Share

Bab 7

Penulis: Arizah Karimah
Mata Jeremy berkilat tajam dan cengkeramannya mengencang. Eleanor hampir menitikkan air mata, merasa dagunya seakan-akan hampir diremukkan.

Eleanor menggertakkan gigi dan menelengkan kepalanya. Tangannya terangkat untuk menepis cengkeraman Jeremy. Ketika pria itu kembali mencengkeram dagunya, Eleanor berdecak dan menepisnya lagi.

Jeremy beralih mencekik leher Eleanor dan berucap dengan marah, "Lima tahun nggak bertemu, lidahmu masih setajam dulu. Hebat, waktu itu aku benar-benar sudah meremehkanmu. Kamu kuat sekali, bukan? Cobalah lari kali ini."

Eleanor terbatuk-batuk dan membalas, "Jeremy, setelah beberapa tahun nggak ketemu, sepertinya kamu jadi nggak waras. Kita sudah bercerai dan nggak punya hubungan apa-apa lagi. Apa lagi yang kamu inginkan dariku?"

"Apa yang aku inginkan? Eleanor, nyalimu cukup besar! Setelah membunuh anak Yoana, kamu pura-pura mati dan kabur ke luar negeri tanpa merasa bersalah. Apa kamu punya hati nurani?" geram Jeremy dengan mata berapi-api.

Kejadian lima tahun lalu kembali terputar di benak Jeremy. Dia masih ingat betapa terguncangnya dirinya saat menerima bayi mungil dan dua akta kematian itu.

Jeremy tidak bermaksud membunuh Eleanor. Dia tahu bahwa obat aborsi tidak akan berpengaruh di saat kehamilan telah menginjak usia delapan bulan. Dia hanya ingin memberi wanita itu pelajaran.

Setelah mendengar bahwa Eleanor mati, Jeremy hidup dalam penyesalan selama bertahun-tahun. Dia terus merasa bahwa tindakannya terlalu kejam.

Melihat bahwa wanita itu ternyata masih hidup dengan baik, Jeremy hanya bisa memaki kebodohannya. Makin dipikirkan, dia makin kesal dan terdorong untuk mencekik mati Eleanor saat itu juga.

"Bukan aku yang membunuh anak Yoana, jadi kenapa aku harus terbebani? Karena hal itu, kamu meminumkan obat aborsi untuk membunuhku. Untungnya, aku bisa selamat. Kamu nggak senang melihatku masih hidup, hm? Kamu mau mencekikku sampai mati sekarang?" ucap Eleanor.

"Oke, lakukan saja. Tapi, biarpun kamu mencekikku sampai mati, jawabanku tetap sama. Aku nggak menyakitinya, aku nggak perlu merasa terbebani!" tambah Eleanor lagi.

Jeremy memicingkan mata sipitnya. Urat di tangannya yang mencekik leher Eleanor terlihat menonjol. Wanita ini benar-benar keras kepala!

Mata jernih Eleanor memancarkan binar sinis dan keras kepala. Tidak terlihat setitik pun ketakutan di sana. Bahkan setelah lima tahun berlalu, dia masih belum bisa lepas dari pria ini.

Andy terbelalak kaget melihat Jeremy menghempas Eleanor ke tanah dengan marah. Begitu tangan besar itu melepasnya, Eleanor langsung tersungkur jatuh. Dia segera menarik napas dengan rakus sambil memegangi lehernya.

Amarah di hati Jeremy masih belum padam. Dia menatap Eleanor dan berucap dengan sinis, "Kamu masih berani berbohong? Eleanor, sudah lima tahun berlalu, tapi kamu sama sekali nggak berubah. Kamu tetap nggak menunjukkan penyesalan!"

"Tenang saja, aku nggak akan pernah menyesal," balas Eleanor.

Jeremy tiba-tiba tersenyum dingin dan berkata, "Masih keras kepala, hm? Aku mau lihat seberapa lama kamu bisa mempertahankan sikapmu. Pengawal, bawa dia!"

Dua pengawal segera mendekat dan menahan Eleanor.

Mata Eleanor berkilat dingin. Dia segera menepis tangan kedua orang itu. Para pengawal itu terkejut, tidak memprediksi reaksinya yang begitu cepat.

"Jeremy, apa hakmu menangkapku?" tanya Eleanor. Hatinya dilanda keinginan untuk membunuh pria itu.

