"Sstttts.. Sial! Tubuhnya membuat aku candu. Bagaimana mungkin aku bisa menyakitinya. Melihat memar memar di tubuhnya saja aku tidak tega. Ini gila, Damn!"
"Mas.. Mas!" Panggil Aisha. Aisha yang seharusnya sudah berada di dalam kamar mandi masih terdengar suaranya. Aisha muncul tiba-tiba. "Apa? Bukannya kamu mau mandi tadi?" "Iya Mas, air dinginnya gak nyala. Mas bantuin hidupin air dinginnya ya," Pinta Aisha. 'Syukurlah, aku kira dia dengar apa yang aku katakan,' batin Adnan. "CEO dari sebuah perusahaan besar gak bisa nyalain shower air?" Sindir Adnan. Ia mengangkat satu alisnya ke atas. "Iya gak bisa Mas, udah Aisha coba Mas." "Ngerepotin banget sih!" Adnan berjalan melewati Aisha. Buru buru Aisha mengikuti langkah kaki Adnan. Setibanya di kamar mandi, Adnan langsung menyalakan shower itu. "Ini air dingin, ini air panas!" Tegas Adnan. "Hohh.. Tadi udah Ais coba Mas, tapi gak bisa." "Ini buktinya bisa. Kamu sengaja ya mau ngerjain aku?" Tatap Adnan sinis. "No Mas, beneran gak bisa tadi." "Udah cepat buruan mandi!" "Iya." Aisha langsung mendorong tubuh Adnan agar segera keluar dari kamar mandi. "Gak usah ditutup pintunya. Aku mau lihat kamu mandi!" "Yang ada nanti basah sampai keluar Mas. Bentar doang kok, Ais mandi dulu ya Mas." Buru buru Aisha menutup pintu kamar mandi. 'Gila, Mas Adnan kok bisa berubah jadi mesum banget gitu?' Pikir Aisha. *** Setelah mandi, Aisha merasa sangat lapar. "Lapar banget Ya Tuhan, apa di rumah ini ada makanan yang bisa dimakan?" Aisha berjalan menuju dapur, setibanya di dapur ia melihat Adnan sedang menyantap makanan. "Mas, buat Aisha ada gak?" Aisha memberanikan diri bertanya. "Enggak," Jawab Adnan ketus. "Serius gak ada Mas?" Tanya Aisha lagi. "Hem." "Kamu beneran banyak berubah ya Mas. Dulu kamu pasti gak akan bisa makan kalau Ais belum makan. Kita sering makan bareng bareng." "Itu tidak penting. Hanya masa lalu, kamu hidup di masa sekarang!" "Mas, Ais lapar." "Ya makan, kok repot!" 'Aku tahu kalau lapar ya makan, tapi mau makan apa? Aku aja gak tahu ponsel dan barang barangku ada dimana. Ngeselin banget sumpah!' Aisha merutuki Adnan dalam hatinya. "Minjam ponsel Mas boleh?" Aisha masih mencoba bermanis mulut. "Ponsel kamu emangnya mana?" "Gak tau Mas, sejak sampai di masjid tadi barang barang Aisha gak tahu dimana letaknya." "Ada tu, di ruang tengah. Cari aja!" "Hohh.. Makasih ya Mas." "Hem." Adnan masih menikmati makanannya dengan santai. Sedangkan Aisha segera mencari tasnya. "Nah itu dia, selamat aku." Tas Aisha terletak di atas meja. Aisha segera mengambil ponselnya dan memesan makanan. Setelah itu ia memeriksa pesan pesan yang masuk ke ponselnya. Ada 3 panggilan masuk dari rumah sakit. 'Apa yang terjadi?' Aisha mencoba menelpon balik, "Tut... Tut.. Tut.." "Tut... Tut.. Tut.." "Tut... Tut.. Tut.." 'Angkatlah, ayo angkat!' "Tut... Tut.. Tut.." "Tut... Tut.. Tut.." "Tut... Tut.. Tut.." 