatakan apa."Mama?" Daniel menyadari ada yang tidak beres sehingga bertanya dengan hati-hati, "Kamu bukan Mama?"Jeremy memicingkan matanya yang suram, seolah-olah tiba-tiba menyadari sesuatu. Kemudian, dia berujar dengan perlahan, "Dia lagi tidur."Tap! Daniel langsung mengakhiri panggilan.Jeremy sontak kehabisan kata-kata. Dia menatap layar ponsel. Itu bukan nomor telepon Daniel. Tanpa ragu sedikit pun, Jeremy berbalik dan mengambil ponselnya. Kemudian, dia menghubungi kontak Daniel.Telepon berdering cukup lama. Pada saat yang sama, benak Jeremy dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.Siapa sebenarnya anak kecil tadi? Apa itu Daniel? Atau anak Eleanor yang lain? Dia perlu memastikan keraguannya. Segera! Sekarang juga!Pada akhirnya, Harry menerima panggilan. Terdengar suara bingung dari ujung telepon. "Papa Jahat, lihat dulu sekarang jam berapa. Ini sudah larut malam, kenapa kamu masih belum tidur?"Begitu mendengar suara itu, Jeremy cukup ter

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 245

    Sebenarnya apa yang dimaksud dengan lebih lemah dari orang biasa?Jeremy mengeluarkan ponselnya, lalu berkata kepada orang di ujung telepon, "Atur pemeriksaan fisik lengkap untuk besok. Eleanor yang akan diperiksa.""Pemeriksaan fisik lengkap? Bos, Bu Eleanor sakit ya?"Jeremy juga ingin tahu apakah Eleanor sakit atau bukan.Andy pun tidak bertanya lebih lanjut. "Baik, Bos. Aku akan segera mengaturnya.""Hm." Jeremy mengakhiri panggilan, lalu menatap pakaian yang dipakai Eleanor. Matanya bergetar. Setelah menyibakkan selimut, dia melihat Eleanor hanya memakai jubah mandi.Seketika, segala emosinya digantikan oleh kemarahan yang membara. Siapa yang mengganti pakaian Eleanor? Apa itu Charlie? Berengsek!Jeremy merasa darahnya mendidih. Dia berteriak ke arah pintu, "Kalian kemari dulu!"Dokter dan manajer yang berjaga di pintu segera masuk. "Ada apa, Pak?""Siapa yang mengganti pakaiannya?" Wajah Jeremy semakin suram, membuat dokter dan manajer ketakutan hingga memucat.Dokter segera mela

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status