Maduku Putri Konglomerat

Maduku Putri Konglomerat

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-24
Oleh:  Uci ekaputra  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
82Bab
15.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tidak tahan hidup miskin membuat Mas Hilman diam-diam menikah dengan seorang wanita kaya raya. Impian-impianku terasa hancur kala mengetahui pernikahan kedua Mas Hilman. Bahkan maduku itu telah mengandung anak dari Mas Hilman. Aku pun memutuskan untuk berpisah dari Mas Hilman karena tidak mau dimadu.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Tiga Tahun

"Apa maksudnya ini, Mas?" tanyaku dengan tangan gemetar ketika menyodorkan ponsel kepada Mas Hilman.Netraku mulai memanas merasakan pedih sakitnya menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Mas Hilman langsung buru-buru merebut ponselnya yang berada di tanganku."Kenapa kamu buka-buka ponselku?" bentak Mas Hilman membuat hatiku semakin teriris.Tak terasa air mataku luruh seketika setelah mendengar bentakkan dari Mas Hilman. Padahal selama ini dia tidak pernah sekalipun membentakku atau meninggikan suara selama kami berumah tangga.Sebenarnya aku juga tidak berniat membuka ponsel Mas Hilman, hanya saja dari tadi ponsel Mas Hilman berdering terus, akhirnya aku pun melihatnya. Tapi saat aku melihat siapa yang memanggil, betapa terkejutnya aku ketika melihat foto dari sang pemanggil adalah foto sepasang pengantin, dengan Mas Hilman sebagai pengantin lelakinya.Betapa hancurnya hatiku ketika kuperhatikan dengan seksama bahwa foto tersebut benar foto Mas Hilman. Foto suamiku sendiri

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Norriza Othman Iza
Ceritanya bagus thor..jadi xsabarnya untuk mengetahui lanjutannya aku terus membeli koin untuk membaca penuh cerita ini
2022-12-22 17:18:18
1
user avatar
BintangSore11
bagus, semoga novel aku di terima.
2022-11-13 00:04:46
1
82 Bab

Tiga Tahun

"Apa maksudnya ini, Mas?" tanyaku dengan tangan gemetar ketika menyodorkan ponsel kepada Mas Hilman.Netraku mulai memanas merasakan pedih sakitnya menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Mas Hilman langsung buru-buru merebut ponselnya yang berada di tanganku."Kenapa kamu buka-buka ponselku?" bentak Mas Hilman membuat hatiku semakin teriris.Tak terasa air mataku luruh seketika setelah mendengar bentakkan dari Mas Hilman. Padahal selama ini dia tidak pernah sekalipun membentakku atau meninggikan suara selama kami berumah tangga.Sebenarnya aku juga tidak berniat membuka ponsel Mas Hilman, hanya saja dari tadi ponsel Mas Hilman berdering terus, akhirnya aku pun melihatnya. Tapi saat aku melihat siapa yang memanggil, betapa terkejutnya aku ketika melihat foto dari sang pemanggil adalah foto sepasang pengantin, dengan Mas Hilman sebagai pengantin lelakinya.Betapa hancurnya hatiku ketika kuperhatikan dengan seksama bahwa foto tersebut benar foto Mas Hilman. Foto suamiku sendiri
Baca selengkapnya

Kenangan

"Aku mencintaimu, Ra. Maukah kamu menjadi istriku? Menjadi ibu dari calon anak-anakku?" ucap Mas Hilman sembari mengulurkan seikat bunga mawar merah padaku.Aku membekap mulut dengan mata berkaca-kaca. Tidak pernah terbayangkan jika Mas Hilman melamarku dengan begitu romantis.Ah, aku merasa sangat beruntung bisa menjadi calon pendamping hidupnya. Selama menjadi kekasihnya, Mas Hilman selalu bersikap baik padaku, memperlakukanku dengan manis. Dia tidak pernah berlaku buruk padaku selama ini."Iya, Mas. Aku bersedia menikah denganmu," sahutku tanpa banyak berpikir lagi, sembari menerima bunga mawar yang Mas Hilman ulurkan.Hatiku berbunga-bunga menerima lamaran dari Mas Hilman. Aku merasa menjadi wanita paling bahagia sedunia bisa menikah dengan lelaki yang sangat aku cintai.Mas Hilman tersenyum lebar setelah mendengar jawabanku, nampak raut wajahnya juga terlihat bahagia."Terima kasih banyak, Ra. Terima kasih karena mau menerima lamaranku. Aku janji, aku akan membahagiakanmu, aku ak
Baca selengkapnya

