Share

6. Luka dan rahasia yang tersimpan

"Astaghfirullah, bagaimana mungkin?" Jantung Adnan berdegub kencang. Segera Adnan kembali ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Aisha. Aisha yang melihat Adnan buru buru masuk ke dalam rumah pun segera kembali ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya.

"Aisha.. Tok.. Tok.. Tok.. Aisha!"

"Aisha buka pintunya! Aku tahu kamu belum tidur. Tokk.. Tok..!" Adnan masih terus mengetuk pintu kamar Aisha.

"Tokk... Tok.... Tok.. Aku dobrak kalau tetap gak buka pintunya!"

Aisha memiliki firasat tidak baik melihat reaksi Adnan sekarang.

'Apa jangan jangan Mas Adnan tahu sesuatu?' Pikir Aisha. Perasaannya menjadi sangat tidak nyaman, tapi ia masih enggan membukakan pintu untuk Adnan.

"Oke kalau kamu gak mau buka pintu sekarang. Aku ingin menanyakan sesuatu, tolong jawab dengan jujur!"

"Iya," Jawab Aisha.

"Namanya Aihara, dia putriku kan?"

"Astaghfirullah," Ucap Aisha. Aisha tahu Suatu hari Adnan akan mengetahui keberadaan Hara, tapi tidak secepat ini.

"Jawab Aisha! Jangan diam aja."

"Bukan! Ais gak kenal nama yang kamu sebutkan tadi Mas. Siapa itu tadi? Aihara? Ais tidak mengenalnya. Mana mungkin kamu punya anak dariku Mas. Kamu sendiri tahu kalau Ais keguguran hari itu, Mas."

"Kamu hanya kehilangan salah satu dari anak kembar kita kan? Katakan!"

"Aku tidak mengenal anak yang kamu maksud Mas. Jangan ngaco Mas!"

"Kamu jangan bohong lagi Aisha. Wajah gadis kecil itu sangat mirip denganku waktu kecil. Kamu tidak pernah menikah lagi ataupun punya anak dengan Pria lain setelah kita berpisah, lalu bagaimana mungkin kamu memiliki seorang putri dan wajah gadis kecil itu sangat mirip denganku saat masih kecil hah?" Adnan menjelaskan realita yang tidak bisa dipungkiri oleh Aisha.

"Tok.. Tok.." Adnan masih berusaha mengetuk pintu.

"Mungkin hanya kebetulan saja Mas. Di dunia ini banyak orang yang mirip."

"Aku bilang buka pintunya Aisha!" Adnan masih berusaha membuat Aisha keluar dari kamarnya.

Dengan rasa khawatir, Ais mendekat menuju pintu. "Mas, Ais mengatakan yang sebenarnya, Ais tidak tidak tahu siapa Aihara yang kamu maksud. Sumpah," ucap Aisha.

"Kamu yakin mengatakan yang sebenarnya Aisha? Aku tahu tadi sore kamu bersama dengan gadis kecil itu di rumah adik dari Almarhumah Ibumu. Kamu masih bisa mengatakan tidak tahu tentang siapa gadis kecil itu?"

"Kalau benar dia anakmu pasti Ais sudah lama memberitahu kamu, Mas Adnan. Kamu ingatkan bagaimana terpukulnya Aku setelah kehilangan calon anak kita, Mas?"

"Jangan berbohong lagi Aisha, bawa gadis kecil itu ke rumah besok! Aku akan memaafkan kamu jika kamu membawanya ke rumah ini paling lama besok!"

"Aku tidak akan melakukannya walaupun kamu memintaku Mas. Tidak akan!"

"Ohh ternyata itu benar, kamu memang mengenal siapa gadis kecil itu! Lihat saja, aku pasti akan menemukannya."

"Yang jelas aku sudah mengatakan yang sebenarnya Mas. Dia bukan anakmu." Aisha yang sudah terpojok pun masih berkilah untuk mengelak.

"Baiklah. Kita lihat saja nanti. Pria mana ayah dari gadis kecil itu. Kamu sangat cerdik menyembunyikannya selama ini Aisha. Jangan jangan banyak hal lain yang kamu sembunyikan di balik wajah polosmu itu?"

"Terserah apa yang ingin kamu katakan Mas, Ais sangat lelah dan tidak ingin bicara sama Mas Adnan. Selamat malam."

Aisha segera naik ke ranjangnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia juga membawa ponselnya ke dalam selimut. Segera ia menghubungi Bunda untuk memastikan sang Bunda dan Aihara sudah meninggalkan kota ini.

"Tut.. Tut...Tut.. Tut..."

"Tut.. Tut...Tut.. Tut..."

"Tut.. Tut...Tut.. Tut..." Aisha menunggu teleponnya diangkat oleh Bundanya.

'Kenapa Bunda tidak mengangkat teleponku?' Batin Aisha. Aisha menjadi sangat tidak tenang. Ia khawatir jika sang Bunda dan Aihara berhasil ditemukan oleh orang suruhan Adnan dan terjadi hal buruk pada mereka.

"Tut.. Tut...Tut.. Tut..."

"Tut.. Tut...Tut.. Tut..."

"Tut.. Tut...Tut.. Tut..." Satu jam pun berlalu, berkali-kali mencoba, Aisha belum juga berhasil. Ia memilih untuk keluar kamar dan mencari keberadaan Adnan.

"Mas Adnan! Mas!" Teriak Aisha.

"Mas Adnan! Kamu apakan Bunda dan juga Hara? Mas Adnan!" Aisha sangat khawatir. Adnan saja sanggup berlaku kasar padanya, apalagi dengan kedua orang terkasihnya.

"Mas Adnan, Mas!"

