Share

2. Ssstt.. candu

Aisha langsung ke kantornya setelah meninggalkan kantor Adnan. Setibanya Aisha di kantor, sekitar 10 orang pegawainya yang tersisa terlihat sedang sibuk. Tidak seperti hari biasanya, hari ini kantor terlihat seperti kantor sungguhan.

'Apa Mas Adnan sudah mengerahkan kekuasannya?' Pikir Aisha.

Aisha segera menghampiri sekretarisnya yang bernama Wilona untuk menanyakan apa yang terjadi.

"Apa yang terjadi Wi?" Tanya Aisha.

"Dua penawaran kita yang di tolak kemarin sudah di approve, Bu. Kita selamat!" Wajah Wilona sangat bahagia.

"Syukurlah," Ucap Aisha. Aisha sedikit lega, setidaknya perusahaannya akan bertahan untuk bulan ini.

'Mas Adnan benar-benar membantuku, syukurlah' batin Aisha. Rasa lega muncul dalam hati Aisha yang setiap harinya sangat risau.

"Saya ke ruangan saya dulu kalau gitu."

"Iyq Bu," jawab Wilona.

"semangat semuanya!" Aisha berusaha memberikan semangat pada semua karyawannya.

"Iya Bu," Jawab Semua orang. Semua karyawannya terlihat tersenyum sumringah. Ini pertama kalinya setelah tiga bulan terakhir Aisha melihat senyum sumringah mereka.

'Terima kasih Tuhan,' batin Aisha.

Setelah itu, Aisha masuk ke ruangannya.

Setelah berada di dalam, Ia duduk mengadap arah luar dimana ia bisa melihat pemandangan Ibu Kota yang begitu riwuh melalui jendela kaca besar di ruangannya.

'Aku tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa jam lagi, aku percayakan padaMu Tuhan, Aisha membatin.

Beberapa menit Aisha larut dalam lamunannya.

Rasa kantuk dan lelah juga membersamai Aisha dan membuatnya tertidur.

Ada sofa kecil disana, Aisha awalnya mau rebahan saja tapi ia malah tertidur pulas. Ini pertama kalinya ia bisa bisa tertidur pulas setelah dua bulan belakangan ini. Ia selalu kepikiran tentang nasib orang orang yang bergantung padanya dan juga perusahaan yang telah dibangun oleh sang Bapak berpuluh-puluh tahun lamanya.

***

Waktu berlalu cepat, waktu sudah menunjukkan pukul 16.45 sore. Orang orang di kantor sudah pada pulang, hanya Aisha yang tersisa seorang diri. Tidak ada yang membangunkan Aisha, termasuk Wilona sang Sekretaris. Mereka tahu, Aisha pasti sangat lelah dan baru saja bisa tertidur setelah sekian lama.

Tidur Aisha yang sangat lelap baru terganggu setelah suara getar yang berasal dari ponsel Aisha.

"Dret.. Dret.. Dret.."

"Dret.. Dret.. Dret.."

"Dret.. Dret.. Dret.." Ponsel Aisha bergetar. Entah sudah berapa lama ponselnya bergetar, Aisha masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Eghhh" Aisha terjaga karena itu. Setengah sadar, Aisha berusaha meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja di sebelahnya. Aisha memandangi layar ponselnya dan melihat banyak telepon tidak terjawab dan juga pesan masuk.

"Astaga," Aisha langsung ingat jika ia akan menikah dengan Adnan sore ini.

"Mas Adnan?" Gumam Aisha. Segera ia menggeser layar ponselnya untuk menjawab telepon itu

"Halo Mas," Jawab Aisha.

"Dimana kamu? Sudah jam berapa ini?" Tanya Adnan.

"Ais ketiduran Mas. Maaf," Jawab Aisha.

"Segera kesini, atau kesepakatan kita batal. Kamu jangan berpikir kalau semuanya sudah berjalan lancar!" Ancam Adnan.

"Iya Mas. Sebentar, Aisha akan segera tiba kesana."

"Tut" Adnan langsung memutuskan sambungan telepon itu.

Secepatnya, Aisha berusaha mengendarai mobilnya tanpa mencuci wajahnya atapun memeriksa penampilannya yang baru saja terjaga dari tidur. Perjalanan Aisha tentu tidak akan mulus. Sekarang waktunya jam padat pulang kerja, jalanan pasti sangat macet, walaupun begitu Asiha berusaha untuk mencari jalan tercepat untuk tiba disana.