"Sudah bertahun-tahun berlalu, apa lagi yang kamu inginkan dariku? Karena kamu, aku hampir mati di meja operasi. Karena kamu, aku kehilangan anakku. Penyesalan terbesar dalam hidupku adalah bertemu denganmu. Jeremy, aku membencimu! Aku akan membencimu sampai mati!" seru Eleanor.

Jeremy mengerjapkan mata begitu mendengar Eleanor mengungkit tentang anaknya. Sepertinya anaknya yang satu lagi benar-benar meninggal saat itu.

Jeremy berkata dengan kejam, "Rasakan! Siapa suruh kamu begitu tega membunuh anak orang lain? Kamu menyayangkan nyawa anakmu, tapi kamu nggak menghargai nyawa anak orang lain. Kematian anak itu adalah karmamu ...."

Plak! Sebuah tamparan keras dilayangkan. Wajah Jeremy sontak terteleng ke samping. Suasana di sekitar seketika menjadi hening. Aura dingin memenuhi udara.

Pelipis Andy berdenyut-denyut. Dia ingin kabur saat itu juga. Suasana di sana terlalu mengerikan.

Eleanor menatap Jeremy dengan mata merah. Dia mencurahkan segenap tenaganya ke dalam tamparan tadi, seolah-olah ingin melampiaskan semua sakit hati yang dirasakannya selama ini.

"Karma buruk terbesar di hidupku adalah bertemu denganmu! Jeremy, kamu adalah kesialan terbesar di hidupku!" raung Eleanor.

Semua kemalangan ini dimulai sejak Eleanor menikah dengan pria itu. Gara-gara Jeremy, anaknya yang tidak bersalah harus meninggal di meja operasi yang dingin. Apa hak bajingan itu menceramahinya sekarang!

Jeremy menyeka darah di sudut bibirnya. Mata hitamnya tertuju pada Eleanor, memancarkan niat membunuh yang mengerikan.

Keheningan berlangsung cukup lama. Ketika Andy mengira bosnya akan membunuh Eleanor, Jeremy tiba-tiba meraih kerah wanita itu dan menariknya mendekat.

Jeremy membuka bibir tipisnya dan berucap dengan suara yang sangat dingin, "Bagus, kalau begitu terimalah karmamu ini."

Bulu mata Eleanor bergetar pelan. Detik berikutnya, dia didorong dengan kuat. Dua pengawal segera mencekal kedua lengan Eleanor dan menekannya.

Mata Eleanor berkilat tajam, lalu dia balik mencekal lengan seorang pengawal dan memelintirnya. Pengawal itu langsung menjerit kesakitan dan mundur beberapa langkah sambil memegangi tangannya.

Semua orang di sana tidak menyangka bahwa Eleanor yang terlihat lemah ini ternyata memiliki kekuatan yang begitu besar.

Jeremy juga terkejut dan menyipitkan matanya. Sepertinya Eleanor bertambah kuat selama lima tahun ini. Dia mendekat dan hendak meraih pergelangan tangan wanita itu.

Namun, satu tangan Eleanor langsung mencekal tangan Jeremy tanpa ragu. Kemudian, dia mundur selangkah dan mengerahkan kekuatan, bersiap membanting pria itu.

Jeremy bisa memprediksi gerakan Eleanor. Kakinya yang panjang segera menyapu betis wanita itu.

Eleanor kalah cepat dan berakhir ditindih dengan kuat di atas bodi mobil. Tanpa bicara, Jeremy menahan kedua lengan Eleanor dengan satu tangan, sementara satu tangannya yang lain melepas dasinya.

Melihat itu, mata Eleanor yang dingin akhirnya menunjukkan sedikit ketakutan. Dia berucap dengan marah, "Kamu mau ngapain? Jeremy, lepaskan aku, bajingan! Lepaskan aku!"

Jeremy tersenyum mengejek dan mencibir, "Kemampuanmu nggak ada apa-apanya bagiku."

Sambil bicara, Jeremy mengikat kedua tangan Eleanor dengan dasi. Kemudian, dia menggendong wanita itu di bahunya dan berjalan pergi.

"Jeremy! Orang gila, lepaskan aku! Kamu mau ngapain? Kamu belum puas setelah mengambil nyawa anakku? Kenapa kamu masih muncul di hadapanku? Kenapa kamu masih mau menyiksaku? Aku membencimu, Jeremy! Lepaskan aku! Kamu dengar? Lepaskan aku!" teriak Eleanor dengan liar.

