Share

Bab 7. Informasi Tentang Ayah

"Berdirilah Wiliam! Kamu jangan seperti anak kecil yang terus merengek meminta keinginanmu bisa aku wujudkan, aku bukan orang yang tepat untuk memberikan kamu anak, percayalah aku bukan wanita yang kamu cari, segera ceraikan aku."

Dengan cepat tangan Vea melepaskan tangan Wiliam yang terus menggenggamnya, tidak mau lagi berlama-lama berhadapan dengan pria tua yang membuat Vea rasanya ingin murka.

"Vea, jika kamu menuruti aku, sesuatu sudah aku siapkan untukmu, aku mendapatkan informasi mengenai kedua orang tuamu, tentang keberadaan ayahmu Aziz, itu juga kalau kamu masih menganggapnya sebagai orang tuamu, ikutlah denganku."

Mungkin dengan cara ini Vea akan mau diajaknya pulang, setidaknya wanita itu tidak menghindarinya. Informasi yang Wiliam dapatkan termasuk valid dan lengkap dibutuhkan oleh Vea selama ini.

"Ayahku? Di mana dia? Apa kamu serius mengetahui keberadaan ayahku? Selama ini aku ingin bertemu dengannya dan bertanya banyak tentang, kenapa aku dibuang ke panti asuhan? Apa salahku? Apa ayahku tidak sayang padaku?"

Sekarang Vea mengingat betul tujuannya melarikan diri dari panti asuhan di mana dirinya dibesarkan, termasuk saat hidupnya harus mencari-cari pekerjaan hanya untuk sesuap nasi.

"Percayalah padaku Vea, ikut denganku pulang dan kita akan bertemu dengan orang tua yang sudah tega meninggalkan kamu, aku janji padamu, kamu bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kamu selama ini."

Janji Wiliam menarik untuk Vea, dikarenakan informasi yang didapatkan Wiliam bukan sebuah omong kosong belaka, Vea tahu suaminya ini bukan orang sembarangan.

"Baiklah, aku akan pulang denganmu, tapi hanya sebatas karena aku mau bertemu dengan kedua orang tuaku, kalau kamu mengingkari atau berbohong tentang informasi itu, maka aku sendiri yang akan pergi darimu," balas Vea melebarkan matanya.

Kebahagiaan terlihat dari wajah Wiliam, dia berhasil membujuk Vea yang keras kepala, Wiliam segera berdiri dan membukakan pintu mobil untuk istri keempatnya ini.

"Silakan masuk ratuku yang keempat," ucapnya menjijikkan terdengar oleh Vea.

Dalam perjalanan pulang ke rumah Wiliam, Vea sendiri masih sedikit bimbang ingin bertemu kedua orang tuanya, ada perasaan siap dan tidak siap untuk menjelaskan ataupun meluapkan segala yang dia rasakan selama ini di depan mereka, apakah bisa?

"Aku senang kamu mau pulang denganku Vea, nanti aku akan memerintahkan orang suruhanku untuk mencari informasi kembali mengenai kapan waktu yang tepat bisa bertemu dengan mereka."

Saat Wiliam bicara, Vea sibuk dengan sendirinya menatap ke arah luar kaca mobil, termenung memikirkan apa yang akan terjadi jika dia bertemu dengan kedua orang tuanya. Wiliam menghentikan mobil mendadak membuatnya kaget dan melihat ke arah suaminya.

"Bisa bawa mobil, tidak? Kamu mau kita mati di sini? Kalau tidak aku turun sebelum nyawaku melayang di tangan kamu, bukannya aku bertemu dengan kedua orang tuaku, malah aku ada di alam lain," protes Vea terus menyalahkan Wiliam.

Pintu mobil terbuka untuk Wiliam bisa keluar dari mobilnya, dia juga secepat kilat membukakan pintu Vea agar wanitanya juga ikut dengannya menikmati indahnya sore menjelang malam.

"Keluarlah, aku mau kita bicara dulu berdua. Dari tadi aku melihat kamu melamun, tidak baik jika kamu terus seperti itu, kita bisa bicara terbuka agar aku dapat membantumu, aku punya tempat yang cocok untuk kita bicara."

