Share

Bab 2. Kesempatan Kabur

"Memang gila orang-orang di rumah ini, poligami dimudahkan, mereka saling akur satu sama lain, bahkan istri tertua seperti wanita yang begitu rela suaminya dibagi rata, si tua bangka itu seharusnya sadar diri sudah punya istri-istri cantik, malah ditambah lagi," gerutu Vea yang akhirnya berhenti teriak-teriak.

Sudah cukup lelah Vea berteriak-teriak, kini pandangannya tertuju pada jendela kaca yang terbuka, ternyata masih ada kesempatan bagi dirinya untuk kabur dari tempat yang menurutnya asing.

"Jendela itu, aku harus kabur dari sini sebelum mereka semuanya menyadarinya, mana mungkin aku mau jadi istri orang yang tidak aku kenal sama sekali, baru satu hari bertatap muka langsung seenaknya bawa aku dalam pernikahan, akhirnya aku bisa pulang," ucapnya segera keluar dari jendela dengan perlahan-lahan.

Sedangkan ketiga istri Wiliam masih ada di depan pintu kamar, mereka berjaga-jaga agar Vea tidak melarikan diri, tetapi ternyata Vea mendapatkan ide gila kabur lewati jalur lain. Masih mengendap-endap mencari jalan keluar dari halaman rumah Wiliam yang begitu luas, Vea kebingungan mencari arah keluar rumah.

"Sedang apa kamu di situ? Tidak dengarkan perkataan istri-istriku untuk tetap tinggal di kamar? Aku akan kembalikan kamu ke tempat di mana kamu seharusnya berada, Vea istriku yang keempat," ucapnya yang posisinya membelakangi wanita itu.

Padahal Vea tidak melihat siapapun di sana, mengapa Wiliam bisa mengetahui dirinya sedang kabur, dia juga harus berhadapan lagi dengan Wiliam yang terlihat marah sekarang.

Dengan cepat membalikkan badannya tanpa bersuara, akan tetapi Wiliam mengangkat tubuh Vea dipanggulnya dengan satu tangan yang cukup berotot.

"Eh! Turunkan! Turunkan aku pria tua tidak tau diri! Kamu mau mesum ya? Turunkan aku sekarang! Jangan bawa aku masuk lagi ke dalam rumahmu, aku tidak mau jadi istri keempat kamu, aku juga tidak mau menjadi saudara bagi istri-istrimu yang lain."

Tidak dihiraukan oleh Wiliam sampai di depan kamar yang sudah disediakan untuk wanita itu, ketiga istri kebingungan karena Vea sedang dibawa suaminya, Silvi juga sudah mengira kalau Vea akan melarikan diri dikarenakan jendela-jendela di rumah ini tidak pernah ditutup sebelum Wiliam yang memerintahkannya.

"Kalian pergilah ke kamar masing-masing, biarkan aku yang mengurus wanita satu ini, dia mencoba kabur dari suaminya dan tidak mau tinggal dengan suami sendiri, aku sarankan kalian tidak perlu mengurusnya lagi kalau dia tidak menginginkannya." sebuah perintah dari Wiliam pada ketiga istrinya.

Mereka bertiga tidak bersuara saat melangkah pergi dari sana membiarkan Wiliam membawa masuk Vea yang sedikit berontak pada suaminya. Namun Wiliam tidak melepaskan tangannya untuk bisa membawa wanitanya masuk ke dalam kamar.

"Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi wanita seperti kamu Vea? Kita sudah menikah dan kamu mau kabur begitu saja? Kamu tidak tau betapa aku mencintai kamu dan menginginkan kamu jadi istri keempat aku?"

Dengan cepat tangan Vea terangkat saat Wiliam menurunkan tubuhnya yang sudah ada di atas ranjang tempat tidur, sebuah tamparan keras telah dilayangkan Vea untuk Wiliam yang sudah meninggikan suara di depannya.

"Lancang kamu pria tua! Kamu menjebak aku, menuduhku pencuri dan kamu memaksa aku menikah denganmu, lalu kamu bilang cinta di hadapan aku? Rasanya menjijikkan! Kamu tau aku tidak menginginkan semua itu, aku tidak kenal denganmu, kehidupan aku sedang tidak baik-baik aja setelah kamu ada, apa tujuan kalian? Apa tujuan kamu membawaku ke pernikahan ini? Aku tidak punya uang! Aku bukanlah orang kaya!"