Jeremy melonggarkan gendongannya, hampir menjatuhkan Eleanor dari bahunya. Sebelum Eleanor benar-benar terjatuh, pria itu menangkapnya lagi.

"Kalau kamu berani bicara lagi, aku benar-benar akan menjatuhkanmu," ancam Jeremy.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti Fatimah
go on.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 8

    Eleanor kehilangan kata-kata. Bajingan ini benar-benar keterlaluan!Pada akhirnya, Eleanor dibawa pergi oleh Jeremy.....Harry telah meretas sistem CCTV rumah sakit dan menyaksikan semua yang terjadi. Tangan mungilnya terkepal erat. Berani sekali Ayah Jahat itu menindas ibunya. Tunggu saja pembalasannya!Jeremy membawa Eleanor ke vila. Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita terlalu besar. Dengan kedua tangan terikat, Eleanor sama sekali tidak mampu melawan.Sesampainya di kamar, Jeremy langsung melempar Eleanor tanpa belas kasihan. Untung saja lantai dilapisi karpet tebal, jadi Eleanor tidak begitu kesakitan setelah terjatuh.Jeremy menatap wanita yang masih memasang raut keras kepala itu.Eleanor bertanya padanya, "Apa tujuanmu membawaku ke sini?"Jeremy berjongkok di depan Eleanor dan mencengkeram dagunya dengan satu tangan. Dia menjawab dengan ekspresi dingin, "Kamu sudah membunuh anak Yoana dan menyebabkan satu nyawa hilang. Bukannya menebus kesalahan, kamu hidup bebas di luar.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 9

    Memanfaatkan langit yang gelap, Harry memimpin Eleanor keluar. Keduanya bersembunyi dari pengawal dan menyelinap diam-diam ke garasi.Begitu menemukan mobil, Eleanor segera menggendong Harry masuk. Tanpa buang-buang waktu, dia segera melajukan mobil itu.Sesuai dugaan, terdapat banyak pengawal yang berjaga di luar. Eleanor segera menyalakan lampu jauh.Lampu jauh mengenai wajah para pengawal. Cahayanya yang menyilaukan membuat mereka tidak bisa melihat jelas orang-orang di dalam mobil.Namun, berhubung itu adalah mobil Jeremy, mereka tidak berani menghentikannya. Sebaliknya, mereka membiarkan mobil itu lewat begitu saja.Melihat ibu dan adiknya pergi dengan lancar, Daniel yang baru pulang ke vila pun menyelinap masuk ke kamarnya.Tak lama, listrik di vila kembali berfungsi. Segala sesuatu sepertinya kembali normal.Meski pengawal Jeremy telah mencari ke setiap sudut vila, Eleanor tetap tidak ditemukan. Wanita itu seolah-olah menghilang begitu saja. Dia lagi-lagi kabur!Jeremy berucap d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 10

    "Para penumpang sekalian, pesawat telah mendarat sepenuhnya di Bandara Internasional Ibu Kota. Terima kasih telah terbang bersama kami. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya!"Begitu mendengar pengumuman pramugari, Eleanor membuka mata dan menepikan selimutnya. Kemudian, dia perlahan memandang ke luar jendela. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya dia kembali.Eleanor muncul di terminal kedatangan dengan berbalut mantel cokelat tua, rambut hitam panjang tergerai, dan sepasang sepatu hak tinggi hitam di kakinya.Satu tangan Eleanor menarik koper dan satunya lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia melangkah dengan begitu percaya diri. Aura anggun dan berkelasnya menarik perhatian banyak orang di sekitar.Vivi yang telah lama menunggu pun melepas kacamata hitamnya, lalu menghampiri Eleanor sambil tersenyum manis. Keduanya tersenyum pada satu sama lain, lalu saling memeluk dengan hangat."Eleanor, selamat datang kembali," ucap Vivi."Kangen aku, nggak?" tanya Eleanor."Kangen, dong. Sayang bang