Tidak Adil

"Jadi kamu tetap pada pendirianmu, Mas?"Aku menatap sendu Mas Hilman, sedang yang kutatap hanya menundukkan wajahnya tanpa berani menatapku sama sekali.Pagi ini, setelah aku keluar dari kamar, kulihat Mas Hilman sedang tertidur di sofa. Aku pun berlalu ke dapur untuk memasak tanpa membangunkan Mas Hilman. Walau hatiku masih terasa sakit, tapi aku tidak mau mengabaikan tugasku sebagai seorang istri.Sampai di dapur, aku langsung memulai memasak bahan makanan seadanya, karena kondisiku tidak memungkinkan untuk berbelanja sayur terlebih dahulu. Mataku masih membengkak, wajahku juga terlihat kusut, lingkar hitam terlihat jelas menghiasi kedua mataku.Selang satu jam, aku pun sudah menyelesaikan semua pekerjaanku di dapur. Lalu aku bergegas untuk membangunkan Mas Hilman.Walaupun hatiku masih enggan untuk melakukannya, tapi aku terpaksa harus membangunkan Mas Hilman. Kami butuh bicara, kami harus membahas bagaimana kelanjutan nasib rumah tangga kami.Dan akhirnya kami pun bicara setelah
Baca selengkapnya

Keputusan

"Maafkan aku, Ra. Aku benar-benar tidak bisa memilih antara kamu dan juga Linda. Aku sangat mencintaimu, aku tidak bisa melepasmu, tapi aku juga tidak bisa berpisah dari Linda. Di-a se-dang mengandung anakku," ucap Mas Hilman lirih.Bagai mendengar petir di siang hari aku mendengar jawaban Mas Hilman. Mendengar Linda hamil membuat jiwaku seolah melayang, keluar dari ragaku."A-pa Ma-s? Apa aku salah dengar?" tanyaku seolah tidak percaya dengan apa yang aku dengar."Ma-af, Ra ... maaf. Untuk sekarang aku tidak bisa berpisah dengan Linda. Dia sedang mengandung anakku."Hatiku seketika mencelos mendengar jawaban yang sama dari Mas Hilman tentang kehamilan Linda. Duniaku benar-benar runtuh, harapan-harapanku benar-benar telah sirna.Air mataku kembali mengalir tanpa aku harapkan. Hatiku bertambah sakit sekali. Bagaimana hatiku tidak bertambah sakit, selama dua tahun ini Mas Hilman melarangku untuk memiliki anak terlebih dahulu karena kondisi keuangan kami. Tapi kini dia malah mengatakan b
Baca selengkapnya

Permintaan Cerai

"Baiklah, Mas. Jika memang kamu tetap pada pendirianmu, maka aku juga memiliki keputusanku sendiri.""Apa maksudmu, Ra?" tanya Mas Hilman menatapku dengan wajah yang nampak bingung.Aku menghela nafas panjang, mencoba menguatkan hati untuk mengutarakan keputusanku pada Mas Hilman."Mari berpisah, Mas," ucapku membuat Mas Hilman nampak terperangah. Terkejut dengan apa yang aku ucapkan."Apa? Apa maksudmu, Ra?""Maksudku sudah jelas, Mas. Aku ingin kamu menceraikan aku, Mas. Aku ingin berpisah darimu," jawabku memperjelas keputusanku.Mas Hilman menggelengkan kepalanya mendengar jawabanku, "Tidak, Ra. Tidak. Aku tidak akan pernah menceraikanmu. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu!" Suara Mas Hilman meninggi.Aku terperanjat mendengar nada suara Mas Hilman yang meninggi, ini sudah kedua kalinya Mas Hilman meninggikan suaranya padaku, tapi aku masih saja terkejut.Mas Hilman beringsut meraih tanganku, "Tolong jangan meminta pisah dariku, Ra. Aku tidak akan sanggup hidup ta
Baca selengkapnya

Jerat

"Akhirnya kamu datang juga, Ra. Kalau begitu Mbak langsung pulang, ya?" tanya Mbak Nuri begitu aku masuk ke dalam kamar rawat Ibu."Iya, Mbak. Maaf aku baru bisa datang sekarang," jawabku."Tidak apa-apa, Ra. Kamu pasti kelelahan karena sudah tiga hari ini menjaga Ibu di sini," sahut Mbak Nuri sembari bersiap untuk pergi.Aku hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Mbak Nuri. Andai saja Mbak Nuri tahu, jika ternyata baktiku pada Ibu tidak bisa membuat Mas Hilman menjaga setianya padaku. Bagaimana respon yang diberikan olehnya jika sampai tahu?"Nuri pergi dulu ya, Bu. Besok Nuri datang lagi," pamit Mbak Nuri pada Ibu sembari mengecup punggung tangannya.Sementara Ibu hanya menganggukkan kepala sembari mengusap lembut puncak kepala Mbak Nuri. Hal yang selalu Ibu lakukan pada anak-anaknya walaupun mereka sudah dewasa, Ibu juga melakukan hal yang sama padaku, menantunya.Selama menikah dengan Mas Hilman, aku sangat dekat dengan Ibu. Beliau seorang single parent yang membesarkan Mas Hilma
Baca selengkapnya