Terpaksa Vea turun dari mobil mengikuti Wiliam yang sekarang naik di depan mobilnya, pemandangan jalanan yang semakin ramai tidak membuatnya malu, dia duduk di sana melihat ke arah langit di atas diikuti Vea yang mulai duduk terheran-heran dengan tingkah Wiliam.

"Untuk apa kamu terus menatapnya? Itu hanya langit yang jauh dan sulit kamu gapai, bahkan mungkin kamu tidak akan pernah mencapainya walaupun dengan kedudukan kamu saat ini, terlalu tinggi untuk kamu Wiliam, apalagi aku."

Lirikan mata Wiliam mengarah pada Vea yang sudah mulai bicara, pikirannya sedikit berkurang memikirkan kedua orang tuanya. Wiliam bisa membuat Vea tenang berada di sampingnya tanpa harus marah-marah.

"Terkadang menatap bukan berarti ingin memiliki, bukan? Langit itu seperti kamu Vea, sangat jauh dariku, tapi kalau memang aku mau, aku akan berusaha memilikinya, kedudukanku tidak menjamin kamu akan mencintai aku, aku salah karena kamu tidak melihat semua itu untuk kesenanganmu, kebahagiaanmu, kamu berbeda dari yang lainnya, aku akan berusaha membuatmu mencintaiku, Vea. Walaupun kamu tidak akan melihat aku seperti aku menatapmu," balas Wiliam membawa debar jantung yang begitu hebat untuk Vea.

Pria yang cukup berumur seperti Wiliam masih bicara sedemikian rupa untuk membuat wanitanya terkesan dan jatuh hati, Vea dibuat melayang akan semua itu, padahal selama ini beberapa pria mencoba mendekati Vea dengan caranya, tetapi Vea terus menolaknya.

"Kamu ngomong apa sih? Katanya kita mau pulang dan mau menemui kedua orang tuaku, kenapa kamu bawa aku ke tepi jalanan dengan kamu mengatakan rayuan maut? Kamu mau bikin aku jatuh cinta? Mau aku cepat memberikan kamu anak? Jangan harap!"

Keduanya turun dari sana dan segera Wiliam masuk ke dalam mobil tanpa bicara sepatah katapun, rupanya kata-kata Vea sedikit melukainya, tidak sedikit yang Wiliam korbankan untuk wanitanya ini, akan tetapi Vea tidak juga mau melihat semua itu adalah suatu ketulusan. Dilihat ponsel ada pesan masuk dari Silvi jika nanti akan ada tamu besar di rumah, sepertinya akan banyak wartawan yang meliput kediamannya.

"Kita akan kedatangan tamu besok, aku mau kamu dan ketiga istriku yang lain akan berada di dekatku, aku akan menunjukan pada dunia bahwa kamu adalah milikku, aku tidak akan malu memiliki kalian berempat."

Rupanya Wiliam akan terang-terangan mengumumkan jika dirinya memiliki istri banyak, tidak seperti dalam pikiran Vea yang mengira jika Wiliam menyembunyikan semua itu karena memang Wiliam memiliki kepribadian tukang gonta ganti wanita, Vea salah besar.

"Aku tidak mau! Untuk apa pengakuan semacam itu? Aku pun malu menjadi istrimu yang keempat, lagipula apa untungnya seluruh orang Jakarta tau tentang pernikahan kita? Mereka juga lebih berminat melihat dunia olahraga atau fashion, atau kulineran."

Wanitanya terus bicara menyerang Wiliam yang masih fokus mengendarai mobilnya, tidak disangka jika Vea masih belum mau mengumumkan pernikahannya itu, tetapi semua tidak masalah untuk Wiliam.

"Aku mau tetap mengumumkan semua itu, kamu kan bilang aku tidak sebaik yang dipikirkan semua orang, makanya aku akan umumkan semua itu, lagipula semua orang sudah tau kalau aku punya istri lebih dari satu, setidaknya ini akan membuat kamu tidak diganggu oleh siapapun jika berpergian tanpa aku, aku termasuk orang yang terkenal di bidang makanan dan minuman, semua orang pasti akan membicarakan aku. Jangan terus menganggap aku orang jahat!" seru Wiliam tidak tahan lagi bersikap lembut pada wanitanya.

Deg!

Vea ketakutan hingga dirinya gemetaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status