Share

3. Aku tidak takut mati

"Sstttts.. Sial! Tubuhnya membuat aku candu. Bagaimana mungkin aku bisa menyakitinya. Melihat memar memar di tubuhnya saja aku tidak tega. Ini gila, Damn!"

"Mas.. Mas!" Panggil Aisha. Aisha yang seharusnya sudah berada di dalam kamar mandi masih terdengar suaranya. Aisha muncul tiba-tiba.

"Apa? Bukannya kamu mau mandi tadi?"

"Iya Mas, air dinginnya gak nyala. Mas bantuin hidupin air dinginnya ya," Pinta Aisha.

'Syukurlah, aku kira dia dengar apa yang aku katakan,' batin Adnan.

"CEO dari sebuah perusahaan besar gak bisa nyalain shower air?" Sindir Adnan. Ia mengangkat satu alisnya ke atas.

"Iya gak bisa Mas, udah Aisha coba Mas."

"Ngerepotin banget sih!" Adnan berjalan melewati Aisha. Buru buru Aisha mengikuti langkah kaki Adnan. Setibanya di kamar mandi, Adnan langsung menyalakan shower itu.

"Ini air dingin, ini air panas!" Tegas Adnan.

"Hohh.. Tadi udah Ais coba Mas, tapi gak bisa."

"Ini buktinya bisa. Kamu sengaja ya mau ngerjain aku?" Tatap Adnan sinis.

"No Mas, beneran gak bisa tadi."

"Udah cepat buruan mandi!"

"Iya." Aisha langsung mendorong tubuh Adnan agar segera keluar dari kamar mandi.

"Gak usah ditutup pintunya. Aku mau lihat kamu mandi!"

"Yang ada nanti basah sampai keluar Mas. Bentar doang kok, Ais mandi dulu ya Mas." Buru buru Aisha menutup pintu kamar mandi.

'Gila, Mas Adnan kok bisa berubah jadi mesum banget gitu?' Pikir Aisha.

***

Setelah mandi, Aisha merasa sangat lapar.

"Lapar banget Ya Tuhan, apa di rumah ini ada makanan yang bisa dimakan?" Aisha berjalan menuju dapur, setibanya di dapur ia melihat Adnan sedang menyantap makanan.

"Mas, buat Aisha ada gak?" Aisha memberanikan diri bertanya.

"Enggak," Jawab Adnan ketus.

"Serius gak ada Mas?" Tanya Aisha lagi.

"Hem."

"Kamu beneran banyak berubah ya Mas. Dulu kamu pasti gak akan bisa makan kalau Ais belum makan. Kita sering makan bareng bareng."

"Itu tidak penting. Hanya masa lalu, kamu hidup di masa sekarang!"

"Mas, Ais lapar."

"Ya makan, kok repot!"

'Aku tahu kalau lapar ya makan, tapi mau makan apa? Aku aja gak tahu ponsel dan barang barangku ada dimana. Ngeselin banget sumpah!' Aisha merutuki Adnan dalam hatinya.

"Minjam ponsel Mas boleh?" Aisha masih mencoba bermanis mulut.

"Ponsel kamu emangnya mana?"

"Gak tau Mas, sejak sampai di masjid tadi barang barang Aisha gak tahu dimana letaknya."

"Ada tu, di ruang tengah. Cari aja!"

"Hohh.. Makasih ya Mas."

"Hem." Adnan masih menikmati makanannya dengan santai. Sedangkan Aisha segera mencari tasnya.

"Nah itu dia, selamat aku." Tas Aisha terletak di atas meja. Aisha segera mengambil ponselnya dan memesan makanan. Setelah itu ia memeriksa pesan pesan yang masuk ke ponselnya.

Ada 3 panggilan masuk dari rumah sakit.

'Apa yang terjadi?'

Aisha mencoba menelpon balik, "Tut... Tut.. Tut.."

"Tut... Tut.. Tut.."

"Tut... Tut.. Tut.."

'Angkatlah, ayo angkat!'

"Tut... Tut.. Tut.."

"Tut... Tut.. Tut.."

"Tut... Tut.. Tut.."