'Apa terjadi sesuatu yang buruk dengan Bapak?' Pikir Aisha. Aisha segera menuju dapur untuk meminta bantuan Adnan. "Mas, boleh minjem mobil gak?" "Mau kemana?" "Kok malah nanya balik Mas. Boleh gak Mas?" Ucap Aisha "Gak! Kamu gak boleh kemana-mana hari ini. Tetap di rumah!" "Sebentar aja Mas, please!" Aisha memohon. "Enggak. Jangan ngeyel ah." "Ada telepon dari rumah sakit tempat Bapak dirawat Mas. Mungkin terjadi sesuatu yang buruk Mas. Aisha telepon balik juga gak dijawab. Ais mohon Mas, bolehin Ais minjam mobil dan pergi ke rumah sakit ya Mas" Aisha memelas. "Hohh justru bagus dong kalau orang tua itu meninggal. Kamu tidak akan terbebani membayar biaya rumah sakitnya. Kamu sudah menjual semua yang kamu miliki untuk biaya pengobatannya kan?" "Mas! Kejam sekali. Ais gak peduli Mas bolehin apa enggak, Ais tetap mau ke rumah sakit Mas." Adnan segera berdiri dan menghentikan langkah Ais. Ia menarik rambut Aisha, "Auuu.." Aisha berusaha melepaskan tangan Adnan. "Mas, kamu gila ya!" Teriak Aisha. "Memang, kenapa? Kamu hanya boleh pergi ke kantor dan beberapa tempat saja. Kalau aku sampai tahu kamu mengunjungi orang tua itu, habislah kamu!" Ancam Adnan. "Lepas dulu ini Mas, sakit banget," Pinta Aisha. Segera Adnan reflek melepaskan rambut Aisha yang dijambaknya. "Makanya mulai sekarang jangan macam macam!" "Kamu jahat banget Mas!" "Hahahha.. Aku menikahimu untuk balas dendam pada orang tua angkuh itu. Tidak lebih, aku tidak akan pernah jatuh hati padamu lagi Aisha. Aku akan mengirimmu jauh ke suatu tempat yang tidak akan pernah kamu duga setelah aku puas membalas dendamku." "Ais tahu Mas, Ais juga tidak akan menyukai Mas Adnan lagi!" Tegas Aisha. Ia juga tidak pernah berharap akan memiliki tempat di hati Adnan seperti dulu. Cinta dan kasih sayang yang pernah ada dulu telah lenyap dan tak bersisa sedikitpun. Setelah itu Aisha segera kembali ke kamarnya dan berusaha menelepon rumah sakit berulang kali. *** Waktu sudah menujukkan tengah malam, makanan yang di pesan Aisha belum ia sentuh sedikitpun. "Kenapa Mas Adnan belum tidur juga ya? Aku tetap mau ke rumah sakit. Kondisi Bapak mungkin saja memburuk." Sejak tadi Aisha sudah seperti setrikaan, mondar mandir di ruang tengah. Adnan masih ada di ruang kerjanya, dan pastinya akan tahu jika Aisha pergi sekarang. 'Ah.. Ini gila. Aku tidak perduli, aku pergi sekarang!' Buru buru Aisha keluar dari rumah. Wilona sudah menunggunya di luar rumah. Aisha meminta bantuan Wilona untuk membawanya ke rumah sakit tadi. "Maaf Wi, kamu pasti udah menunggu sangat lama." Aisha tidak peduli dengan larangan Adnan, apa yang akan terjadi nanti, biarlah. "Gak papa Bu, kita ngebut ya Bu." Aisha benar-benar tidak menghiraukan larangan Adnan. Hidup Bapak lebih penting dari apapun. Aisha tidak memiliki keluarga lain selain Bapak. Dalam setengah jam, Aisha sudah tiba di rumah sakit. Ia berlari menuju ruangan Bapaknya. Dari luar dilihatnya, Pak Adhi yaitu Bapak dari Aisha bertahan hidup dengan alat alat bantu yang melekat di tubuhnya. 'Syukurlah Bapak masih hidup, aku tidak tahu bagaimana jika Bapak tidak ada lagi di dunia ini,' air mata Aisha mengalir begitu saja. "Siapa yang mengizinkanmu kesini!" bentak Adnan. Belum sempat menjawab, Aisha ditarik paksa oleh Adnan. Ternyata Adnan langsung mengikuti mobil yang dikendarai Aisha dan Wilona begitu beranjak dari rumah Adnan tadi. Diam diam Adnan mengikuti langkah Aisha dan tiba di depan ruangan rawat Pak Adhi. "Mas Adnan, lepas Mas! Tangan Ais sakit banget Mas," berontak Aisha. Tidak peduli dengan protes Aisha, Adnan membawa paksa Aisha pergi dari sana. Sampai di depan mobilnya barulah Adnan melepaskan tangan Aisha. "Berani sekali kamu ya!" Adnan mendorong Aisha ke dalam mobil. "Kamu kok kasar banget Mas! Kamu sadar gak, kalau kelakuan kamu udah seperti binatang?" Ucap Aisha. "Terserah, aku