Share

Bab 3. Bunuh Diri

Tepat menjelang malam Vea telah di eksekusi oleh William, waktu sangat cepat berlalu membuat wanita itu akhirnya bisa menyatu dengan Wiliam, perasaan hancur, sedih, menyesal menjadi satu, Vea masih tidak percaya dirinya akan tidur dengan pria asing.

"Hiks, kamu sudah memperkosa aku, rasanya aku jijik melihatmu di dekatku, aku minta kamu keluar dari kamar ini, Wiliam! Keluar dan jangan tampakkan wajahmu di hadapan akan!"

Saat Vea sudah sangat lemas dan nyeri diberbagai bagian tubuhnya, Wiliam tidak memperdulikan itu, tugasnya sudah selesai, dia juga mengambil kembali pakaian dan celananya yang ada di lantai, kesedihan Vea menyakitkan dadanya yang terasa sesak.

"Tugasku selesai, istirahatlah jika kamu memang lelah, nanti malam aku mau kamu bisa makan malam denganku di sebuah restoran dekat dari sini, kamu pasti akan menyukainya," ujar Wiliam keluar dari sana.

Tidak peduli dengan ucapan Wiliam, Vea masih meringkuk menangis tersedu-sedu tidak tertahan lagi, tentu apa yang dilakukan Wiliam padanya bukan hal yang mudah diterimanya, selama ini Vea selalu menjaga kehormatannya bagaimanapun caranya. Disamping kesedihannya belum juga mereda, Vea mengambil guci kecil hiasan bunga yang ada di atas lemari laci dekat tempat tidur.

"Ini dia! Selamat tinggal duniaku yang sudah hancur, aku tidak mau menjalani semuanya sendiri lebih hancur daripada kehidupanku yang dulu, pria tua itu berhasil menghancurkan kesucianku, lebih baik aku mati," tuturnya sudah menodongkan guci yang sudah dibanting olehnya.

Tidak ada yang mendengar suara pecahan itu dikarenakan Wiliam sedang mandi dengan shower, apalagi ketiga istrinya yang lain sedang bersiap untuk pergi ke tempat di mana Wiliam telah memesannya. Vea perlahan menutup matanya dengan tubuh dan pergelangan tangannya yang telah keluar darah cukup banyak.

Pukul 19.00

"Oh, tidak! Tolong ...."

"Astaga! Dia bunuh diri Kak Silvi, bagaimana kalau Mas Wiliam tau wanita ini nekat dan kita hanya memergoki sudah terjadi, suami kita pasti marah besar," kata Ria takut juga dengan kemarahan Wiliam.

Silvi masih mematung karena dia sendiri yang pertama membuka pintu, Ria ada di belakangnya terus bicara tanpa memiliki inisiatif berteriak Wiliam datang.

"Kak Ria, Kak Silvi, apa kalian membunuh Vea? Aku tidak menyangka kalau kalian tega membunuh madu kalian, baru aku tinggal untuk mengambil sepatuku, tapi kenapa ada acara bunuh membunuh di rumah ini," ucap Cici panik dengan apa yang dilihatnya.

Ria tidak terima dituduh pembunuh oleh Cici, dia telat masuk kamar sebelum mereka berdua, makanya tidak tahu apa yang terjadi di sana, dirinya juga tidak mengerti kenapa pikiran Vea sangat dangkal melakukan bunuh diri dan menyakiti dirinya sendiri.

"Jangan seenaknya ya, dia bunuh diri tau, kita berdua masuk, lihat Kak Silvi masih syok dengan apa yang dia lihat, aku juga tidak tau apa yang harus dilakukan, Mas Wiliam akan memarahi kita bertiga bukan? Aku juga takut dia mati karena ulahnya sendiri, tapi kita bertiga yang disalahkan," balas Ria menjelaskan pada Cici.

Tidak lama setelah Ria selesai bicara, Wiliam masuk dengan pakaian rapihnya. Namun apa yang dia lihat di dalam kamar Vea, tentu mengejutkan untuknya, tiga orang istrinya berada di depan Vea yang sedang terbaring berlumuran darah.

"Apa yang kalian lakukan padanya? Kalian tidak segera memanggilku, lihat darahnya mengalir terus menerus, ada apa dengan kamu Silvi, kenapa wajahmu terpaku seperti itu?"

Tangannya mengangkat tubuh Vea lebih cepat, Wiliam mengenal betul ketiga istrinya, tidak mungkin mereka tega membunuh Vea, apalagi Vea memang memiliki riwayat yang kurang baik dalam hal mental, dikarenakan Vea selalu hidup sebatang kara.

"Bodoh! Kenapa kamu melakukan hal bodoh seperti ini Vea? Aku minta maaf, aku tidak menuruti apa yang kamu mau sebelumnya, aku menyesal sudah memaksamu," ucapnya sudah memasuki mobil.

Silvi, Ria dan Cici berada di mobil belakang, Cici yang mengendarai mobilnya, Wiliam teramat panik mengendarai mobilnya sendiri, Vea semakin pucat dan suhu tubuhnya begitu dingin.