Rasanya cukup meluapkan segala yang mengganjal di hati Vea, pria itu sekarang mengerti kalau Vea mau dirinya jujur tentang tujuan utama menikahi wanita itu, terlebih pernikahan ini digelar secara dadakan sekali, urat nadi dahi Wiliam berkerut menandakan dirinya berpikir kalau kemarahan Vea masih terbilang wajar.

"Aku mau kamu berikan aku seorang anak, kalau bisa anak yang banyak sampai isi rumah ini penuh dengan anak-anak, itulah tujuan utama yang aku inginkan dari kamu dan pernikahan kita, semua itu juga keinginan istri-istriku yang lain, mereka tidak bisa memberikan aku keturunan, jadi aku diizinkan menikah denganmu," jawab Wiliam sekarang santai duduk dan menarik dasi dari kerah lehernya.

Ada kemurkaan terpampang di wajah Vea setelah mendengar jawaban suaminya, rupanya mereka semua memanfaatkan dirinya hanya untuk kepentingan mereka, Vea tidak akan membiarkannya.

"Tidak! Aku menolak memberikan kamu anak, kamu bisa menyuruh wanita lain untuk memberikan kamu seorang anak yang banyak, aku belum siap menjadi seorang ibu rumah tangga, duniaku akan aku habiskan untuk bekerja agar bisa mengumpulkan banyak uang," tegas Vea.

Dengan cepat Wiliam membuka kemeja putihnya dan mendorong Vea ada di tengah kasur dengan banyak bunga mawar bertaburan, kamar pengantin yang sudah dihias sedemikian rupa agar pasangan bisa berbahagia di dalam sana.

"Kamu tidak bisa menolak Vea, aku adalah suamimu yang akan membawamu pada kebahagiaan, berikan apa yang aku mau, maka uangmu juga akan jauh lebih banyak daripada kamu bertahun-tahun kerja dengan hasil yang minim," balas Wiliam sudah berada di atas tubuh Vea.

Kedua tangan wanita itu tidak bisa digerakkan, cengkraman tangan Wiliam begitu keras baginya, hanya mulutnya yang bisa membantunya sekarang, Vea pun masih sekuat tenaga melepaskan diri dari Wiliam.

"Lepaskan aku, aku mohon padamu jangan renggut kesucianku, biarkan aku pergi dari rumah ini, kamu masih bisa mencari wanita lain di luar sana yang jauh lebih cantik daripada aku, tolong, aku mohon padamu," rengeknya memohon dengan sungguh-sungguh.

Ada ketakutan karena dirinya tidak pernah disentuh pria manapun, pertama dalam kehidupannya seorang pria sangat dekat dengan tubuhnya, gejolak lain mulai muncul tanpa disadari oleh Vea sendiri, kharisma Wiliam yang memiliki tangan berotot dan ketampanannya membuat Vea meleleh.

"Diam dan nikmati dirimu sebagai seorang istri! Berikan aku anak di tahun ini, aku janji akan membawa perubahan dalam hidupmu, anakmu akan mewariskan segala yang aku miliki, kalau kamu masih berontak atau menolak permintaan aku, maka hidupmu akan aku hancurkan termasuk pekerjaanmu, kamu dipecat kemudian tidak bisa membiayai kehidupanmu sendiri," ancam keras Wiliam.

Sungguh ancaman Wiliam menakutkan bagi Vea yang hanya mengandalkan dirinya sendiri, kekuasaan memang selalu menang di mana pun berada, kini dirinya berada diujung tanduk tidak bisa berontak ataupun melawan untuk melarikan diri.

"Ku mohon, aku rasa aku belum siap melakukannya sekarang, berikan aku waktu untuk memikirkan permintaan kamu, dan biarkan aku bekerja seperti biasa, aku juga perlu penyesuaian di sini," kata Vea merayu Wiliam agar memberikannya sedikit kelonggaran mengerti semua ini.

Pria tua yang dikatakan Vea masih nyaman duduk di atas kaki Vea, rupanya dia melupakan kalau tubuhnya jauh lebih berat dari wanitanya, Vea sedikit meringis keberatan.

"Eum, Aku tidak mau memberikan waktu untuk kamu, Vea! Kamu pikir aku bodoh dan mudah dipengaruhi olehmu? Coba saja berontak! Aku juga tidak akan diberi perintah oleh siapapun, lagipula aku ini suami yang pantasnya memerintah seorang istri, dan kamu istri keempat aku, seharusnya bisa tunduk padaku," balasnya dengan kemarahan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status