tidak pelduli!" Adnan segera masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobil itu sangat laju. Sepanjang perjalanan, Aisha menahan tangisnya. Setibanya di depan rumah, Adnan kembali menarik lengan Aisha masuk ke dalam rumah. "PLAKK,"sebuah tamparan mendarat di wajah Aisha. Pipi Aisha langsung memerah dan terasa sangat perih. "Hikks.. Hikss.." Tangisnya langsung pecah. Air mata Aisha mengalir deras. "Aku tahu hal seperti ini mungkin akan terjadi, tapi aku tidak menyangka kalau Mas Adnan memang serendah ini, Mas!" "Kamu gak takut mati ya? Masih berani bicara, Aku bisa saja membunuhmu!" Ancam Adnan. "Aku tidak takut mati Mas. Aku memang sudah lama mati Mas, hanya ragaku saja yang tetap hidup." "Benarkah? Kalau begitu pasti ini tidak sakit!" Adnan mencekik leher Aisha dan mendorongnya ke dinding. "Anak-ku to-lo-ng," Aisha terbata bata. Aisha langsung terpikirkan tentang satu hal lagi yang juga sangat penting dalam hidupnya. Adnan samar samar mendengar ucapan Aisha dan melepaskan cengkramannya. "Apa?" Adnan ingin mendengar apa yang dikatakan Aisha dengan lebih jelas. "Hukk.. Uhukk.." Aisha akhirnya bisa bernapas. "Ada yang kamu katakan?" Adnan memegang dagu Aisha. "Ais gak ngomong apa apa Mas." "Benarkah? Kamu mengatakan sesuatu tadi!" "Huekkk.. Huekkk.." Perut Aisha mual sekali. Perutnya tidak nyaman sejak tadi. Asam lambung Aisha naik. Ia muntah dan mengenai pakaian adnan. "Sial! Apa apaan kamu?" Adnan marah. Aisha pun segera berlari ke kamar mandi, tapi Adnan menjegal kakinya. "Bughh" Alhasil Aisha terjatuh. Aisha tidak merintih kesakitan, dia hanya terdiam dan berusaha bangkit. 'Ini sangat gila, aku bisa saja mati di tangan Mas Adnan kapan saja. Aku harus mengunjunginya besok, jika tidak, aku pasti akan sangat menyesal.' Aisha berdiri dan berjalan mendekati Adnan. "Mas, besok Ais ingin pergi ke suatu tempat setelah pulang kantor. Tolong izinkan Ais ya Mas." "Mau kemana?" "Bukan rumah sakit dan enggak ada kaitannya sama Bapak. Tenang aja," Jawab Aisha. Setelah mengatakan itu, Aisha langsung berbalik badan dan meninggalkan Adnan. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh Aisha. Aishah sangat lelah dan ingin tidur untuk melepaskan kepanatannya. "Hei, aku belum selesai bicara ya!""Mas, besok Ais ingin pergi ke suatu tempat setelah pulang kantor. Tolong izinkan Ais ya Mas.""Mau kemana?""Bukan rumah sakit dan enggak ada kaitannya sama Bapak. Tenang aja," Jawab Aisha. Setelah mengatakan itu, Aisha langsung berbalik badan dan meninggalkan Adnan. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh Aisha. Aisha sangat lelah dan ingin tidur untuk melepaskan kepanatannya. "Hei, aku belum selesai bicara ya!" teriak Adnan. Adnan belum merasa puas untuk memberikan Aisha pelajaran, sedangkan Aisha tidak peduli dengan Adnan yang masih tersulut emosi negatif. Sesampainya di kamar, Aisha pergi ke dalam kamar mandi untuk bersih bersih. Ia ingin segera tidur karena tubuhnya sudah tidak berenergi lagi.Selepas Aisha masuk ke kamar, Adnan merenungi perbuatannya tadi. 'Ahh ini gila, aku terlalu berlebihan hingga membuatnya terjatuh. Tapi mau bagaimana lagi. Dia sangat tidak penurut, aku jamin orang tua itu juga tidak akan mati dengan mudah. Dosa dosanya terlalu banyak.' Adnan yang tidak in