Jujur

Pagi ini, aku sudah sibuk berkutat di dapur membuatkan bubur untuk sarapan Ibu. Beliau sudah keluar dari rumah sakit sejak kemarin.Aku mengurus sendiri saat Ibu akan pulang ke rumah, sementara Mas Hilman entah ada di mana. Sejak aku meninggalkannya di kantin rumah sakit, aku sudah tidak melihat batang hidungnya lagi.Mungkin dia sedang berada di rumah Linda, maduku yang kaya raya itu. Aku tersenyum miris mengingat jika ternyata aku memiliki madu. Pernikahanku dengan Mas Hilman baru seumur jagung, tapi dia sudah menghadirkan madu untukku. Miris bukan?Siapa juga yang ingin memiliki madu, bahkan dalam mimpi pun aku tidak pernah membayangkannya. Tapi sekarang semua sudah terlanjur, ibarat nasi sudah menjadi bubur. Aku tidak akan pernah bisa mengembalikan semuanya seperti semula.Ah, bubur untuk Ibu sudah selesai aku masak, aku harus segera menghidangkannya. Sebentar lagi sudah waktunya Ibu meminum obat.Aku pun mengambil mangkuk dan mengisinya dengan bubur, lalu setelahnya aku juga men
Baca selengkapnya

Luka Ibu

"Maafkan anak Ibu, Ra. Maafkan anak Ibu. Dia sudah menyakiti wanita sebaik dirimu. Dia sudah membuatmu terluka seperti ini," ucap Ibu sembari membingkai wajahku dengan kedua tangan hangatnya.Aku terharu mendengar ucapan Ibu, sungguh inilah yang membuatku berat berpisah dari Mas Hilman. Memiliki mertua sebaik Ibu merupakan anugerah tersendiri buatku.Tanganku perlahan meraih tangan Ibu dan mendekapnya di dada, "Tidak apa-apa, Bu. Mungkin ini memang sudah takdirku. Aku ikhlas menjalaninya.""Aku merasa sangat bersalah padamu, Ra. Aku telah gagal mendidik Hilman hingga dia tega menyakitimu seperti ini."Aku menggeleng, "Tidak, ini bukan salah Ibu. Keadaanlah yang salah, Bu. Gemerlap harta telah membutakan Mas Hilman. Jadi Ibu tidaklah salah sama sekali."Ibu kembali menangis tersedu, entah sudah berapa lama Ibu menangis. Sejak tadi Ibu tidak henti-hentinya meneteskan air mata. Kami berdua terlalu larut dalam kesedihan."Ada apa ini, kenapa kalian menangis? Apa Ibu sakit lagi?" Mas Hilma
Baca selengkapnya

Permintaan Ibu

"Pergi! Pergi kamu, Man. Ibu tidak sudi melihat wajahmu lagi!" tangis Ibu mengusir Mas Hilman.Sementara Mas Hilman hanya menangis melihat kemarahan Ibu. Dia nampak sedih, raut wajahnya terlihat sendu. Mungkin kesedihan Mas Hilman juga karena fakta yang Ibu sampaikan padanya.Sejauh aku mengenal Mas Hilman, dia termasuk lelaki yang sangat berbakti kepada Ibunya. Mas Hilman juga sosok anak yang sangat dekat dengan sang Ibu. Dia juga tidak pernah melawan apapun yang Ibu katakan.Dapat aku bayangkan bagaimana perasaan Mas Hilman yang pasti menyesal telah menyakiti Ibu yang sangat disayanginya itu.Aku menghela nafas panjang, semua tidak berjalan sesuai dengan perkiraanku. Aku pikir jika aku jujur pada Ibu, aku akan dengan mudah berpisah dari Mas Hilman. Tapi semua malah menjadi rumit seperti ini. Ternyata aku malah membuka luka lama Ibu. Takdir memang terkadang mempermainkan kita seperti ini."Ra, tolong bujuk Ibu. Tolonglah aku, aku tidak bisa menerima kemarahan Ibu seperti ini," ratap
Baca selengkapnya

Pergi

"Apa Ibu yakin ingin ikut denganku, Bu? Apa Ibu tidak mau berubah pikiran? Masih ada waktu jika Ibu ingin berubah pikiran." Aku memastikan kembali keputusan Ibu yang ingin ikut denganku. Aku tidak mau beliau akhirnya menyesal jika ternyata hanya hidup menderita bersamaku. Aku akan mulai hidup dari nol, tidak memiliki apa-apa untuk memberikan Ibu yang terbaik."Iya, Ra. Apalagi sekarang kesehatanku sudah semakin membaik. Aku pasti tidak akan menyusahkanmu lagi, Ra."Aku tersenyum tipis mendengar jawaban Ibu, karena memang kesehatan Ibu sudah semakin membaik setelah lima hari berlalu sejak kejadian beliau mengusir Mas Hilman pergi.Sejak itu, Ibu tidak pernah mau bertemu dengan Mas Hilman. Beliau selalu menolak kedatangan Mas Hilman dengan mengurung diri di kamar bila Mas Hilman datang dan tidak menemuinya sama sekali.Aku pun tidak pernah memaksa Ibu untuk menemui putranya itu. Aku takut malah Ibu menjadi bersedih lagi jika aku memaksanya untuk bertemu dengan Mas Hilman."Apa Ibu tida
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status