is mencintai Mas Adnan."
"Sretttt..." Adnan mengerem laju mobilnya. Ia memandangi Aisha dengan intens. Satu detik, dua detik, tiga detik, dan empat detik. "Aku tidak akan luluh dengan pernyataan cintamu itu Aisha. Fokus saja menahan rasa mualmu. Aku hanya tidak ingin kau mati, karena itu aku mau membawa ke rumah sakit. Jadi jangan berpikiran kalau aku peduli padamu karena masih mencintaimu!""Ais tahu," Aisha mengangguk. Entah siapa yang menguasai dirinya tadi, ia juga tidak tahu mengapa dia berkata begitu.Adnan semakin memacu laju kendaraannya. Ia menuju rumah sakit terdekat. Sementara itu, Aisha berusaha mengendalikan rasa mualnya.***Pemeriksaan sudah dilakukan pada Aisha, dan Dokter sedang menjelaskan kondisi Aisha pada Adnan.Aisha yang masih terbaring lemah melihat Dokter bicara cukup banyak dengan Adnan. Kini mereka berada di UGD, banyaknya suara disana membuat Aisha tidak bisa mendengar obrolan Dokter dengan Adnan. Aisha sangat penasaran apa benarDua jam berlalu"Aisha! Aisha!" Adnan memanggil Aisha. Adnan ingin memastikan kondisi Aisha apakah sudah baikan atau belum. "Aisha! Tok.. Tok.." Adnan memanggil sambil mengetuk pintu. Tidak ada jawaban sama sekali, Adnan berpikir jika Aisha sudah tidur. Adnan mencoba masuk ke kamar Aisha dan pintu kamar Aisha ternyata juga tidak dikunci. "Srekkk" Adnan membuka pintu kamar Aisha. Aisha sedang berbaring di ranjangnya. Tubuhnya ditutupi selimut hingga lehernya. Perlahan Adnan berjalan mendekati Aisha. Sesampainya Adnan di sebelah Aisha, ia duduk di sebelah Aisha. Ditatapnya wajah Aisha yang masih pucat. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok Aisha. Saat kau mengatakan kau mencintaiku, dadaku berdebar kencang. Seolah aku merasa menang darimu. Rasanya aku sudah memenangkan pertarungan yang aku mulai sendiri, tapi disaat itu pula aku khawatir. Aku teringat kata kata yang kau ucapkan waktu itu. Kau bagai mengutukmu saat kau bilang aku pasti akan menangisi keper
"Cuma kenalan aja kok Bu," Jawab Julian cepat."Oh, gitu. Silahkan diminum dulu, cuma ada ini di rumah!" Bunda meletakkan dua gelas orange jus. "Hohh iya, makasih banyak Bu," Ucap keduanya. Adnan segera mengangkat gelas berisi orange jus itu dan meminumnya. Ia sangat haus. "Ayah, pertanyaan Hara tadi belum dijawab loh. Kenapa Ayah gak pernah nemuin Hara?" Tanya. "Huk.. Uhukkkk" Adnan tersedak mendengar pertanyaan Hara. Tatapan Hara masih tertuju pada Adnan. "Ehemm.. Begini sayang." Adnan mulai merasakan ketegangan. Adnan takut salah jawab dan membuat Hara kesulitan mencerna ucapannya. "Maafkan Ayah sayang, Ayah tidak tahu harus mulI dari mana menjelaskannya. Ayah kerja sangat jauh dan baru pulang dari sana. Karena itu Ayah baru menemui Hara sekarang. Maafkan Ayah pergi terlalu lama sayang.""Hohh.." Respon Hara. Hara mengerti sampai sana. Dan Adnan juga tidak bermaksud menambahkan penjelasan yang tidak perlu. Hara yang masih sangat kecil pun tidak akan mengerti jika penjelasan A
Hei! Dasar jalang!!" Umpat Khadijah. Khadijah tidak jadi membeli minumannya dan menyusul Aisha dan Wilona. Aisha dan Wilona juga membalikkan badan mereka. Sekarang Khadijah dan Aisha, Wilona berharap hadapan. Aisha berjalan mendekati Khadijah, lalu berbisik di telinga kiri Khadijah. "Aku tahu kenapa wanita cantik seperti kamu masih sendiri, itu karena akhlak yang bobrok!" Bisik Aisha. "Plakk!!" Khadijah langsung menampar Aisha. Aisha sedikit kaget, tapi ia malah tersenyum setelah mendapatkan sebuah tamparan. Orang-orang melihat ke arah mereka, dan beberapa orang merekam apa yang terjadi. "Sekarang sudah jelas, kamu tahu mengapa Masih Adnan tetap memilihku lagi setelah kami berpisah dan mengabaikanmu? Itu karena sikapmu yang sembrono, angkuh dan haus validasi. Kamu sangat terkenal di kalangan pebisnis, tapi tidak ada yang tulus ingin bekerjasama denganmu. Mereka hanya kagum dengan harta dan uangmu!" Cemooh Aisha. Kali ini Aisha memilih kata kata yang sangat kasar untuk menjatuhkan K
"Ketemu siapa?" Adnan masih konek walaupun sedang sibuk. Aisha terdiam."Kenapa diam aja? Ketemu siapa?" Tanya Adnan. "Ketemu Khadijah.""Ngapain kamu ketemu dia?""Siapa juga yang ketemuan, kebetulan ketemu doang kok Mas.""Terus, ngapain lagi?" Adnan menghentikan kegiatannya dan mendekat ke Aisha. Adnan ingin mendengarkan dengan lebih fokus."Terus terus apa Mas? Kamu antusias banget ya kalau ngebahas Wanita itu!""Siapa yang semangat, kan cuma nanya doang." Adnan kembali ke posisinya semula dan melanjutkan urusannya yaitu memasak nasi goreng. "Dia mengatai Ais JALANG di depan orang rame. Mungkin kata kata itu memang cocok untuk Aisha ya Mas. Baik kamu maupun orang lain mengatakan hal yang sama. Bukan hanya kalian berdua, bahkan yang lain juga," Ucap Aisha. Ia seolah mengungkap sedikit isi hatinya. Adnan yang mendengarkan ucapan Aisha tadipun sedikit syok. Ia tidak tahu harus merespon apa, dia memang sesukanya saja memanggil Aisha dengan sebutan yang tidak baik. "Kamu tidak men
