Share

Bab 8. Pulang Ke Rumah

Vea menundukkan kepala tidak mau Wiliam bertambah marah padanya. Mereka hampir sampai di rumah, tentu tidak akan jauh-jauh dari ketiga istri Wiliam yang selalu antusias menyambut wanita lain masuk ke dalam rumah.

"Selamat datang di rumah kembali Vea dan Mas Wiliam."

Silvi lebih dulu menyambut dengan membawakan kalung bunga-bunga yang segar, sedangkan Cici dan Ria menggandeng keduanya agar bisa lebih cepat masuk ke dalam rumah setelah keluar dari mobil.

"Apa yang kalian lakukan lagi? Apa ini adalah penyambutan untuk madu kalian? Orang di rumah ini sangat aneh, aku baru bertemu dengan kalian semua. Tidakkah kalian bertiga merasakan cemburu?"

Ucapannya dihiraukan oleh mereka. Hanya beberapa menit Vea dan Wiliam sudah ada di dalam rumah bersama Silvi, Ria dan Cici, mereka melihat ruangan telah banyak hiasan yang telah disiapkan ketiganya. Namun, tidak begitu membuat Vea merasakan kebahagiaan.

"Aku mau istirahat, bisakah kamu biarkan aku istirahat hari ini sebelum kamu akan mempertemukan dengan kedua orang tuaku?"

Tentu Wiliam tidak akan memaksakan Vea bisa terus ada di acara penyambutan yang dibuat ketiga istrinya, segera Wiliam memberikan kode jika Vea bisa langsung menempatkan kamar yang pernah menjadi miliknya.

"Mas, apa Vea akan setuju tentang pernikahan kalian tidak atas dasar cinta? Kamu kan janji akan memberikan kita bertiga anak dari rahimnya."

Silvi memulai pembicaraan pada suaminya yang hampir terkena flu akibat pakaian yang basah tadi, tetapi Wiliam tidak bisa mengabaikan ketiganya hanya karena satu istrinya yang masih sulit di taklukkan.

"Dia akan memberikan kita anak yang banyak, kalian tinggal tunggu waktunya, kamu tau dia sudah pulang ke rumah, itu artinya dia setuju dengan pernikahannya."

Penuturan Wiliam membuat ketiganya saling adu pandang, seakan menyembunyikan sesuatu yang sangat rahasia. Namun, Silvi memegang lengan Wiliam.

"Baguslah Mas, aku rasa rumah ini akan sangat ramai dengan kehadiran anak-anak, aku sudah tidak sabar menunggu semuanya terjadi, aku pun mau menjadi penjaga Vea ketika dia hamil nanti, yang penting anaknya akan memanggilku mama."

Silvi bersikeras menginginkan panggilan mama, sedangkan kedua madunya hanya mendengarkan saja tanpa mengatakan apa-apa.

"Tentu sayang, kamu akan dipanggil mama, aku akan dipanggil papa, dan Vea sendiri bisa dipanggil mami atau kita suruh dia melahirkan empat anak dan yang tiganya untuk kalian," balasnya.

Impian yang dari dulu diinginkan Wiliam seluruh istrinya membawa anak masing-masing, Wiliam pun tidak peduli dari mana rahim yang akan melahirkan anaknya, yang terpenting itu adalah anak dari benihnya sendiri.

"Apa itu tidak berat untuk Vea, Mas? Dia pasti tidak akan setuju kalau melahirkan empat anak dan menyerahkan pada kita bertiga yang mandul ini."

Kembali Silvi mengkhawatirkan reaksi Vea di kemudian hari, mungkin akan keberatan dan menganggap semuanya tidak adil untuknya.

"Sudahlah, dia pasti akan mengerti tentang semua ini, kalian juga berhak bahagia bersamaku, termasuk memiliki anak bersama-sama."

Perbincangan mereka terdengar oleh Vea yang bersembunyi tidak jauh dari sana, sebelumnya Vea hanya ingin bicara pada Wiliam mengenai kunci kamarnya yang belum diberikannya, tetapi dia mendapati kenyataan yang tidak mengenakan.

"Jadi begitu rupanya kalian memiliki tujuan terselubung padaku? Rahimku akan dimiliki kalian semua tanpa memikirkan nyawaku yang bisa meninggal saat proses persalinan? Kalian jahat!"

Terpampang jelas muka Vea di depan keempatnya, termasuk Wiliam tercengang tidak percaya jika Vea mendengarkan sangat jelas obrolannya dengan ketiga istrinya.

"Tunggu Vea, kamu salah paham, jangan berpikir kita tidak adil padamu, tapi kami semua hanya ingin berbagi kebahagiaan satu sama lain, kamu harus mengorbankan semua itu untuk kami."