Aisha memeriksa seluruh rumah tapi tidak berhasil menemukan Adnan.

'Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?' Dengan perasaan khawatir, Aisha segera meninggalkan rumah untuk memastikan jika Bunda dan juga Aihara baik baik saja. Baru saja akan keluar gerbang, mobil Aisha di hadang oleh mobil Adnan. Aisha segera turun dari mobilnya untuk menemui Adnan.

"Tok.. Tok.. Mas Adnan! Apa yang kamu lakukan pada Bunda dan juga Hara? Mas Adnan!" Aisha mengetuk keras kaca jendela mobil Adnan.

Begitu melihat Aisha, Adnan pun segera keluar dari mobilnya dengan wajah datarnya.

"Aku sudah bertemu dengan mereka, dan melihat gadis kecil itu. Aku bisa memastikan jika ia adalah anakku tanpa tes apapun. Bagaimana bisa kamu melakukan hal yang sangat kejam padaku Aisha? Jika tidak ketahuan sekarang, apa kamu akan terus menyembunyikan gadis kecil itu? Lalu bagaimana dengan kejadian di rumah sakit waktu itu?" tanya Adnan bertubi-tubi. Kepala Adnan dipenuhi dengan tanda tanya dan rasa tidak percaya dengan fakta yang baru saja diketahuinya tadi.

Aisha hanya terdiam tanpa menjawab satupun pertanyaan Adnan, ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Kenapa kamu diam saja?" bentak Adnan. Wajah Adnan memerah, begitu juga dengan matanya.

"Semuanya karena kamu Mas! Kamu ingat bagaimana kita berpisah dan kehilangan anak kembar kita? Mengingatnyq saja membuat dada Aisha sangat sesak Mas!"

"Apa yang kamu maksud? Bukan aku maupun kamu yang salah Aisha. Orang tua bangka itu yang memaksa kita untuk berpisah!" Tegas Adnan. Adnan tidak ingin disalahkan atas perpisahan mereka.

"Kalaupun iya karena Bapak, kenapa kamu tidak berusaha berbaikan dengan Aisha waktu itu, Mas? Kenapa?"

Jujur saja, ada banyak pertanyaan di kepala Aisha yang sampai saat ini belum terjawab. Apa Adnan tidak pernah mencintainya? Apa benar semua yang mereka lewati bersama itu hanya sandiwara?

Adnan hanya hening tanpa jawaban. Baik dulu maupun sekarang, Adnan masih tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana itu. Lidah Adnan mendadak beku.

"Kamu membiarkan Ais dibawa pulang oleh Bapak. Pasti karena wanita itu kan Mas?" Ingatan Aisha langsung memutar balik perpisahan mereka berdua.

Adnan masih saja diam.

"Benarkan Mas?" tanya Aisha lagi.

"Waktu sudah lama berlalu, tapi kamu masih salah paham tentang kejadian waktu itu Aisha?" Adnan menyunggingkan bibir kanan atasnya. Adnan tidak percaya bahwa Aisha menuduhnya memiliki hubungan dengan mantan tunangannya ketika perusahaan Adnan mengalami krisis waktu dulu.

"Ya, aku masih ingat dan aku tidak salah paham Mas. Kamu lebih memilih wanita lain untuk membantumu dan membiarkan aku bergelut dengan pikiran burukku sendiri. Dan aku benar, hingga akhir kamu tidak pernah mencari keberadaanku. Apa aku baik baik saja tanpamu? Sementara itu kamu sibuk untuk membangun kembali perusahaanmu dan menjadi seperti sekarang. Kamu bahkan tega menghancurkan perusahaan keluargaku seperti sekarang."

"Jaga mulutmu itu Aisha!" Adnan mencengkram leher Aisha.

"Kau lupa siapa aku?" tegas Adnan. Adnan tidak ingin Aisha lebih menyalahkan dirinya.

Tatapan mata Aisha tidak menunjukkan sedikitpun rasa takut, yang tersisa hanya amarah dan kebencian.

"Kau tidak berarti apa apa untukku, Aisha. Aku bisa merebut anak itu dan menjauhkannya darimu. Kau tahu betapa kejamnya aku, hah?" ancam Adnan.

"Jangan berani beraninya kamu menyentuhnya Mas! Bukan hanya kamu yang bisa mengancam untuk membunuhku. Aku juga bisa membunuhmu Mas."

"Hahaha.. I see. Aku khawatir nyawamu sudah melayang bahkan sebelum menyentuh ujung rambutku," ancam Adnan. Adnan menambah kencang cengkramannya pada leher Aisha.

"Hukk.. huk.." Aisha sangat kesulitan bernapas. Air mata penuh amarah juga menetes dari kedua kelopak matanya. Melihat Aisha yang sudah kesulitan untuk bernapas, barulah Adnan melepaskan cengkramannya.

"Cukup bermain main malam ini. Aku terlalu lelah untuk meladeni jalang sepertimu, urusanku sangat banyak. Oh iya satu hal lagi, aku tidak tersentuh dengan kehadiran gadis kecil itu. Aku akan mengambilnya jika aku menginginkannya." Adnan berjalan meninggalkan Aisha setelah mengatakan kata kata yang sangat kejam itu.

"Cukup aku saja yang kamu perlakukan seperti sampah Mas! Aku tidak akan membiarkan Putriku mendapatkan perlakuan yang sama dari kamu. Putriku bukan barang yang bisa kamu rubah kepemilikannya, ingat itu Mas."

"Cukup bercandanya Jalang! Melindungi dirimu sendiri saja kau tidak mampu, apalagi melindungi anak itu!" Adnan kembali mendekati Aisha untuk mengatakan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status