Aisha langsung ke kantornya setelah meninggalkan kantor Adnan. Setibanya Aisha di kantor, sekitar 10 orang pegawainya yang tersisa terlihat sedang sibuk. Tidak seperti hari biasanya, hari ini kantor terlihat seperti kantor sungguhan.
'Apa Mas Adnan sudah mengerahkan kekuasannya?' Pikir Aisha.Aisha segera menghampiri sekretarisnya yang bernama Wilona untuk menanyakan apa yang terjadi."Apa yang terjadi Wi?" Tanya Aisha."Dua penawaran kita yang di tolak kemarin sudah di approve, Bu. Kita selamat!" Wajah Wilona sangat bahagia."Syukurlah," Ucap Aisha. Aisha sedikit lega, setidaknya perusahaannya akan bertahan untuk bulan ini.'Mas Adnan benar-benar membantuku, syukurlah' batin Aisha. Rasa lega muncul dalam hati Aisha yang setiap harinya sangat risau."Saya ke ruangan saya dulu kalau gitu.""Iyq Bu," jawab Wilona."semangat semuanya!" Aisha berusaha memberikan semangat pada semua karyawannya."Iya Bu," Jawab Semua orang. Semua karyawannya terlihat tersenyum sumringah. Ini pertama kalinya setelah tiga bulan terakhir Aisha melihat senyum sumringah mereka.'Terima kasih Tuhan,' batin Aisha.Setelah itu, Aisha masuk ke ruangannya.Setelah berada di dalam, Ia duduk mengadap arah luar dimana ia bisa melihat pemandangan Ibu Kota yang begitu riwuh melalui jendela kaca besar di ruangannya.'Aku tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa jam lagi, aku percayakan padaMu Tuhan, Aisha membatin.Beberapa menit Aisha larut dalam lamunannya.Rasa kantuk dan lelah juga membersamai Aisha dan membuatnya tertidur.Ada sofa kecil disana, Aisha awalnya mau rebahan saja tapi ia malah tertidur pulas. Ini pertama kalinya ia bisa bisa tertidur pulas setelah dua bulan belakangan ini. Ia selalu kepikiran tentang nasib orang orang yang bergantung padanya dan juga perusahaan yang telah dibangun oleh sang Bapak berpuluh-puluh tahun lamanya.***Waktu berlalu cepat, waktu sudah menunjukkan pukul 16.45 sore. Orang orang di kantor sudah pada pulang, hanya Aisha yang tersisa seorang diri. Tidak ada yang membangunkan Aisha, termasuk Wilona sang Sekretaris. Mereka tahu, Aisha pasti sangat lelah dan baru saja bisa tertidur setelah sekian lama.Tidur Aisha yang sangat lelap baru terganggu setelah suara getar yang berasal dari ponsel Aisha."Dret.. Dret.. Dret..""Dret.. Dret.. Dret..""Dret.. Dret.. Dret.." Ponsel Aisha bergetar. Entah sudah berapa lama ponselnya bergetar, Aisha masih berusaha mengumpulkan kesadarannya."Eghhh" Aisha terjaga karena itu. Setengah sadar, Aisha berusaha meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja di sebelahnya. Aisha memandangi layar ponselnya dan melihat banyak telepon tidak terjawab dan juga pesan masuk."Astaga," Aisha langsung ingat jika ia akan menikah dengan Adnan sore ini."Mas Adnan?" Gumam Aisha. Segera ia menggeser layar ponselnya untuk menjawab telepon itu"Halo Mas," Jawab Aisha."Dimana kamu? Sudah jam berapa ini?" Tanya Adnan."Ais ketiduran Mas. Maaf," Jawab Aisha."Segera kesini, atau kesepakatan kita batal. Kamu jangan berpikir kalau semuanya sudah berjalan lancar!" Ancam Adnan."Iya Mas. Sebentar, Aisha akan segera tiba kesana.""Tut" Adnan langsung memutuskan sambungan telepon itu.Secepatnya, Aisha berusaha mengendarai mobilnya tanpa mencuci wajahnya atapun memeriksa penampilannya yang baru saja terjaga dari tidur. Perjalanan Aisha tentu tidak akan mulus. Sekarang waktunya jam padat pulang kerja, jalanan pasti sangat macet, walaupun begitu Asiha berusaha untuk mencari jalan tercepat untuk tiba disana.Aisha sudah pasti sangat terlambat tiba disana. Sekitar dua puluh menit