"Aisha pikir dunia Aisha sudah lama hancur Bunda. Aisha sangat tangguh untuk menghadapi apapun yang akan terjadi nanti. Yang penting, Bunda dan Hara harus segera pergi dan bersembunyi jauh dari sini!""Aisha, kenapa nasibmu sangat malang. Almarhumah Mba Yu pasti sangat sedih melihat putri semata wayangnya menjalani kehidupan seperti ini." Wanita paruh baya itu mengelus pundak Aisha. Wanita paruh baya itu adalah adik dari Almarhumah Ibu Aisha. Beliaulah satu satunya tempat Aisha meminta bantuan dan yang menguatkannya. "Ibu tahu Aisha tidak akan menyerah Bunda. Tidak akan pernah!"Tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya, wanita yang dipanggil Bunda oleh Aisha itu langsung memeluk Aisha. "Tinggalkan semuanya jika terlalu berat Ais. Bunda punya sedikit tabungan untuk kita bertiga.""Tapi.." kata kata Aisha terhenti."Biaya pengobatan Bapak sangat besar Bunda. Ais juga tidak tahu kapan Bapak akan sadar. Ais tidak apa harus seperti sekarang, asal Bapak, Hara dan Bunda tidak ada yang men
"Astaghfirullah, bagaimana mungkin?" Jantung Adnan berdegub kencang. Segera Adnan kembali ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Aisha. Aisha yang melihat Adnan buru buru masuk ke dalam rumah pun segera kembali ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya. "Aisha.. Tok.. Tok.. Tok.. Aisha!" "Aisha buka pintunya! Aku tahu kamu belum tidur. Tokk.. Tok..!" Adnan masih terus mengetuk pintu kamar Aisha. "Tokk... Tok.... Tok.. Aku dobrak kalau tetap gak buka pintunya!" Aisha memiliki firasat tidak baik melihat reaksi Adnan sekarang. 'Apa jangan jangan Mas Adnan tahu sesuatu?' Pikir Aisha. Perasaannya menjadi sangat tidak nyaman, tapi ia masih enggan membukakan pintu untuk Adnan. "Oke kalau kamu gak mau buka pintu sekarang. Aku ingin menanyakan sesuatu, tolong jawab dengan jujur!" "Iya," Jawab Aisha. "Namanya Aihara, dia putriku kan?" "Astaghfirullah," Ucap Aisha. Aisha tahu Suatu hari Adnan akan mengetahui keberadaan Hara, tapi tidak secepat ini. "Jawab Aisha! Jangan diam aja.
"Cukup bercandanya Jalang! Melindungi dirimu sendiri saja kau tidak mampu, apalagi melindungi anak itu!" Adnan kembali mendekati Aisha untuk mengatakan itu."Mas Adnan, akan aku pastikan kamu menjilat perkataan kamu ini Mas!" Teriak Aisha. Sementara itu, Adnan sudah menghilang dari pandangan Aisha. Setelah itu, Aisha kembali menelpon Bundanya. "Tut.. Tut..." "Halo Assalamu'alaikum Ais," Jawab Bunda. "Alhamdulillah, Bunda akhirnya ngangkat telepon Ais. Bunda ngapain aja? Ais sangat khawatir.""Maafkan Bunda, Ais. Bunda tahu kamu dari tadi menelpon Bunda, tapi Bunda gak bisa menjawab telepon kamu. Adnan dan juga orang suruhannya menemukan Bunda saat Bunda dan Hara berada di terminal. Kita ketahuan Ais. Maafkan Bunda," Bunda merasa sangat menyesal. "Bunda gak salah apa-apa, Bun. Jangan minta maaf sama Ais seperti tadi. Ais tahu, suatu hari Mas Adnan akan mengetahui semuanya. Lalu bagaimana kondisi Bunda dan Hara, Bun? Mas Adnan tidak melakukan apa apa