"Mas Wiliam pasti hancur, aku percaya Vea akan bisa diselamatkan, kita harus berdoa untuknya, walau bagaimana Vea adalah madu kita bertiga, kan? Aku harap tidak terjadi hal serius padanya," kata Silvi yang sudah mulai bersuara kembali.

Pandangan Silvi terhadap pilihan Wiliam mengambil Vea menjadi istrinya sedikit menyulitkan, pasalnya Vea bukan tipe wanita yang gila akan uang dan kehidupan mewah seperti Cici dan Ria.

"Aku rasa Vea akan kritis, kamu bisa lihat kan darah yang keluar dari tangannya sangat banyak. Aku khawatir Mas Wiliam akan menjadi gila kalau Vea kenapa-kenapa," cerocos Ria.

Ria yang paling tidak bisa diam dari tadi, dia yang selalu dengan tabiatnya tukang masak alias koki terkenal itu memang tidak ada henti-hentinya bicara.

Sudah tiba di rumah sakit, Wiliam telah bersama dengan dokter yang menangani Vea, ternyata kondisi wanita itu cukup parah, tetapi masih bisa diselamatkan karena Wiliam cepat membawanya ke rumah sakit.

"Berapa lama Vea akan menjalani pengobatannya dokter? Apa secepatnya, karena dia sedang progam hamil anak kami, dia hanya sedang ceroboh dengan tindakan nekatnya, tapi dia pasti tidak akan mengulanginya lagi," ucapnya pada dokter.

Dokter sudah menduga Vea mendapatkan tekanan batin dari keluarganya, terlebih mengetahui itu adalah Wiliam pengusaha makanan dan minuman terkenal yang banyak dibicarakan orang dan awak media.

"Kami akan melakukan yang terbaik agar pasien bisa secepatnya pulih, nanti kita bisa bicarakan kembali untuk beberapa hari ini melihat kondisi pasien seperti apa? Kita akan kabari secepatnya," balas dokter.

Pria itu meremas tangan kirinya, kebiasaan dirinya sejak masih sekolah dasar ketika dirinya sedang merasakan kecemasan dan rasa takut kehilangan.

"Baiklah dokter, tolong lakukan yang terbaik untuk istriku, aku mau dia normal kembali, tidak bisa dibayangkan kalau progam hamil kami akan gagal gara-gara ini."

Dokter menggelengkan kepala, rupanya Wiliam termasuk orang yang pemaksa menginginkan segala sesuatu. Sedangkan Silvi, Ria dan Cici sudah ada di depan pintu ruangan rawat Vea, ternyata Vea memang cukup parah, mereka hanya diperbolehkan berada di luar ruangan sampai Vea dinyatakan sembuh dari masa kritisnya.

"Lihat baik-baik perbuatan kamu Mas, kamu terlalu memaksanya, apa yang sudah kamu lakukan menekannya sampai berbuat yang seperti ini, kamu harus ingat kalau aku ini juga istrimu yang paling tertua, seharusnya kamu bisa bicara dulu sama aku," protes Silvi berani di depan Wiliam.

Meringkuk tubuh Wiliam berada dalam dekapan Silvi, dia menangis menyesali apa yang dia lakukan pada Vea berakibat fatal, Cici dan Ria diberikan kode oleh Silvi untuk pulang lebih dulu dan membiarkannya berdua dengan Wiliam.

"Aku salah, tapi aku hanya ingin segera diberikan keturunan, kamu tau kan berapa lama kita menikah dan aku juga menunggu dari Ria dan Cici, hasilnya tidak ada, sekarang aku menemukan orang yang tepat, aku sudah mencobanya tinggal tunggu hasil, tapi aku malah membuatnya bunuh diri," lirihnya mengeluarkan butiran-butiran air mata perlahan.

Tangan Silvi menepuk-nepuk bahu suaminya, dalam dekapan itu dia juga menangis, semua terjadi atas dasar idenya agar suaminya memiliki istri lain apabila menginginkan keturunan.

"Sudahlah Mas, jika kamu menyalahkan diri sendiri, kamu juga harus menyalahkan akarnya, yaitu aku yang menyuruh kamu menikah dan menikah lagi, aku yang salah Mas, aku sudah buat kamu berani seperti itu, kamu tau kan, aku cuma mau kamu bahagia."

Dalam dekapan keduanya mengeluarkan segala kegundahannya, Wiliam tidak mengerti kenapa Silvi begitu sedih melebihi dirinya.

"Tapi aku belum bahagia kalau Vea masih tidak bisa memberikan aku anak seperti kamu sayang, kamu tau kan aku membutuhkan keturunan untuk masa depan perusahaan aku, aku capek harus menunggu terus," keluhnya.

Masih Wiliam membahas yang namanya keturunan, padahal Silvi tengah mencoba meredakan kesedihannya, seolah-olah Wiliam juga menyudutkannya sebagai wanita mandul.

"Cukup Mas Wiliam! Kamu terus bicara mengenai anak dan anak! Seolah dunia akan berhenti kalau belum ada anak!" hardiknya geram pada suaminya, Silvi pergi dengan tatapan tak menyukai sikap Wiliam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status