berkendara, ia terjebak macet padahal aplikasi penunjuk arah menunjukkan bahwa lokasi tempat yang acara pernikahannya dengan Adnan hanya sekitar 500 meter lagi.'Ya Tuhan,' batin Aisha. Aisha sangat cemas jika Adnan akan murka kepadanya."Padahal aku akan segera sampai," Gumam Aisha. Ia akan segera tiba di tempat yang dimaksud Adnan jika berhasil melewati satu lampu merah lagi."Aku tidak punya banyak waktu!" Aisha menepikan mobilnya di parkiran sebuah minimarket. Aisha kepikiran untuk jalan kaki saja kesana.Setelah memarkirkan mobilnya, Ia berlari menuju tempat itu, ia tidak peduli apapunapapun, yang terpenting ia harus tiba disana."Hah.. Hah.." Sekitar 4 menit Aisha berlari sekencang kencangnya."Hah.. Hah.." Napasnya tersengal sengal sepanjang perjalanan dan setelah tiba di tempat itu. Ternyata tempat yang dituju Aisha adalah sebuah masjid."Apa iya disini tempatnya?" Gumam Aisha. Aisha tidak yakin bahwa ia benar. Ia melihat kesekitar untuk memastikan."Mba Ais!" Panggil Julian. Julian adalah Sekretaris Adnan."Lian," Aisha mendatangi Julian."Kenapa lama banget Mba? Mas Adnan udah sangat marah," Tanya Julian."Macet Lian. Oh ya, habislah aku." Aisha dan Julian bergegas masuk ke dalam masjid. Di dalam masjid Aisha melihat wajah Adnan sangat kesal. Aisha berusaha untuk biasa saja."Mba kesana dulu siap siap!" Tunjuk Julian ke arah kiri dari tempat akad."Oh iya Lian, saya kesana dulu." Aisha segera dibantu oleh orang suruhan Adnan untuk berganti pakaian.Setelah itu, acara akad keduanya berlangsung. Akad kali ini diwakilkan pada Pak Penghulu. Bapak Aisha sedang terbaring sakit di rumah sakit, tidak mungkin mampu menikahkan mereka. Jika mampu pun, Adnan pasti enggan menjabat tangan Pak Adhi lagi.Tidak pakai lama akad nikah pun langsung terjadi. "Sah" Ucap beberapa orang yang turut hadir di masjid itu. Aisha tidak mengenal siapa mereka, yang pasti mereka adalah orang orang Adnan.'Alhamdulillah,' batin Aisha. Selang lima menit, Adnan menarik lengan Aisha dan membawanya segera pergi. Adnan tidak memberikan jeda sedikitpun untuk Aisha."Mas, apa gak pamit dulu sama Pak Penghulu dan yang lainnya? Kita main pergi begini aja apa gak papa?""Sejak kapan kamu mikirin orang lain hah?""Ta-pi..""Udah ayok buruan! Jalannya kok kayak siput. Lelet banget sih!""Mas pelan pelan. Ais gak bisa jalan," Protes Aisha. Ia sangat kesulitan berjalan menggunakan pakaiannya saat ini."Ihh lama!" Adnan membopong Aisha bagai sebuah karung beras."Mas!" Pekik Aisha."Apalagi sih?" Nada bicara Adnan sudah seperti orang marah. Aisha yang takut menjadi hening Seketika.***"BUGGHHH" Adnan mendorong keras tubuh Aisha ke atas ranjang. Tidak ada sedikitpun kelembutan dari Adnan, tubuh Aisha yang sejatinya lemah dari pada orang umumnya membuatnya merasakan sakit akibat di dorong seperti itu."Mas Adnan, apa kita gak sholat maghrib dulu?""Masih ada hari esok Di. Sekarang kita lakukan apa yang aku maksud tadi siang.""Astaghfirullah sholat itu wajib Mas, kamu benar benar berubah Mas!""Sudah aku katakan kalau aku bukan suami mu yang dulu Aisha!" Setelah itu Adnan langsung membungkam bibir Aisha dengan bibirnya.Aisha memejamkan matanya dan membiarkan Adnan melakukan apa yang ia inginkan. Ia pasrah. Sedangkan Adnan, dirinya membabi buta menghajar tubuh kecil Aisha yang sudah lama tidak ia jamah.Pergulatan pun berlangsung, lenguhan khas pun keluar dari mulut keduanya. Magrib yang membara, keduanya mabuk dalam kenikmatan dunia.Malam harinya, Aisha terjaga. Tubuhnya masih dipeluk erat oleh Adnan.'Astaghfirullah, Aku benar-benar telah