dipersu sadarlah Adnan!" Tidak berlama lama, Adnan segera berangkat kerja setelah itu. Pagi hari itu berjalan lancar lancar saja, "Duhh.. Kenap macet banget ya?" Gumam Aisha. Ia hampir tiba di kantornya. Aisha sedang berada di perempatam jalan sambil menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. "BRUKK!!" Tiba tiba ada suara berisik dari belakang. "Auu" Jidat Aisha menubruk setir mobil. "Aduhh" Aisha mengajar kepalanya yang terbentur. Segera ia melihat keluar untuk mengetahui apa yang terjadi. "Astaghfirullah, aku ditabrak." Aisha sadar jika orang yang dibelakangnya yang menabraknya. Dari kaca mobil, Aisha bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil yang menabraknya tadi. 'Apa dia sengaja? Kenapa aku selalu dipersulit ya Tuhan?' batin Aisha.Ia tidak ingin memperpanjang urusan dan kembali ke dalam mobilnya. Ia merasa percuma membuang energi untuk orang seperti itu. Aisha menunggu lampu merah menjadi hijau, lalu ia melanjutkan perjalanannya ke kantor. Setibanya di kantor, ia
Aisha segera pergi ke belakang untuk mandi, sedangkan Adnan sudah berulang kali menelpon Aisha. Aisha tidak membalas pesan dan juga telepon darinya. Adnan inhin mengobrol dengan Aisha malam ini, karena itu Adnan ingin tahu kamu berapa Aisha akan pulang ke rumah. Adnan sudah menelpon 4 kali dan mengirimkan pesan spam agar Aisha memeriksa ponselnya, tapi Aisha tidak menyadari itu. Sedari perjalanan tadi, Aisha tidak ada melihat ponselnya. "Di mana wanita itu? Kenapa dia sangat luar, aku bahkan tidak tahu dia ada dimana?" Gumam Adnan. 'Apa dia masih menjajakan dirinya untuk mengeluarkan perusahaannya dari lubang kebangkrutan? Tapi kan aku sudah membantunya. Apa dia belum berhasil keluar dari lubang itu? Aku pikir perusahaannya tidak separah itu, tapi bisa jadi sih!' Pikiran Adnan sudsh terbang kemana mana. Adnan berusaha melakukan satu panggilan lagi. Dan akhirnya telepon Adnan diangkat juga. "Halo, assalamualaikum Mas.""Halo, Walaikumsalam. Dimana kamu? Kenapa tidak menjawab telepo
"Itu terserah kamu, kamu mau berhenti? Lakukan jika kamu bisa. Lakukanlah! Aku akan menjadi orang yang paling berbahagia atas kehancuranmu. Itu yang aku inginkan. Bapakmu, perusahaan dan karyawanmu, Putri kecilmu, semuanya akan hancur bersamamu.""Mas, aku.. aku..." Aisha terbata bata. "Kamu apa?" Tanya Adnan. "Gak jadi Mas. Ais gak ada mau ngomong apa apalagi?" Aisha segera beranjak dari sana. Aisha berjalan melewati Adnan, sedangkan Adndn masih berdiam diri di tempatnya. "Aisha!" Panggil Adnan. Adnan ingin melanjutkan percakapan lain, tapi Aisha tidak bergeming sedikitpun. Aisha melanjutkan perjalanan dan sampai di kamarnya. Aisha segera berbaring di kasurnya. "Aku sangat lelah. Aku ingin istirahat sejenak. Besok, jangan segera datang." Aisha tertidur begitu saja. Malam berlalu begitu cepat, pagi harinya Adnan membangunkan Aisha. Ia tidak sabar lagi terus terusan menunda percakapan seriusnya. "Aisha! Aisha! Bangun." "Aisha!" Panggil Adnan lagi. Aisha belum kunjung bangun. Ia
Adnan memeriksa penunjuk waktu yang melingkar di lengan kirinya. Hanya beberapa berbelok dan masuk gang saja, mereka akan tiba ditempat yang dituju. "Aisha! Aisha, wake up! Kita hampir sampai." Adnan menepuk pelan baju Aisha untuk membangunkannya."Eghhh.." Aisha menggeliat. Ia belum ingin bangun tapi Adnan sudah membangunkannya. "Kita dimana Mas?" Tanya Aisha. Aisha mulai membuka matanya dan ia mendapati lokasi mereka berada di tempat yang familiar. Aisha kemudian segera sadar saat pagar rumah sebuah rumah terlihat. "Kita ke rumah Bunda, Mas?" Aisha segera duduk tegap. Ia sadar sepenuhnya. Sedangkan Adnan sudah menepikan mobilnya di depan pagar rumah itu "Mas, kamu kok gak bilang kita mau kesini?""Kenapa? Kalau aku bilang kamu pasti akan banyak alasan lagikan. Kalau udah disini kamu gak mungkin mengelak. Ayo kita jemput Hara. Aku ingin dia tinggal bersama kita!" Adnan segera turun mobil setelah mengatakan itu. Aisha masih diam saja tempatnya, ia belum siap jika mereka membawa