."Jangan ngaco! Mimpi kali, sadarlah dari mimpimu itu!"Aisha masih ingin protes terhadap isi dari surat perjanjian pernikahan itu, tapi ia harus sadar diri terhadap posisinya sekarang ini. Dia tidak punya pilihan. "Tunggu apa lagi Aisha? Mau kamu protes bagaimanapun isi perjanjian itu tidak akan berubah, sedikitpun, right!""Hemm.. Ais tahu Mas, karena itu Aisha tidak akan menandatangani surat perjanjian ini.""Gak mau tanda tangan ya?" Adnan masih menatap tajam ke Aisha. "Iya Mas, isinya semua merugikan Aisha saja."Adnan segera bergerak mendekati Aisha dan mencengkram lehernya. Kepala Aisha mengasah dibuatnya. Adnan semakin menguatkan cengkeramannya. "Mas.." Ucap Aisha. Apa yang dilakukan Adnan membuat Aisha sulit untuk bernafas. Aisha pun mencoba menepuk-nepuk lengan Adnan agar Adnan melepaskan cengkeramannya dari leher Aisha. "Puk....puk..""Puk.. Puk.. " Adnan yang menyadari hal itu masih belum mau melepaskan Aisha. "Mas Adnan!" Teriak Aisha. "Auuu.. " Ucap Adnan. Susah
"Kau sudah cukup beristirahatkan?" Tanya Adnan. Aisha belum tau harus menjawab apa, tapi Adnan sudah membuka pelindung area bawahnya. Segera tangan Adnan bermain dengan organ vital milik Aisha. "Mas!!" Pekik Aisha karena ulah Adnan. "Siapa suruh menggodaku Aisha!" Bisik Adnan di telinga kiri Aisha. Adnan lanjut mencium kening Aisha, pipinya lalu juga area bibir. Makin lama ciuman bibir keduanya semakin dalam. Sementara itu, Adnan masih lanjut menggencar area bawah Aisha. "Egghhh ahhh.. Egghhh""Eghhh.." Kali ini Aisha merasakan rangsangan yang sangat hebat. Adnan menjamah area area itu dengan sempurna. Untuk urusan ranjang, Adnan memang hebat. Aisha sangat sangat menikmati permainan Adnan. Melihat reaksi Aisha yang sangat menikmati permainan, Adnan membuka celananya dan tentunya benda perkasa miliknya sudah turn on, tapi Adnan tidak ingin permainan siang hari menjelang sore itu berlangsung sangat singkat. Adnan mulai menggesek gesekkan b3mds perkasa miliknya
"Aisha!!" Teriak Adnan. Suara Adnan membuyarkan perhatian Aisha. Segera Adnan menghampiri Aisha. Adnan memegang lengan Aisha dan menariknya menjauh dari balkon. "Kau mau ngapain?" Bentak Adnan. Wajah Adnan sangat memerah dan emosinya terpancing. Aisha merasa bingung. Dengan reaksi Adnan. Ia tidak tahu apa yang membuat Adnan membentaknya. Beberapa waktu lalu ia telah memuaskan Adnan, lalu mengapa sekarang Adnan marah padanya. "Kau gila ya? Mau lompat dari balkon itu, hah?" Tanya Adnan. Kali ini nada suaranya lebih rendah, tapi masih keras. "Apa?" Aisha tercengang. Ia tidak tahu mengapa Adnan menanyakan pertanyaan begitu. "Kau ngapain di balkon itu tadi. Kamu mau lompat ya? Kalau mau bunuh diri atau semacamnya jangan di rumah ini!" "Hohh.." Respon Aisha. "Aku bertanya padamu, kok hohhh.." "Ais bingung kenapa Mas tiba-tiba teriak, ternyata Mas Adnan kepikiran hal itu toh?" Tanya Aisha. Adnan segera mengangguk.
'Aku merasa aku sangat malang,' bisik batin Aisha. Aisha menyalakan kembali layar monitornya. Ia memilih melanjutkan pekerjaannya dari pada harus meratapi lebih lanjut nasibnya. "Tok.. Tok..""Bu, saya masuk ya?""Masuk aja Wi."Segera Wilona masuk ke ruangan Aisha. "Bu, gak istirahat?""Udah tadi Wi. Tapi saya gak bisa istirahat dengan santai, nanti saya mau pulang cepat.""Oh iya Bu. Tapi wajah Bu Aisha sangat pucat loh Bu. Lebih baik makan dulu Bu.""Makasih Wi. Kalau gitu saya makan dulu aja deh.""Iya Bu, kalau gitu saya keluar dulu ya Bu. Kalau Ibu butuh apa apa saya ada di depan ya Bu," Ucap Wilona. "Iya Wi. Gak usah khawatir. Saya baik baik aja kok.""Baik Bu." Wilina keluar setelah meletakkan pesanan Aisha di atas mejanya.***"Aisha, kamu udah siap belum?" "Belum Mas, bentar lagi.""Kok lama banget? Kan aku udah bilang kita berangkat jam 7.""Aisha baru siap siap abis magriban tadi Mas. Maaf, ini juga ud