menjual diriku sendiri,' Aisha memegangi dahinya. Ia sakit kepala mengingat caranya menyelamatkan perusahaan.'Aku tahu ini tidak benar, tapi aku bisa apa coba?' Batin Aisha. Aisha berusaha menyingkirkan lengan Adnan dari tubuhnya. Aisha ingin bersih bersih."Berat banget sih Mas!" Ucap Aisha.Saat bangkit tubuh Aisha remuk semuanya. Ia tidak tahu jika Adnan akan sekasar itu padanya. Aisha berjalan ke kamar mandi tertatih-tatih untuk membersihkan dirinya.Di dalam kaamr mandi ada cermin besar yang memudahkan Aisha untuk memeriksa tubuhnya. Tubun Aisha penuh bercak kemerahan dan ada beberapa lebam di lengannya."Kapan aku mendapatkan memar memar ini?" Gumamnya. Aisha menyentuh memar itu, "Sakit sekali!""Tok..tok.." Belum sempat melakukan apapun, Adnan sudah bangun."Aisha, keluar cepat. Aku kebelet pipis!"'Gak sabaran banget sih!' Geritu Aisha dalam hati."Tok..tok..""Tok..tok.." Adnan menggedor pintu kamar mandi sampai Aisha menjawab."Cekrekk" Aisha segera keluar.Adnan tercengang melihat bercak bercak merah keunguan di area leher dan juga lengan Aisha. Tersadar dalam hitungan beberapa detik saja, "Awas!" Adnan nyelonong masuk hingga bahu Aisha dan bahunya bertabrakan."Pelan pelan kenapa sih Mas, sakit!""Makanya awas!"Aisha pasrah dan menunggu Adnan keluar dari kamar mandi. Beberapa menit Aisha berdiri disana, Adnan tidak kunjung keluar. Akhirnya Aisha berjalan kembali ke arah kasur dengan tubuhnya yang hanya berbalut handuk sebatas pahanya. Ia kemudian duduk untuk menunggu selama beberapa menit."Ahh.. Lama sekali," Gumam Aisha. Aisha tergerak untuk keluar kamar dan melihat seperti apa rumah yang sudah lama ia tinggalkan itu. Aisha mulai menyusuri dari ruang tengah hingga ke dapur.'Tidak ada yang berubah disini. Rumah ini rapi, namun aroma debu tercium di seluruh rumah. Apa yang dilakukan Mas Adnan selama ini? Aku kehilangan kontak dengannya, dan tiba tiba ia kembali menjadi kaya raya dan memiliki kekuasaan seperti sekarang.'"Hei! Sedang apa kamu disana?" Ucap Adnan.Aisha menoleh ke arah belakang."Udah ke toiletnya Mas?" Tanya Aisha. Adnan terlihat baru siap mandi, ia menggunakan kaos oblong dan juga celana pendek yang panjangnya setengah dari pahanya.'Indah sekali,' batin Aisha. Ia memandangi Adnan dari atas hingga ke bawah. Tubuh Adnan yang kekar dan juga parasnya yang tampan membuat wanita manapun jatuh hati terlepas dari statusnya yang disandangnya yaitu duda."Tap..tap.." Adnan melangkah mendekat ke arah Aisha."Kamu, pergilah mandi! Aroma tubuhmu sangat tidak enak. Pastikan kamu mandi dengan bersih dan memakai parfum," Perintah Adnan."Hemm.." Aisha segera pergi dari sana.Setibanya di kamar mandi, Aisha melihat sudah ada perlengkapan mandi baru. 'Mungkin ini untukku.' Aisha menghidupkan shower dan mulai mandi. Sedangkan di ruang tengah, Adnan sedang berfantasi tentang pergulatan yang berlangsung antara dirinya dan Aisha."Sstttts.. Sial! Tubuhnya membuat aku candu. Bagaimana mungkin aku bisa menyakitinya. Melihat memar memar di tubuhnya saja aku tidak tega. Ini gila, Damn!" Ucap Adnan."Mas.. Mas!" Panggil Aisha."Sstttts.. Sial! Tubuhnya membuat aku candu. Bagaimana mungkin aku bisa menyakitinya. Melihat memar memar di tubuhnya saja aku tidak tega. Ini gila, Damn!""Mas.. Mas!" Panggil Aisha. Aisha yang seharusnya sudah berada di dalam kamar mandi masih terdengar suaranya. Aisha muncul tiba-tiba. "Apa? Bukannya kamu mau mandi tadi?""Iya Mas, air dinginnya gak nyala. Mas bantuin hidupin air dinginnya ya," Pinta Aisha. 'Syukurlah, aku kira dia dengar apa yang aku katakan,' batin Adnan. "CEO dari sebuah perusahaan besar gak bisa nyalain shower air?" Sindir Adnan. Ia mengangkat satu alisnya ke atas. "Iya gak bisa Mas, udah Aisha coba Mas.""Ngerepotin banget sih!" Adnan berjalan melewati Aisha. Buru buru Aisha mengikuti langkah kaki Adnan. Setibanya di kamar mandi, Adnan langsung menyalakan shower itu. "Ini air dingin, ini air panas!" Tegas Adnan. "Hohh.. Tadi udah Ais coba Mas, tapi gak bisa.""Ini buktinya bisa. Kamu sengaja ya mau ngerjain aku?" Tatap Adnan sinis. "No Mas, beneran gak