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 11

    Tak lama kemudian, mobil Eleanor tiba di depan Kediaman Adrian. Dia segera turun dan menarik napas dalam-dalam. Biarpun tahu apa yang akan dihadapinya, dia tetap melangkah masuk.Pembantu yang membuka pintu tertegun kaget dan bergumam, "Nyo ... Nyonya?"Pembantu ini adalah pegawai lama Keluarga Adrian. Dia sudah bekerja saat Eleanor masih menjadi Nyonya Adrian. Jadi, dia tentu mengenal wanita itu."Nyo ... Nyonya masih hidup?" tanya pembantu itu. Mengapa Eleanor bisa hidup kembali?Eleanor berucap dengan nada dingin, "Aku dan Jeremy sudah bercerai, jadi kamu nggak perlu memanggilku nyonya lagi. Mana Jeremy?""Tuan baru saja pulang. Sekarang Tuan sedang di ruang kerja," sahut si pembantu.Eleanor langsung melangkah masuk, membuat pembantu itu terkejut."Nyo ... Nona EleanorĀ  ...." Pembantu itu hendak mengatakan sesuatu, tetapi ketika merasakan aura mengintimidasi Eleanor, dia terpaksa menelan kembali kata-katanya.Eleanor sangat familier dengan setiap sudut rumah ini. Dia menaiki tangga

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 12

    Keduanya saling bertatapan dengan marah. Tepat ketika Jeremy selesai bicara, ponsel Eleanor tiba-tiba berdering.Eleanor mengatupkan bibir dan mengambil ponselnya. Kemudian, dia menatap Jeremy dengan alis berkerut dan beringsut ke samping untuk menjawab telepon.Suara manis Harry terdengar dari seberang telepon, "Maaf, Ma. Jam tanganku nggak ada baterai tadi. Sekarang aku baru cas di kamar. Kenapa, Ma?""Harry, kamu di mana sekarang?" tanya Eleanor dengan cemas."Di rumah Paman Charlie. Harry anak pintar, tentu saja nggak ke mana-mana," sahut Harry."Cepat jelaskan pada mamamu, jangan sampai dia mengira aku menjualmu," timpal Charlie dengan iseng dari seberang telepon.Eleanor mendongak dan menatap Jeremy dengan raut terkejut. Kemudian, dia memalingkan pandangan dan bertanya dengan suara rendah, "Harry, kamu masih di Leroria?"Harry tidak mengerti mengapa ibunya bertanya begitu. Dia anak yang patuh, mana mungkin dia pergi tanpa izin dan menambah masalah ibunya?"Iya, Ma. Harry masih di

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 13

    Yoana baru tiba di depan ruang kerja dengan membawa sepiring buah ketika percakapan Jeremy dan Andy terdengar di telinganya. Tes DNA? Yoana meremas piring di tangannya.Jeremy ingin melakukan tes DNA dengan Daniel? Apa dia menyadari sesuatu? Apa dia mendengar omongan seseorang yang mendorongnya untuk melakukan tes DNA?Yoana menahan seorang pembantu yang kebetulan lewat dan bertanya dengan cemas, "Apa ada yang datang barusan?""Iya, Nona Eleanor baru saja pergi," sahut pembantu itu.Yoana menggertakkan giginya. Sudah diduga, ternyata wanita jalang itu! Begitu kembali dari luar negeri, Eleanor langsung menuju Kediaman Adrian. Apakah dia belum menyerah dan masih ingin merayu Jeremy?Yoana memaki kesal! Sesuai dugaan, Eleanor masih saja berulah. Dia menggertakkan gigi, lalu menyerahkan piring buah pada pembantu tadi dan mengejar Eleanor.Pada saat yang sama, di ruang kerja.Setelah memberi perintah pada Andy, Jeremy mengambil ponsel dan menelepon seseorang."Kak Jeremy, tumben banget tele

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 14

    Eleanor memeriksa arlojinya. Hari memang sudah larut. Dia berkata, "Maaf sudah membuatmu tunggu lama. Ayo makan, aku yang traktir.""Karena kamu yang bilang sendiri, aku nggak akan sungkan. Pas banget, aku sudah pesan meja di Le Imperial. Ayo pergi," sahut Vivi.....Yoana mengetuk pintu ruang kerja, lalu mendorongnya dan masuk. Dia melangkah anggun menghampiri Jeremy dan memanggil pria itu dengan ekspresi lembut."Ya," sahut Jeremy pendek. Saat ini kepalanya sangat sakit. Begitu mencium parfum Yoana, dia sontak mengernyit.Yoana mencondongkan tubuhnya mendekati Jeremy dan berkata, "Remy, aku mau pergi makan di Le Imperial sama Tiara. Apa kamu bisa jemput aku nanti?"Jeremy melirik arlojinya, tetapi dia tetap menyanggupi, "Oke."Yoana tersenyum kian lebar, binar licik melintas sekilas di matanya. "Terima kasih, Remy," ucapnya.....Le Imperial adalah restoran top di ibu kota yang terkenal dengan masakan tradisionalnya. Dekorasi interiornya juga klasik dan elegan. Banyak orang dari kala