Aisha sudah pasti sangat terlambat tiba disana. Sekitar dua puluh menit berkendara, ia terjebak macet padahal aplikasi penunjuk arah menunjukkan bahwa lokasi tempat yang acara pernikahannya dengan Adnan hanya sekitar 500 meter lagi.

'Ya Tuhan,' batin Aisha. Aisha sangat cemas jika Adnan akan murka kepadanya.

"Padahal aku akan segera sampai," Gumam Aisha. Ia akan segera tiba di tempat yang dimaksud Adnan jika berhasil melewati satu lampu merah lagi.

"Aku tidak punya banyak waktu!" Aisha menepikan mobilnya di parkiran sebuah minimarket. Aisha kepikiran untuk jalan kaki saja kesana.

Setelah memarkirkan mobilnya, Ia berlari menuju tempat itu, ia tidak peduli apapunapapun, yang terpenting ia harus tiba disana.

"Hah.. Hah.." Sekitar 4 menit Aisha berlari sekencang kencangnya.

"Hah.. Hah.." Napasnya tersengal sengal sepanjang perjalanan dan setelah tiba di tempat itu. Ternyata tempat yang dituju Aisha adalah sebuah masjid.

"Apa iya disini tempatnya?" Gumam Aisha. Aisha tidak yakin bahwa ia benar. Ia melihat kesekitar untuk memastikan.

"Mba Ais!" Panggil Julian. Julian adalah Sekretaris Adnan.

"Lian," Aisha mendatangi Julian.

"Kenapa lama banget Mba? Mas Adnan udah sangat marah," Tanya Julian.

"Macet Lian. Oh ya, habislah aku." Aisha dan Julian bergegas masuk ke dalam masjid. Di dalam masjid Aisha melihat wajah Adnan sangat kesal. Aisha berusaha untuk biasa saja.

"Mba kesana dulu siap siap!" Tunjuk Julian ke arah kiri dari tempat akad.

"Oh iya Lian, saya kesana dulu." Aisha segera dibantu oleh orang suruhan Adnan untuk berganti pakaian.

Setelah itu, acara akad keduanya berlangsung. Akad kali ini diwakilkan pada Pak Penghulu. Bapak Aisha sedang terbaring sakit di rumah sakit, tidak mungkin mampu menikahkan mereka. Jika mampu pun, Adnan pasti enggan menjabat tangan Pak Adhi lagi.

Tidak pakai lama akad nikah pun langsung terjadi. "Sah" Ucap beberapa orang yang turut hadir di masjid itu. Aisha tidak mengenal siapa mereka, yang pasti mereka adalah orang orang Adnan.

'Alhamdulillah,' batin Aisha. Selang lima menit, Adnan menarik lengan Aisha dan membawanya segera pergi. Adnan tidak memberikan jeda sedikitpun untuk Aisha.

"Mas, apa gak pamit dulu sama Pak Penghulu dan yang lainnya? Kita main pergi begini aja apa gak papa?"

"Sejak kapan kamu mikirin orang lain hah?"

"Ta-pi.."

"Udah ayok buruan! Jalannya kok kayak siput. Lelet banget sih!"

"Mas pelan pelan. Ais gak bisa jalan," Protes Aisha. Ia sangat kesulitan berjalan menggunakan pakaiannya saat ini.

"Ihh lama!" Adnan membopong Aisha bagai sebuah karung beras.

"Mas!" Pekik Aisha.

"Apalagi sih?" Nada bicara Adnan sudah seperti orang marah. Aisha yang takut menjadi hening Seketika.

***

"BUGGHHH" Adnan mendorong keras tubuh Aisha ke atas ranjang. Tidak ada sedikitpun kelembutan dari Adnan, tubuh Aisha yang sejatinya lemah dari pada orang umumnya membuatnya merasakan sakit akibat di dorong seperti itu.

"Mas Adnan, apa kita gak sholat maghrib dulu?"

"Masih ada hari esok Di. Sekarang kita lakukan apa yang aku maksud tadi siang."

"Astaghfirullah sholat itu wajib Mas, kamu benar benar berubah Mas!"

"Sudah aku katakan kalau aku bukan suami mu yang dulu Aisha!" Setelah itu Adnan langsung membungkam bibir Aisha dengan bibirnya.

Aisha memejamkan matanya dan membiarkan Adnan melakukan apa yang ia inginkan. Ia pasrah. Sedangkan Adnan, dirinya membabi buta menghajar tubuh kecil Aisha yang sudah lama tidak ia jamah.