"Mas, besok Ais ingin pergi ke suatu tempat setelah pulang kantor. Tolong izinkan Ais ya Mas.""Mau kemana?""Bukan rumah sakit dan enggak ada kaitannya sama Bapak. Tenang aja," Jawab Aisha. Setelah mengatakan itu, Aisha langsung berbalik badan dan meninggalkan Adnan. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh Aisha. Aisha sangat lelah dan ingin tidur untuk melepaskan kepanatannya. "Hei, aku belum selesai bicara ya!" teriak Adnan. Adnan belum merasa puas untuk memberikan Aisha pelajaran, sedangkan Aisha tidak peduli dengan Adnan yang masih tersulut emosi negatif. Sesampainya di kamar, Aisha pergi ke dalam kamar mandi untuk bersih bersih. Ia ingin segera tidur karena tubuhnya sudah tidak berenergi lagi.Selepas Aisha masuk ke kamar, Adnan merenungi perbuatannya tadi. 'Ahh ini gila, aku terlalu berlebihan hingga membuatnya terjatuh. Tapi mau bagaimana lagi. Dia sangat tidak penurut, aku jamin orang tua itu juga tidak akan mati dengan mudah. Dosa dosanya terlalu banyak.' Adnan yang tidak in
"Aisha pikir dunia Aisha sudah lama hancur Bunda. Aisha sangat tangguh untuk menghadapi apapun yang akan terjadi nanti. Yang penting, Bunda dan Hara harus segera pergi dan bersembunyi jauh dari sini!""Aisha, kenapa nasibmu sangat malang. Almarhumah Mba Yu pasti sangat sedih melihat putri semata wayangnya menjalani kehidupan seperti ini." Wanita paruh baya itu mengelus pundak Aisha. Wanita paruh baya itu adalah adik dari Almarhumah Ibu Aisha. Beliaulah satu satunya tempat Aisha meminta bantuan dan yang menguatkannya. "Ibu tahu Aisha tidak akan menyerah Bunda. Tidak akan pernah!"Tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya, wanita yang dipanggil Bunda oleh Aisha itu langsung memeluk Aisha. "Tinggalkan semuanya jika terlalu berat Ais. Bunda punya sedikit tabungan untuk kita bertiga.""Tapi.." kata kata Aisha terhenti."Biaya pengobatan Bapak sangat besar Bunda. Ais juga tidak tahu kapan Bapak akan sadar. Ais tidak apa harus seperti sekarang, asal Bapak, Hara dan Bunda tidak ada yang men
"Astaghfirullah, bagaimana mungkin?" Jantung Adnan berdegub kencang. Segera Adnan kembali ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Aisha. Aisha yang melihat Adnan buru buru masuk ke dalam rumah pun segera kembali ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya. "Aisha.. Tok.. Tok.. Tok.. Aisha!" "Aisha buka pintunya! Aku tahu kamu belum tidur. Tokk.. Tok..!" Adnan masih terus mengetuk pintu kamar Aisha. "Tokk... Tok.... Tok.. Aku dobrak kalau tetap gak buka pintunya!" Aisha memiliki firasat tidak baik melihat reaksi Adnan sekarang. 'Apa jangan jangan Mas Adnan tahu sesuatu?' Pikir Aisha. Perasaannya menjadi sangat tidak nyaman, tapi ia masih enggan membukakan pintu untuk Adnan. "Oke kalau kamu gak mau buka pintu sekarang. Aku ingin menanyakan sesuatu, tolong jawab dengan jujur!" "Iya," Jawab Aisha. "Namanya Aihara, dia putriku kan?" "Astaghfirullah," Ucap Aisha. Aisha tahu Suatu hari Adnan akan mengetahui keberadaan Hara, tapi tidak secepat ini. "Jawab Aisha! Jangan diam aja.
