4. Kekhawatiran dan Kegelisahan

"Mas, besok Ais ingin pergi ke suatu tempat setelah pulang kantor. Tolong izinkan Ais ya Mas."

"Mau kemana?"

"Bukan rumah sakit dan enggak ada kaitannya sama Bapak. Tenang aja," Jawab Aisha. Setelah mengatakan itu, Aisha langsung berbalik badan dan meninggalkan Adnan. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh Aisha. Aisha sangat lelah dan ingin tidur untuk melepaskan kepanatannya.

"Hei, aku belum selesai bicara ya!" teriak Adnan. Adnan belum merasa puas untuk memberikan Aisha pelajaran, sedangkan Aisha tidak peduli dengan Adnan yang masih tersulut emosi negatif.

Sesampainya di kamar, Aisha pergi ke dalam kamar mandi untuk bersih bersih. Ia ingin segera tidur karena tubuhnya sudah tidak berenergi lagi.

Selepas Aisha masuk ke kamar, Adnan merenungi perbuatannya tadi.

'Ahh ini gila, aku terlalu berlebihan hingga membuatnya terjatuh. Tapi mau bagaimana lagi. Dia sangat tidak penurut, aku jamin orang tua itu juga tidak akan mati dengan mudah. Dosa dosanya terlalu banyak.' Adnan yang tidak ingin ambil pusing juga menyusul kembali ke kamar, tapi kamar yang berbeda dari kamar yang ditempati Aisha.

***

Semua kegiatan Aisha di kantor mulai berjalan lancar. Operasional kantor sudah terlihat seperti kantor sungguhan.

"Syukurlah semuanya berjalan baik," Gumam Aisha. Rasa sakit di seluruh tubuhnya terbayarkan dengan kondisi kantor yang semakin membaik.

"Bu, apa kondisi Bapak baik baik saja?" Wilona muncul dari arah samping Aisha. Sejak tadi Wilona memperhatikan Aisha yang banyak termenung, padahal kondisi kantor jauh membaik.

"Hemm.. Semua baik baik saja Wi."

"Syukurlah Bu. Keputusan Ibu untuk kembali dengan Pak Adnan sepertinya sudah benar."

Mendengar ucapan Wilona, Aisha kembali termenung. 'Kamu tidak tahu bagaimana ia memperlakukan saya, Wi. Andai kamu tahu saya diperlakukan lebih buruk dari seorang jalang?' batin Aisha.

"Bu! Bu! Kok ngelamun sih."

"Maaf, saya memang lagi banyak pikiran Wi. Oh iya mana draft yang saya minta kemarin?"

"Oh iya sebentar ya Bu, Saya ambilkan."

"Iya," Jawab Aisha. Obrolan Aisha dan Wilona akhirnya terhenti sampai disitu.

Hari menjelang siang, Aisha mengerjakan banyak dari perkerjaannya lebih cepat karena akan pulang lebih awal nanti. waktu berjalan cepat, pukul tiga sor Aisha langsung meninggalkan kantor.

"Saya pulang duluan Wi. Saya mau bertemu Aihara."

"Hohh iya Bu. Saya juga sudah lama tidak bertemu Wihara, saya juga merindukannya. Semenjak kondisi perusahaan tambah sulit, Ibu tidak pernah membawanya ke kantor."

"Kamu pasti akan semakin jarang bertemu dengannya, Wi. Saya akan mengirim Aihara jauh dari sini. Adnan pasti akan langsung membunuh Saya jika tahu apa yang terjadi."

"Jangan berkata begitu Bu. Saya percaya semuanya justru akan semakin membaik setelah Pak Adnan tahu tentang Aihara, Bu."

"Kamu salah Wi. Adnan sudah banyak berubah, kehadiran Wihara pasti akan membuat semuanya lebih sulit."

"Saya berdo'a untuk Ibu dan Pak Adnan. Tuhan tidak pernah tidur Bu. Tuhan pasti akan membantu Ibu. Wilona percaya itu, Ibu yang kuat ya Bu," Wilona memberikan sebuah pelukan hangat pada Aisha.

"Saya juga percaya itu Wi. Semoga saja, aamiin. Kalau begitu Saya pergi dulu Wi," Aisha melepaskan pelukan Wilona.

"Iya Bu, hati hati di jalan."

***

Aisha tiba di tempat yang ia tuju setelah sejam berkendara. Rasa penatnya setelah bekerja seharian lenyap begitu saja begitu melihat Aihara.

"Sayang," Ucap Aisha.

"Ibu..." Kaki mungil Aihara melaju mendekati Aisha.

Aisha langsung memeluk Aihara begitu tiba di hadapannya.

"Apa Hara tidak nakal selama Ibu tidak ada?"

"Hemm, Hara anak yang baik Ibu. Hara gak nakal kok, Bu" Jawab Aihara dengan gaya bicara anak anak.

"Anak yang baik, Hara tidak merepotkan Eyang kan?"

"Iya Ibu."

"Bagaimana kabarmu sayang?" Tanya seorang wanita paruh baya yang juga ikut keluar menyambut kedatangan Aisha.

"Ais baik Bunda," Jawab Aisha.

"Kenapa dalam sebulan kamu terlihat sangat kurus seperti sedang tidak sehat begini, Ais? Apa kamu baik baik saja Ais?" Melihat kondisi Aisha, tentu Wanita itu sangat khawatir.

"Aisha sangat baik Bunda, Bunda jangan khawatir ya. Kondisi perusahaan juga sudah membaik sedikit."