Tidak ada yang bisa memahami Vea sekarang, ketiga istrinya pun sekarang bisu tanpa suara setelah ketahuan oleh Vea.

"Aku mau pergi dari sini! Aku mengira kamu pria yang cukup baik karena mau mengorbankan tubuhmu yang hujan-hujanan demi aku, tapi lihat niat busukmu bersama mereka? Nyatanya kalian mau memperdaya rahim yang aku miliki! Mana ada seorang ibu yang akan memberikan dengan mudah anaknya pada orang lain, tidak akan ada yang seperti itu, Wiliam!"

Sungguh hati Vea sangat hancur menerima kenyataan jika keempat orang ini begitu berniat tidak baik padanya, dengan cepat Vea mengarah pada pintu depan untuk keluar dari rumah besar Wiliam.

"Tunggu! Tunggu dulu Vea, kamu jangan pergi, kita bukan orang lain, mereka juga bukan orang lain lagi bagimu, tolong kami semua, berikan kami anak yang kami inginkan, kamu pasti akan jauh lebih bahagia bersama kami."

Pencegahan Wiliam berhasil membuat Vea terhenti di depan pintu, Silvi, Ria dan Cici pun berdiri tepat di belakang mereka yang masih tidak mau membuka mulut.

"Cukup Wiliam! Kamu tau niatku kembali ke sini karena janjimu yang mau mempertemukan aku dengan kedua orang tuaku, tapi kalian dan kamu mengecewakan aku sedalam ini."

Berontak Vea melepaskan diri dari tangan Wiliam yang terus memegangnya erat, tidak ada pilihan lain untuk menunda kepergian Vea dari rumah.

"Berikan semua itu, maka kamu akan bertemu dengan kedua orang tuamu, kamu tau kan semua yang ada di dunia ini tidak ada yang gratis, maka kamu harus memberikan anak pada kami semua."

Vea menoleh ke arah Wiliam dengan penuh murka dan rasanya ingin mencabik pria yang sudah mengancamnya itu, termasuk pemaksaan dirinya yang harus melahirkan sampai empat kali hanya untuk kesenangan mereka berempat.

"Cih! Rupanya ini yang dari tadi kamu mau Wiliam! Jadi kamu memanfaatkan kedua orang tuaku hanya untuk tujuanmu bersama ketiga istrimu itu 'kan? Aku tidak mau. Biarkan aku pergi dari sini!"

Hampir tidak bisa lagi menahannya, kini Wiliam bergerak menggendong Vea untuk dibawanya ke dalam kamar, dengan berontak Vea terus memukulinya, tetapi Wiliam terus membawanya ke dalam kamar.

"Lepaskan bodoh! Lepaskan pria tua yang tidak tau diri! Kamu penipu! Aku membencimu! Lepaskan aku Wiliam!"

Teriakan Vea membuat Wiliam semakin marah dan akhirnya menurunkan Vea di atas tempat tidur yang telah di rapihkan kembali oleh para asisten rumah tangga sebelum mereka kembali ke rumah.

"Diam! Jangan berisik dan jangan banyak tingkah! Sudah aku bilang semuanya akan berjalan sesuai yang aku mau termasuk kamu harus melahirkan empat anak, aku tidak akan mengingkari apa yang sudah menjadi janjiku padamu, kamu akan bertemu dengan kedua orang tuamu."

Tiba-tiba setelah berucap keras pada Vea, Wiliam mendapatkan pesan masuk yang membuatnya merubah raut wajahnya seketika itu juga melihat ke arah Vea.

"Pria sialan! Kamu terus mengubah takdir hidupku sesuai yang kamu mau. Aku muak! Aku mau pergi dari sini bodoh! Lepaskan aku dari ruangan terkutuk ini!"

Tangannya memegang ponsel yang dari tadi mengetik, walaupun Vea terus berteriak padanya, Wiliam hanya terus melihat ke layar ponselnya, dengan berat hati Wiliam mengatakan pada Vea.

"Lupakan saja kedua orang tuamu, biarkan takdirmu hanya untuk aku dan istri-istriku yang lain, aku tidak mau kamu dibawa kedua orang tuamu."

Kata-kata Wiliam mendadak menyayat hati Vea, bagaimana bisa dirinya melupakan kedua orang tuanya? Ada apa dengan Wiliam yang tiba-tiba menyuruhnya melupakan mereka?

"Tidak mau! Dasar kamu penipu! Bilang saja kamu memang tidak mau menepati janjimu untuk mempertemukan aku dengan mereka!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status