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 15

    Eleanor bahkan sama sekali tidak melirik undangan itu. Tujuan Yoana hanyalah ingin pamer.Vivi mengamati undangan itu sambil tersenyum. Dia berkata, "Wah! Undangan pertunangan saja sebagus ini."Yoana tersenyum bangga. Namun, Vivi kembali melanjutkan dengan alis terangkat, "Sayang banget kalau undangan sebagus ini dibuang ke tong sampah."Kemudian, Vivi langsung melempar undangan itu ke tong sampah. Setelah itu, dia juga menyeka tangannya dengan tisu basah.Eleanor mengangkat alisnya dan tersenyum. Di sisi lain, Yoana mengernyit dalam dan matanya tiba-tiba berkilat dingin.Tiara mengambil undangan itu dari tong sampah, lalu membantingnya ke depan Eleanor sambil membentak, "Apa maksud kalian? Kak Yoana sudah berbaik hati mengundang kalian, tapi kalian malah nggak tahu terima kasih.""Eleanor, kamu cium sesuatu nggak?" tanya Vivi."Cium apa?" tanya Eleanor."Bau banget," ucap Vivi dengan nada sinis sambil mengipasi udara dengan tangannya."Vivi!" geram Tiara sambil menggertakkan gigi."A

Bab terbaru

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 412

    Bella menggigit bibirnya dengan agak getir. "Hmm.""Semua ini ditulis oleh Jeremy. Awalnya, dia nggak percaya pada hal-hal seperti ini. Tapi karena kamu, setiap malam saat dia nggak bisa tidur, dia berlutut di depan altar dan berdoa. Totalnya ada 248 halaman, dia melakukannya selama 62 hari berturut-turut."Eleanor menatap buku tebal itu. Setiap halaman ditulis dengan rapi, semuanya adalah tulisan tangan Jeremy. Hatinya sedikit bergetar.Eleanor tidak tahu apakah Jeremy benar-benar percaya pada dewa, tetapi yang jelas, dia menulis ini sambil berdoa, sambil menyesali perbuatannya, sambil menyalahkan diri sendiri, sambil merasakan sakit.Melihat tulisan-tulisan itu, Eleanor bisa membayangkan sosok seorang pria yang menunduk sambil mencatat setiap tulisan dengan penuh ketulusan."Jeremy memang pernah menyakitimu. Selama kamu menghilang, dia hidup dalam penderitaan setiap hari, bahkan gangguan tidurnya semakin parah sampai nggak ada obat yang berkhasiat.""Dia sama sekali nggak bisa tidur.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 411

    Eleanor mengernyitkan alisnya. "Nggak ada."Semua barang milik Eleanor sudah disimpan oleh Jovita, tidak ada yang tersisa lagi.Jovita menatap mata Eleanor, seolah-olah ingin memastikan yang dikatakan Eleanor memang benar. "Eleanor, coba pikirkan lagi baik-baik, benaran nggak ada benda lain?""Nggak ada," jawab Eleanor dengan tegas sambil menggelengkan kepala. Semua barang peninggalan ibunya untuknya berada di Keluarga Haningrat karena saat itu dia masih berusia puluhan tahun. Dia yang tidak memiliki persiapan apa pun tidak mungkin bisa melawan kelicikan dari Robert dan Felicia, sehingga semua barang itu tidak pernah sampai ke tangannya.Ekspresi Jovita berubah dan menganggukkan kepalanya, seolah-olah merasa lega."Nenek, kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Eleanor.Jovita langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak ada apa-apa. Hanya saja tiba-tiba teringat, jadi aku coba bertanya padamu."Eleanor yang cemberut pun menganggukkan kepala dengan