"Alhamdulillah, syukurlah. Bunda sangat senang mendengarnya. Bunda sangat khawatir melihat kamu yang terlalu kurus, kamu sakit atau gimana?"

"Enggak Bun, Aisha baik baik aja kok."

"Baiklah. Kalau begitu ayo masuk! Kamu pasti lelah, sejak tadi kita cuma mengobrol di luar."

"Iya Bu," jawab Aisha. Ketiganya segera masuk ke dalam rumah.

Berbeda dengan Aisha, Adnan sudah di rumah sejak tadi. Ia tidak tenang, dan takut Aisha menghilang begitu saja. Ia tidak ingin tujuannya untuk menyakiti Aisha berkahir begitu mudah. Entah setan mana yang merasuki hati nurani Adnan. Adnan hanya terpikirkan untuk menyakiti wanita yang sebenarnya masih menjadi satu satunya ratu yang bertakhta di hatinya.

"Aku seharusnya menyewa jasa mata mata untuk mengikutinya. Aku harus tahu apa yang ia lakukan di luar sana. Dasar jalang, bisa jadi ia sedang menjual tubuhnya untuk mendapatkan investasi tambahan untuk perusahaan. Ahh.. Memikirkannya saja aku sudah gila!" gumam Adnan. Adnan sudah mondar mandir di depan pintu sekitar setengah jam karena tidak mengetahui keberadaan Aisha.

Kembali tempat Aisha berada saat ini, "Maafkan Ais harus meminta pertolongan Bunda lagi. Ais mungkin bisa mati kapan saja Bun, karena itu jika terjadi sesuatu pada Ais, Ais mohon jaga Hara. Adnan pasti akan melakukan semua cara untuk merebut Hara jika ia tahu tentang Hara, Bun." Aisha dan Bunda langsung terlibat pembicaraan serius. Aisha tidak punya banyak waktu untuk basa basi, orang suruhan Adnan bisa saja sedang memantaunya.

"Bunda sangat kecewa dengan jalan yang kamu pilih Aisha. Ada Reno yang bisa membantu kamu keluar dari kesulitan perusahaan, tapi kamu malah memilih jalan yang sulit kembali pada mantan suamimu yang biadab itu!. Bunda sangat khawatir, apalagi melihat perubahan kamu seperti sekarang" Bunda mengisyaratkan ke perubahan fisik Aisha yang jauh lebih kurus dari pada saat pertemuan mereka terakhir kali.

"Ais sudah memikirkan semuanya Bun. Ais tahu, Bunda pasti menganggap Aisha sangat bodoh dan menyia-nyiakan bantuan dari Reno. Tapi tolong percaya sama Ais, Bun. Aisha pasti akan memperjuangkan perusahaan dan juga akan selalu ada disisi Bapak. Karena itu, Ais tidak bisa berada di dekat Hara dulu Bun. Dan Hara sepertinya tidak akan bisa tinggal di kota ini lagi, Bun. Cepat Atau lambat, Adnan bisa mengetahui keberadaan Hara,Bun. Entah itu harus mengorbankan diri Ais, Aisha tidak akan membiarkan Adnan menganggu kenyamanan Hara."

"Bunda dan Hara sudah berpindah pindah sejak Hara lahir agar Adnan tidak menyadari kehadiran Hara, tapi situasinya sekarang sudah berbeda Ais. Tidak akan sulit bagi Adnan untuk menemukan kami sejauh apapun kami pergi. Bisa saja mata matanya mengikuti kamu dalam perjalanan kesini tadi seperti yang kamu katakan tadi. Bunda pikir, Kamu harus memberitahunya sebelum semuanya menjadi kacau."

"Bunda, Ais mohon. Bantu Ais satu kali ini lagi Bunda. Mungkin Ais tidak akan bisa bertemu Hara sepanjang sisa hidup Ais jika Adnan tahu tentang Hara. Dia benar benar sudah berubah Bunda. Bagaimana bisa ia membuat perusahaan Aisha failed dalam waktu hanya satu tahun, kekuasaannya sangat berpengaruh Bun." Aisha menggulung lengan bajunya untuk memperlihatkan lebam lebam yang menunjukkan betapa kejamnya Adnan memperlakukan dirinya.

"Astaghfirullah, apa itu?" Bunda mengangkat lebih tinggi lengan baju Aisha.

"Apa Adnan yang melakukan ini?" wajah Bunda memerah karena emosi.

"Hemm, benar Bun. Aisha mulai terbiasa dengan kepribadiannya yang sekarang, tapi Ais tidak akan mampu hidup tanpa Hara. Karena itu Bun, bantulah Aisha kali ini!" Aisha memelas.

"Sangat biadab! bagaimana bisa ia menyakiti kamu hingga begini?"

"Aisha tidak bisa melakukan apapun untuk melawannya Bun. Ais sangat membutuhkan bantuan Mas Adnan.

"Baiklah, Bunda dan Hara akan segera pergi dari kota ini. Tapi Bunda sangat khawatir dengan kamu. Apa kamu akan baik baik saja tinggal sendirian disini. Gimana jika Mas Adhi tiba-tiba drop dan hal yang tidak kita inginkan terjadi. Apa kamu bisa menghadapinya sendirian?"

"Dunia Aisha banyak berubah Bunda. Ais yakin bisa menghadapi semuanya Bun. Tolong bantu Aisha dengan doa Bunda. Aisha akan tangguh untuk menghadapi apapun yang akan terjadi nanti. Yang penting, Bunda dan Hara harus segera dan bersembunyi jauh dari sini!"