"Cukup bercandanya Jalang! Melindungi dirimu sendiri saja kau tidak mampu, apalagi melindungi anak itu!" Adnan kembali mendekati Aisha untuk mengatakan itu."Mas Adnan, akan aku pastikan kamu menjilat perkataan kamu ini Mas!" Teriak Aisha. Sementara itu, Adnan sudah menghilang dari pandangan Aisha. Setelah itu, Aisha kembali menelpon Bundanya. "Tut.. Tut..." "Halo Assalamu'alaikum Ais," Jawab Bunda. "Alhamdulillah, Bunda akhirnya ngangkat telepon Ais. Bunda ngapain aja? Ais sangat khawatir.""Maafkan Bunda, Ais. Bunda tahu kamu dari tadi menelpon Bunda, tapi Bunda gak bisa menjawab telepon kamu. Adnan dan juga orang suruhannya menemukan Bunda saat Bunda dan Hara berada di terminal. Kita ketahuan Ais. Maafkan Bunda," Bunda merasa sangat menyesal. "Bunda gak salah apa-apa, Bun. Jangan minta maaf sama Ais seperti tadi. Ais tahu, suatu hari Mas Adnan akan mengetahui semuanya. Lalu bagaimana kondisi Bunda dan Hara, Bun? Mas Adnan tidak melakukan apa apa
."Jangan ngaco! Mimpi kali, sadarlah dari mimpimu itu!"Aisha masih ingin protes terhadap isi dari surat perjanjian pernikahan itu, tapi ia harus sadar diri terhadap posisinya sekarang ini. Dia tidak punya pilihan. "Tunggu apa lagi Aisha? Mau kamu protes bagaimanapun isi perjanjian itu tidak akan berubah, sedikitpun, right!""Hemm.. Ais tahu Mas, karena itu Aisha tidak akan menandatangani surat perjanjian ini.""Gak mau tanda tangan ya?" Adnan masih menatap tajam ke Aisha. "Iya Mas, isinya semua merugikan Aisha saja."Adnan segera bergerak mendekati Aisha dan mencengkram lehernya. Kepala Aisha mengasah dibuatnya. Adnan semakin menguatkan cengkeramannya. "Mas.." Ucap Aisha. Apa yang dilakukan Adnan membuat Aisha sulit untuk bernafas. Aisha pun mencoba menepuk-nepuk lengan Adnan agar Adnan melepaskan cengkeramannya dari leher Aisha. "Puk....puk..""Puk.. Puk.. " Adnan yang menyadari hal itu masih belum mau melepaskan Aisha. "Mas Adnan!" Teriak Aisha. "Auuu.. " Ucap Adnan. Susah
"Kau sudah cukup beristirahatkan?" Tanya Adnan. Aisha belum tau harus menjawab apa, tapi Adnan sudah membuka pelindung area bawahnya. Segera tangan Adnan bermain dengan organ vital milik Aisha. "Mas!!" Pekik Aisha karena ulah Adnan. "Siapa suruh menggodaku Aisha!" Bisik Adnan di telinga kiri Aisha. Adnan lanjut mencium kening Aisha, pipinya lalu juga area bibir. Makin lama ciuman bibir keduanya semakin dalam. Sementara itu, Adnan masih lanjut menggencar area bawah Aisha. "Egghhh ahhh.. Egghhh""Eghhh.." Kali ini Aisha merasakan rangsangan yang sangat hebat. Adnan menjamah area area itu dengan sempurna. Untuk urusan ranjang, Adnan memang hebat. Aisha sangat sangat menikmati permainan Adnan. Melihat reaksi Aisha yang sangat menikmati permainan, Adnan membuka celananya dan tentunya benda perkasa miliknya sudah turn on, tapi Adnan tidak ingin permainan siang hari menjelang sore itu berlangsung sangat singkat. Adnan mulai menggesek gesekkan b3mds perkasa miliknya