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 410

    "Di mana Nenek?" Eleanor tidak ingin membuang waktu berbicara dengan Tiara.Meskipun Eleanor tahu Tiara hanyalah alat yang dimanfaatkan oleh Yoana untuk menanggung kesalahannya, Tiara tetap memiliki niat buruk terhadap anak-anaknya dan bersedia dimanfaatkan secara sukarela.Saat ini, Eleanor tidak punya waktu untuk berurusan dengannya. Selama Tiara tidak menimbulkan masalah lagi, Eleanor akan menganggapnya tidak ada.Tiara tertegun sejenak sebelum menunjuk ke lantai atas. "Nenek ada di atas."Eleanor langsung menaiki tangga. Begitu dia pergi, Tiara buru-buru menelepon ayah dan ibunya. "Ayah, Eleanor masih hidup ...!"Eleanor tiba di depan kamar Jovita dan mengetuk pintu dengan pelan. Sesaat kemudian, terdengar suara dari dalam. "Masuk."Eleanor membuka pintu dan melangkah masuk. Jovita yang memakai kacamata rabun tua sedang duduk di kursi malas dekat jendela besar sambil merajut sesuatu. Cahaya matahari menyelimuti tubuhnya, memberikan kesan hangat dan damai.Ketika dia mengangkat kepa

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 409

    "Kukembalikan kepadamu," ujar Jeremy.Charlie mengangkat alis. "Kamu menyelidikiku?"Jeremy menatapnya dengan tenang. "Aku cuma menebak."Selama dua bulan terakhir, kecurigaan Jeremy terhadap Charlie tidak pernah surut. Dia terus mengawasi Charlie dan akhirnya menemukan sejumlah besar uang yang keluar dari rekeningnya.Empat triliun. Bukan jumlah kecil, cukup untuk membeli sebuah kediaman mewah atau barang berharga lainnya. Anehnya, Charlie hanya mengeluarkan uang tanpa membeli aset apa pun.Lebih mencurigakan lagi, transaksi itu terjadi tepat tiga hari setelah Eleanor menghilang. Ditambah dengan pengakuan Eleanor bahwa dia terkena racun yang sangat langka, Jeremy menyimpulkan bahwa uang itu kemungkinan besar telah digunakan untuk menyelamatkan Eleanor.Jika itu memang untuk Eleanor, Jeremy merasa sudah seharusnya dia kembalikan.Charlie tertawa kecil, meletakkan cek itu di atas meja dengan santai. "Kamu ini siapa? Berani sekali kamu menggantikan dia membayar utangnya?"Jeremy menyahut

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 408

    Langkah kaki Eleanor terhenti sejenak. Masa dia tidak berani duduk di sofa rumah sendiri?Dengan tenang, dia mendekat dan duduk. Jarak di antara dia dan Jeremy tidak terlalu dekat, tetapi juga tidak jauh, cukup untuk satu orang duduk di antara mereka.Tidak ada yang berbicara. Seolah-olah mereka memang hanya tidak bisa tidur dan duduk untuk menonton film. Namun, nyatanya tidak ada yang benar-benar menonton.Saat film diputar hingga setengah, Jeremy tiba-tiba merasakan beban lembut di bahunya. Hatinya bergetar. Dia menoleh sedikit, dagunya tanpa sengaja menyentuh dahi Eleanor yang tertidur lelap.Perlahan-lahan, dia mengangkat tangannya, setengah merangkul wanita itu. Bibirnya membentuk senyuman tipis.Dia menggendong Eleanor dengan hati-hati, seolah-olah mengangkat barang paling berharga di dunia. Kemudian, dia berbaring di samping Eleanor.Aroma wangi yang samar dari tubuh Eleanor terasa menenangkan, perlahan meredam kegelisahan dalam hati Jeremy. Jeremy menunduk untuk mengecup dahiny

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 407

    Eleanor memberikan satu set pakaian untuk Vivi, sementara Jeremy sudah membawa anak-anak ke ruang tamu.Lima menit kemudian, mereka semua duduk di ruang tamu, saling bertukar pandang. Vivi melihat Jeremy, lalu Eleanor, kemudian menatap mereka berempat. Di tengah keluarga ini, keberadaannya benar-benar terasa berlebihan.Saat berikutnya, dia teringat kejadian di restoran tadi. Mereka berdua ... mau balikan? Vivi berpikir, merasa lebih baik tidak ikut campur urusan asmara orang lain. Jadi, dia mengambil tasnya dan berdiri. "Aku paham, aku paham."Karena tidak ingin merusak momen, dia langsung bersiap untuk pergi. "Aku datang lagi lain kali."Dalam sekejap, Vivi melesat keluar. Eleanor melihat kepergiannya yang secepat kilat, merasa Vivi sudah sangat mahir dalam seni melarikan diri.Eleanor menatap Jeremy. "Kamu benar-benar mau menginap di sini?""Kalau tidur di luar, aku bisa mati kedinginan. Jadi ...." Jeremy menarik sudut bibirnya. "Kasihanilah aku."Eleanor mengangguk. Dia tidak sekej