Pergulatan pun berlangsung, lenguhan khas pun keluar dari mulut keduanya. Magrib yang membara, keduanya mabuk dalam kenikmatan dunia.

Malam harinya, Aisha terjaga. Tubuhnya masih dipeluk erat oleh Adnan.

'Astaghfirullah, Aku benar-benar telah menjual diriku sendiri,' Aisha memegangi dahinya. Ia sakit kepala mengingat caranya menyelamatkan perusahaan.

'Aku tahu ini tidak benar, tapi aku bisa apa coba?' Batin Aisha. Aisha berusaha menyingkirkan lengan Adnan dari tubuhnya. Aisha ingin bersih bersih.

"Berat banget sih Mas!" Ucap Aisha.

Saat bangkit tubuh Aisha remuk semuanya. Ia tidak tahu jika Adnan akan sekasar itu padanya. Aisha berjalan ke kamar mandi tertatih-tatih untuk membersihkan dirinya.

Di dalam kaamr mandi ada cermin besar yang memudahkan Aisha untuk memeriksa tubuhnya. Tubun Aisha penuh bercak kemerahan dan ada beberapa lebam di lengannya.

"Kapan aku mendapatkan memar memar ini?" Gumamnya. Aisha menyentuh memar itu, "Sakit sekali!"

"Tok..tok.." Belum sempat melakukan apapun, Adnan sudah bangun.

"Aisha, keluar cepat. Aku kebelet pipis!"

'Gak sabaran banget sih!' Geritu Aisha dalam hati.

"Tok..tok.."

"Tok..tok.." Adnan menggedor pintu kamar mandi sampai Aisha menjawab.

"Cekrekk" Aisha segera keluar.

Adnan tercengang melihat bercak bercak merah keunguan di area leher dan juga lengan Aisha. Tersadar dalam hitungan beberapa detik saja, "Awas!" Adnan nyelonong masuk hingga bahu Aisha dan bahunya bertabrakan.

"Pelan pelan kenapa sih Mas, sakit!"

"Makanya awas!"

Aisha pasrah dan menunggu Adnan keluar dari kamar mandi. Beberapa menit Aisha berdiri disana, Adnan tidak kunjung keluar. Akhirnya Aisha berjalan kembali ke arah kasur dengan tubuhnya yang hanya berbalut handuk sebatas pahanya. Ia kemudian duduk untuk menunggu selama beberapa menit.

"Ahh.. Lama sekali," Gumam Aisha. Aisha tergerak untuk keluar kamar dan melihat seperti apa rumah yang sudah lama ia tinggalkan itu. Aisha mulai menyusuri dari ruang tengah hingga ke dapur.

'Tidak ada yang berubah disini. Rumah ini rapi, namun aroma debu tercium di seluruh rumah. Apa yang dilakukan Mas Adnan selama ini? Aku kehilangan kontak dengannya, dan tiba tiba ia kembali menjadi kaya raya dan memiliki kekuasaan seperti sekarang.'

"Hei! Sedang apa kamu disana?" Ucap Adnan.

Aisha menoleh ke arah belakang.

"Udah ke toiletnya Mas?" Tanya Aisha. Adnan terlihat baru siap mandi, ia menggunakan kaos oblong dan juga celana pendek yang panjangnya setengah dari pahanya.

'Indah sekali,' batin Aisha. Ia memandangi Adnan dari atas hingga ke bawah. Tubuh Adnan yang kekar dan juga parasnya yang tampan membuat wanita manapun jatuh hati terlepas dari statusnya yang disandangnya yaitu duda.

"Tap..tap.." Adnan melangkah mendekat ke arah Aisha.

"Kamu, pergilah mandi! Aroma tubuhmu sangat tidak enak. Pastikan kamu mandi dengan bersih dan memakai parfum," Perintah Adnan.

"Hemm.." Aisha segera pergi dari sana.

Setibanya di kamar mandi, Aisha melihat sudah ada perlengkapan mandi baru. 'Mungkin ini untukku.' Aisha menghidupkan shower dan mulai mandi. Sedangkan di ruang tengah, Adnan sedang berfantasi tentang pergulatan yang berlangsung antara dirinya dan Aisha.

"Sstttts.. Sial! Tubuhnya membuat aku candu. Bagaimana mungkin aku bisa menyakitinya. Melihat memar memar di tubuhnya saja aku tidak tega. Ini gila, Damn!" Ucap Adnan.

"Mas.. Mas!" Panggil Aisha.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status