"Aisha!!" Teriak Adnan. Suara Adnan membuyarkan perhatian Aisha. Segera Adnan menghampiri Aisha. Adnan memegang lengan Aisha dan menariknya menjauh dari balkon. "Kau mau ngapain?" Bentak Adnan. Wajah Adnan sangat memerah dan emosinya terpancing. Aisha merasa bingung. Dengan reaksi Adnan. Ia tidak tahu apa yang membuat Adnan membentaknya. Beberapa waktu lalu ia telah memuaskan Adnan, lalu mengapa sekarang Adnan marah padanya. "Kau gila ya? Mau lompat dari balkon itu, hah?" Tanya Adnan. Kali ini nada suaranya lebih rendah, tapi masih keras. "Apa?" Aisha tercengang. Ia tidak tahu mengapa Adnan menanyakan pertanyaan begitu. "Kau ngapain di balkon itu tadi. Kamu mau lompat ya? Kalau mau bunuh diri atau semacamnya jangan di rumah ini!" "Hohh.." Respon Aisha. "Aku bertanya padamu, kok hohhh.." "Ais bingung kenapa Mas tiba-tiba teriak, ternyata Mas Adnan kepikiran hal itu toh?" Tanya Aisha. Adnan segera mengangguk.
"Iya, iya. Kalau gitu sampai besok ya. Kita berangkat besok pagi pagi ya. Jangan datang siang, kita berangkat jam 9 pagi ya.""Iya iya, tenang aja. Jangan khawatir. Aku pasti tepat waktu kok. Aku juga semangat banget mau kita bisa pergi bertiga setelah sekian lama gak ngumpul.""Oke oke, assalamu'alaikum. Aku tutup dulu telponnya. Besok save drive ya.""Walaikumsalam." Adnan pun menutup teleponnya. ***Esok harinya, Adnan, Aisha dan Adnan baru saja tiba di kebun binatang. Layaknya anak kecil biasanya, Hara sangat bahagia diajak berwisata. Hara banyak bertanya pada Adnan maupun Aisha tentang hewan hewan yang ia lihat disana. Dengan senang hati, Adnan dan Aisha menjelaskan setiap pertanyaan Hara. Hingga siang hari, tibalah Hara mengajukan pernyataan yang serius. Mereka baru saja selesai makan siang dan bersiap siap untuk melanjutkan kunjungan mereka ke tempat lainnya. Adnan berencana mengajak Hara untuk pergi berenang. "Kita sudah setengah hari bersama-sama Ayah, Ibu. Apa Ibu dan Aya
15. "Bukan gitu Ayah, Hara hanya merasa jika Ibu seharusnya bahagia dan memiliki pasangan seperti orang lain Yah. Hara juga ingin melihat Ayah bahagia. Kalau Ibu gak berencana mau punya pasangan baru, apa Ayah juga tidak?""Apa Ayah terlihat menyedihkan dengan kondisi Ayah sekarang sayang?""Bukan begitu Ayah, Hara sangat mencemaskan Ayah dan Ibu. Hara pasti akan bahagia jika Ayah dan Ibu bahagia.""Kamu masih sangat kecil dan sudah kepikiran sampai sejauh itu sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya sayang membuat kamu khawatir.""Ayah kenapa minta maaf, Ayah kan gak ngelakuin hal yang salah.""Andai Ayah dan Ibu seharusnya bisa menahan ego lagi sedikit, agar kita semua bahagia sayang.""Hara tidak mengerti apa yang Ayah katakan. Yang jelas, Hara ingin Ayah dan Ibu bahagia lagi seperti dulu. Benar benar bahagia, bukan hanya tersenyum di depan Hara, tapi di setiap harinya.""Ayah akan berusaha untuk menjadi seperti yang Hara inginkan sayang, Ayah juga nanti bakal bilang ke Ibu ya. Kamu janga
"Om hati hati nanti di jalan pulang. Sampai ketemu lagi ya Om," Hara juga menyalami Denis. Adnan dan Hara pun meninggalkan rumah itu, namun belum sampai ke mobilnya, Adnan mendengar Bunda. "Ini Bunda ada cemilan dan juga kopi. Ayo dinikmati Nak Denis," Ucap Bunda. Adnan pun menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang. 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi aku tidak menyangka jika aku akan kalah dengan Pria asing yang entah berasal dari mana. Aku harus menyerah berapa kali lagi dan harus menunggu berapa lama lagi. Aku ingin selesai dengan perasaan ini, tapi aku selalu kembali pada Aisha,' batin Adnan. Dengan hati yang gundah, Adnan pergi meninggalkan rumah Aisha. "Ayah kenapa ngelamun? Apa Ayah sakit?" Tanya Hara. Hara menyadari jika Adnan sepertinya kurang nyaman dan banyak diam. Hara yang masih terlalu kecil menafsirkan sikap Adnan itu mungkin karena sakit. "Engga sayang, Ayah gak sakit. Kenapa Hara pikir Ayah sakit?""Ayah terlihat m