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 406

    Jeremy terdiam sejenak, lalu menghela napas. Akhirnya, dia berkata, "Mobilku rusak."Mobil rusak, artinya dia tidak bisa pulang.Eleanor menatapnya. Pria ini ingin menginap? Jangan mimpi!Berpura-pura tidak mengerti, Eleanor berujar, "Tunggu sebentar."Jeremy tidak tahu maksudnya, sampai dia melihat Eleanor mengambil kunci mobil dan menjelaskan di mana mobilnya diparkir dengan sabar. "Pakai saja, besok suruh orang antar kembali."Jeremy menatap kunci mobil di telapak tangannya, lalu tiba-tiba tersenyum. Wanita ini sengaja!"Tebak gimana aku bisa membawa mereka ke sini?" tanyanya."Hm?" Eleanor berkedip bingung."Aku bilang kalau aku nggak melihatmu, aku akan mati. Kalau aku pulang, apakah orang tua keras kepala itu akan memindahkan rumahnya ke sini malam ini juga?"Eleanor melihat kedua anak yang dipegangnya. Dia tahu betapa keras kepala dan semena-menanya Simon. Pria tua itu memang akan melakukan hal seperti itu.Jadi, maksud Jeremy adalah kalau dia di sini, anak-anak di sini. Kalau d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 405

    Simon perlahan-lahan menuruni tangga. "Sudah tengah malam, kalian mau ke mana?""Nggak bisa tidur, jadi mau jalan-jalan sebentar," balas Jeremy dengan tenang sambil menoleh, tanpa tanda-tanda berbohong."Nggak bisa tidur, jadi jalan-jalan?" Simon mengulangi kata-katanya, lalu mendengus dingin. "Jalan-jalan sebentar, lalu ujung-ujungnya pergi menemui Eleanor, 'kan?"Ekspresi Simon penuh dengan ketegasan. Kedua anak itu tinggal di rumah Keluarga Adrian. Selama Eleanor masih hidup, cepat atau lambat dia pasti akan kembali.Melihat perubahan sikap kedua anak itu terhadap Jeremy, Simon pun bisa menebak bahwa Eleanor pasti masih hidup dan sudah kembali. Hal ini membuat tatapan Simon dipenuhi kekhawatiran.Jeremy menggigit bibirnya erat-erat, lalu tiba-tiba berkata dengan nada ringan, "Aku hampir mati.""Apa?" Simon mengernyit tajam."Gangguan tidur. Bastian bilang kalau aku nggak segera mendapat perawatan, aku akan mati." Nada suara Jeremy begitu datar, seolah-olah dia hanya sedang membicara

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah KejamĀ Ā Ā Bab 404

    Jeremy mengusap keningnya, berjalan ke sisi tempat tidur. Dia melihat dua bagian pada selimutnya sedikit menggembung dan terus bergerak seperti ulat.Dia menarik selimut itu. Di bawahnya, terlihat dua bocah kecil yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Mereka menatapnya dengan senyuman penuh harapan."Papa, akhirnya kamu datang! Malam ini kami tidur bersamamu ya. Cepat naik!"Harry menepuk tempat di sebelahnya, sementara Daniel bergeser ke samping, memberikan ruang yang lebih luas untuk Jeremy.Alis Jeremy berkedut keras. "Kalian sedang merencanakan apa?""Papa 'kan susah tidur malam-malam. Nih, buatmu."Jeremy menatap buku pelajaran yang tiba-tiba diselipkan ke tangannya. Alisnya semakin berkedut. "Buat apa ini?""Baca buku! Aku selalu mengantuk kalau baca buku. Sangat efektif. Coba saja!"Jeremy sungguh kehabisan kata-kata melihat tingkah mereka.Harry masuk ke dalam selimut, lalu menatap Jeremy. "Cepat baca."Jeremy mengusap keningnya dengan pasrah. "Kalau ada sesuatu yang in

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status