'Apa terjadi sesuatu yang buruk dengan Bapak?' Pikir Aisha. Aisha segera menuju dapur untuk meminta bantuan Adnan.

"Mas, boleh minjem mobil gak?"

"Mau kemana?"

"Kok malah nanya balik Mas. Boleh gak Mas?" Ucap Aisha

"Gak! Kamu gak boleh kemana-mana hari ini. Tetap di rumah!"

"Sebentar aja Mas, please!" Aisha memohon.

"Enggak. Jangan ngeyel ah."

"Ada telepon dari rumah sakit tempat Bapak dirawat Mas. Mungkin terjadi sesuatu yang buruk Mas. Aisha telepon balik juga gak dijawab. Ais mohon Mas, bolehin Ais minjam mobil dan pergi ke rumah sakit ya Mas" Aisha memelas.

"Hohh justru bagus dong kalau orang tua itu meninggal. Kamu tidak akan terbebani membayar biaya rumah sakitnya. Kamu sudah menjual semua yang kamu miliki untuk biaya pengobatannya kan?"

"Mas! Kejam sekali. Ais gak peduli Mas bolehin apa enggak, Ais tetap mau ke rumah sakit Mas."

Adnan segera berdiri dan menghentikan langkah Ais. Ia menarik rambut Aisha, "Auuu.." Aisha berusaha melepaskan tangan Adnan.

"Mas, kamu gila ya!" Teriak Aisha.

"Memang, kenapa? Kamu hanya boleh pergi ke kantor dan beberapa tempat saja. Kalau aku sampai tahu kamu mengunjungi orang tua itu, habislah kamu!" Ancam Adnan.

"Lepas dulu ini Mas, sakit banget," Pinta Aisha. Segera Adnan reflek melepaskan rambut Aisha yang dijambaknya.

"Makanya mulai sekarang jangan macam macam!"

"Kamu jahat banget Mas!"

"Hahahha.. Aku menikahimu untuk balas dendam pada orang tua angkuh itu. Tidak lebih, aku tidak akan pernah jatuh hati padamu lagi Aisha. Aku akan mengirimmu jauh ke suatu tempat yang tidak akan pernah kamu duga setelah aku puas membalas dendamku."

"Ais tahu Mas, Ais juga tidak akan menyukai Mas Adnan lagi!" Tegas Aisha. Ia juga tidak pernah berharap akan memiliki tempat di hati Adnan seperti dulu. Cinta dan kasih sayang yang pernah ada dulu telah lenyap dan tak bersisa sedikitpun.

Setelah itu Aisha segera kembali ke kamarnya dan berusaha menelepon rumah sakit berulang kali.

***

Waktu sudah menujukkan tengah malam, makanan yang di pesan Aisha belum ia sentuh sedikitpun.

"Kenapa Mas Adnan belum tidur juga ya? Aku tetap mau ke rumah sakit. Kondisi Bapak mungkin saja memburuk." Sejak tadi Aisha sudah seperti setrikaan, mondar mandir di ruang tengah. Adnan masih ada di ruang kerjanya, dan pastinya akan tahu jika Aisha pergi sekarang.

'Ah.. Ini gila. Aku tidak perduli, aku pergi sekarang!' Buru buru Aisha keluar dari rumah. Wilona sudah menunggunya di luar rumah. Aisha meminta bantuan Wilona untuk membawanya ke rumah sakit tadi.

"Maaf Wi, kamu pasti udah menunggu sangat lama." Aisha tidak peduli dengan larangan Adnan, apa yang akan terjadi nanti, biarlah.

"Gak papa Bu, kita ngebut ya Bu." Aisha benar-benar tidak menghiraukan larangan Adnan. Hidup Bapak lebih penting dari apapun. Aisha tidak memiliki keluarga lain selain Bapak.

Dalam setengah jam, Aisha sudah tiba di rumah sakit. Ia berlari menuju ruangan Bapaknya. Dari luar dilihatnya, Pak Adhi yaitu Bapak dari Aisha bertahan hidup dengan alat alat bantu yang melekat di tubuhnya.

'Syukurlah Bapak masih hidup, aku tidak tahu bagaimana jika Bapak tidak ada lagi di dunia ini,' air mata Aisha mengalir begitu saja.