"Aku?" "Ya kamu..""Aku alhamdulillah baik, ayo duduk dulu yuk. Masa dari tadi bengong bengong doang?""Oh iya iya, ayo masuk!" Ajak Pak Adhi.Semua orang pun masuk ke dalam rumah. Kedatangan Adnan pada jak makan siang, jadi mereka semua langsung menuju dapur karena akan bersama. "Wah.. Banyak banget makanannya. Ada apa ini?" Tanya Adnan. "Assalamu'alaikum," Suara seseorang terdengar dari luar. Pintu depan yang belum ditutup pun membuat suara itu terdengar hingga di dapur. "Kayaknya ada yang datang deh," Ucap Bunda. "Iya Bun, tadi Aisha mengundang satu teman baru Aisha Bun. Aisha ke depan dulu buat ajak masuk ya Bun.""Iya sayang," Jawab Bunda. Yang lainnya melanjutkan kegiatan mereka dan sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Pak Adhi bahkan sudah menyendok nasi ke piringnya. Disusul oleh Adnan yang sekaligus menyendokkan nasi ke piring Hara. "Hai! Kamu sudah sampai. Tadi langsung ketemu rumahnya atau gimana?" Tanya Aisha."Assalamu'alaikum," Ucap Tamu yang kini sudah ber
ak Denis, tunggu saya!" Ucap Aisha. "Ayolah lebih cepat. Kamu sih kebanyakan bengong. Ngapain sih bengong?" Ucap Denis. Denis berusaha menurunkan kecepatan langkah kakinya."Saya gak bengong Pak, saya lagi mikir tadi." Aisha pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Denis. "Bapak kok mau numpangin saya, Pak?" Tanya Aisha. "Kan searah. Lagian says juga bakal lewat sana juga.""Hohh.. Gitu ya Pak." Aisha dan Adnan pun sudah tiba di depan mobil Denis. "Ayo masuk buruan! Jangan bengong lagi.""Iya iya Pak. Saya gak bengong kok.""Ya udah, kalau gitu ayo buruan masuk!" Ajak Denis. Denis dan Aisha pun segera masuk ke dalam mobil. Jalanan yang dilalui mereka sudah tidak macet lagi. Lalu lintas juga terpantau lancar. "Di mana tadi parkir mobilnya?""Dekat sih Pak, beberapa meter di depan sana.""Hoh.. Mini market yang di ujung jalan itu ya?""Ya Pak, bener banget. Yang itu Pak.""Kamu kenapa dari tadi manggil saya Bapak terus. Kita kan dalam kondisi formal. Panggil Denis aja, lagian kit
"Alhamdulillah, sejauh ini sayang. Kita sudah benar-benar stabil, tidak akan mudah untuk menggoyahkan kita.""Alhamdulillah, semoga seterusnya juga begitu Pak.""Aamiin."Aisha pun segera bangkit dari tempat duduknya karena ingin mengakhiri kunjungannya. "Loh mau kemana?" Tanya Pak Adhi. "Aisha cuma berkunjung sebentar Pak. Nanti Aisha mau ke tempat lain. Ada pertemuan sama beberapa donatur Yayasan Pak," Jelas Aisha. "Oh gitu, nanti kamu terlambat sayang. Pergilah, hati hati di Jalan ya sayang. Lebih naik kita datang lebih dulu dibandingkan mereka yang harus menunggu. Jaga sopan santun kita.""Oke Pak, Aisha berangkat dulu ya Pak," Aisha segera salim pada Pak Adhi. Dalam beberapa menit Aisha sudsh berada di jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati perjalanannya menuju pertemuan dengan para Donatur Yayasan. Namun perjalanannya tidak begitu mulus. Sekitar 2 kilometer hampir sampai ke tempat tujuan ada macet. Aisha tidak kepikiran kalau jalanan disana ak
"Ya, sebuah keajaiban terjadi begitu saja. Saya juga tidak menyangka bisa memiliki bayi Bu. Alhamdulillah, anugerah itu datang ke kehidupan saya," Jelas Bela. Aisha langsung mendekati Bela dan memeluknya. "Alhamdulillah, saya sangat bahagia untukmu Bela."Iya Bu. Makasih banyak Bu." Aisha pun melepaskan pelukannya. "Ibu gimana kabarnya?" Tanya Bela. "Saya..?""Iya Ibu, Ibu gimana?""Saya masih begini begini aja Bel. Saya gak ada kepikiran buat yang lain. Sekarang fokus ngerawat Hara sambil ngurus Yayasan aja.""Ini udah lumayan lama loh Bu. Gak ada kepikiran mau cari pasangan Bu?""Iya Bu," Tambah Bianca. Bianca pun penasaran dengan perkembangan percintaan dsei mantan bosnya itu. Aisha tersenyum lalu menjawab, "Saya belum ketemu yang cocok. Kalau ada saya mau loh," Jawab Aisha dengan nada bercanda. "Iya iya bener Sih Bu. Hemm.. Oh iya Bu, mau saya kenalin gak Bu sama sepupu Saya?" Tanya Bela. "Sepupu kamu?" "Iya Bu, sepupu saya. Orangnya cakep, putih, tinggi dan punya usaha sen
"Bukan gitu Bunda. Aisha gak mau balik ke kehidupan yang pernah Aisha tinggalkan Bun. Aisha masih ingat sakitnya gimana Bunda. Aisha kehilangan banyak hal di masa lalu Bun. Aisha juga kehilangan calon anak Aisha Bun. Rasanya sangat membekas Bunda. Aisha benar-benar tidak akan kembali ke lingkaran setan itu Bunda. Kalau untuk kembali kesana, itu rasanya tidak mungkin Bunda.""Begitu ya sayang, Bunda juga masih ingat gimana sakitnya kamu waktu itu. Maafkan Bunda bisa kepikiran sampai sana Aisha. Maafkan Bunda. Bunda salah Aisha." Bunda menyesali pikirannya yang terlalu jauh. Bunda benar-benar menyesal. "Gak papa Bunda. Bunda mungkin terlalu khawatir.""Sekali lagi maafkan Bunda ya sayang.""Iya Bunda. Aisha gak papa kok." Usai pembicaraan itu, Aisha kembali ke kamarnya untuk mandi dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Selesai mandi, Aisha merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Ia mencari tahu tentang siapa Denis. Benarkah yang dilihatnya tadi hanya Pria bernama Denis yang mi
"Tok.. Tok.." Aisha mengetuk jendela mobil itu. Aisha belum melihat siapapun turun dari sana, pasti Pemiliknya masih ada di dalam mobil. Tidak mendapat respon setelah mengetuk sekali, Aisha mencoba ulang. "Tok.. Tok..tok.." Kali ini Aisha mengetuk lebih kencang dari sebelumnya.Akhirnya usaha Aisha berhasil, Aisha mendengar jika sang Pemilik mobil membuka pintu mobil itu. Dan seorang Pria turun dari mobil itu. Aisha terperangah melihat Pria itu. "Astaghfirullah," Ucap Aisha tanpa sadar. Aisha mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dia lihat. Aisha melakukannya beberapa kali."Reno..?" Bibir Aisha sangat kelu mengucapkan nama itu. "Reno.. It's you? Ren.." Aisha segera menarik lengan Pria itu dan menggenggamnya."Ih.. Kamu siapa? Aneh banget!" Dengan cepat Pria itu menarik lengannya dan menjauh dari Aisha. "Kamu siapa? Kenapa kamu sangat tidak sopan?""Reno.. Ini kamu? Beneran kamukan?" Tanya Aisha."Me? Reno?" Tanya Pria itu. "Iya.. Kamu Reno?""Aku gak kenal