"Siapa yang mengizinkanmu kesini!" bentak Adnan.

Belum sempat menjawab, Aisha ditarik paksa oleh Adnan. Ternyata Adnan langsung mengikuti mobil yang dikendarai Aisha dan Wilona begitu beranjak dari rumah Adnan tadi. Diam diam Adnan mengikuti langkah Aisha dan tiba di depan ruangan rawat Pak Adhi.

"Mas Adnan, lepas Mas! Tangan Ais sakit banget Mas," berontak Aisha.

Tidak peduli dengan protes Aisha, Adnan membawa paksa Aisha pergi dari sana. Sampai di depan mobilnya barulah Adnan melepaskan tangan Aisha.

"Berani sekali kamu ya!" Adnan mendorong Aisha ke dalam mobil.

"Kamu kok kasar banget Mas! Kamu sadar gak, kalau kelakuan kamu udah seperti binatang?" Ucap Aisha.

"Terserah, aku tidak pelduli!" Adnan segera masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobil itu sangat laju. Sepanjang perjalanan, Aisha menahan tangisnya.

Setibanya di depan rumah, Adnan kembali menarik lengan Aisha masuk ke dalam rumah.

"PLAKK,"sebuah tamparan mendarat di wajah Aisha. Pipi Aisha langsung memerah dan terasa sangat perih.

"Hikks.. Hikss.." Tangisnya langsung pecah. Air mata Aisha mengalir deras.

"Aku tahu hal seperti ini mungkin akan terjadi, tapi aku tidak menyangka kalau Mas Adnan memang serendah ini, Mas!"

"Kamu gak takut mati ya? Masih berani bicara, Aku bisa saja membunuhmu!" Ancam Adnan.

"Aku tidak takut mati Mas. Aku memang sudah lama mati Mas, hanya ragaku saja yang tetap hidup."

"Benarkah? Kalau begitu pasti ini tidak sakit!" Adnan mencekik leher Aisha dan mendorongnya ke dinding.

"Anak-ku to-lo-ng," Aisha terbata bata. Aisha langsung terpikirkan tentang satu hal lagi yang juga sangat penting dalam hidupnya.

Adnan samar samar mendengar ucapan Aisha dan melepaskan cengkramannya. "Apa?" Adnan ingin mendengar apa yang dikatakan Aisha dengan lebih jelas.

"Hukk.. Uhukk.." Aisha akhirnya bisa bernapas.

"Ada yang kamu katakan?" Adnan memegang dagu Aisha.

"Ais gak ngomong apa apa Mas."

"Benarkah? Kamu mengatakan sesuatu tadi!"

"Huekkk.. Huekkk.." Perut Aisha mual sekali. Perutnya tidak nyaman sejak tadi. Asam lambung Aisha naik. Ia muntah dan mengenai pakaian adnan.

"Sial! Apa apaan kamu?" Adnan marah. Aisha pun segera berlari ke kamar mandi, tapi Adnan menjegal kakinya.

"Bughh" Alhasil Aisha terjatuh. Aisha tidak merintih kesakitan, dia hanya terdiam dan berusaha bangkit.

'Ini sangat gila, aku bisa saja mati di tangan Mas Adnan kapan saja. Aku harus mengunjunginya besok, jika tidak, aku pasti akan sangat menyesal.' Aisha berdiri dan berjalan mendekati Adnan.

"Mas, besok Ais ingin pergi ke suatu tempat setelah pulang kantor. Tolong izinkan Ais ya Mas."

"Mau kemana?"

"Bukan rumah sakit dan enggak ada kaitannya sama Bapak. Tenang aja," Jawab Aisha. Setelah mengatakan itu, Aisha langsung berbalik badan dan meninggalkan Adnan. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh Aisha. Aishah sangat lelah dan ingin tidur untuk melepaskan kepanatannya.

"Hei, aku belum selesai bicara ya!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
raqib
kejam banget Adnan marah marah mulu
goodnovel comment avatar
riyanianjani42
apa yang ngebuat Adnan benci bgt sm Bapak Aisa ya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status