"Bunda ingin menjemput Hara, kalian berdua lanjut saja mengobrol. Pastikan kalian tidak adu mulut seperti tadi lagi kalian bukan anak kecil lagi. Ingat itu!" Segera Bunda keluar dari rumah. Tinggallah Aisha dan Adnan. "Kenapa Mas Adnan sangat angkuh Mas? Kenapa gak pernah mau mendengarkan orang lain. Setidaknya Mas Adnan harus mempertimbangkan kata kata Ais, Mas. Hara itu anak kita, bagaimana kita akan membesarkannya nantinya, seharusnya kita mendiskusikan itu.""Hah?" Cemooh Adnan."Apa maksud kamu, Mas?""Kamu hanya istri sementara Aisha. Aku tidak berencana menjadikanmu istriku untuk waktu yang lama. Hanya sampai aku puas membalaskan dendammu padamu. Hanya sebatas itu. Aku akan membesarkan Hara dengan baik dan menemukan Ibu yang lebih dari kamu.""Maaf Mas, aku lupa. Semoga kamu menemukan perempuan lain yang lebih baik dari Ais. Tapi seorang Ibu pengganti yang lebih baik dari Ibu kandung? Itu tidak akan mudah Mas!" Aisha sangat percaya diri mengatakan itu. Perseteruan mereka belum
"Adnan tahu apa yang harus Adnan lakukan Bu. Ibu seharusnya tidak perlu mencemaskan Adnan. Ibu seharusnya mencemaskan Aisha, Adnan bisa membuangnya kapan saja, Bu!""Astahgfirullah," Bunda sedikit terkejut mendengar kata kata Adnan. Adnan tersenyum tipis karena reaksi Bunda yang terkejut. "Adnan, semoga Tuhan membukakan hatimu," Ucap Bunda. 'Mereka sekeluarga memang lua4 biasa, selalu mencampuri urusan orang lain. Aku pasti akan menjaga keluargaku dengan baik, apa ya perlu dicemaskan!' Batin Adnan. Adnan segera berjalan keluar meninggalkan Bunda. "Aisha ayo buruan! Kamu mau pulang bersama atau enggak?" Adnan memanggil dari luar rumah. "Bunda, Aisha pulang dulu ya. Do'akan Aisha ya Bun. Assalamualaikum," Aisha segera menyalami sang Bunda. "Walaikumsalam," Jawab Bunda. Aisha segera keluar rumah dan menyusul Adnan yang sudah berada di dalam mobil, sedangkan Bunda melihat kepergia mereka dari depan pintu rumahnya. "Semoga Tuhan menjaga kalian dan menjadikan kalian keluarga yang bahag
"Ayah, Ibu gak bangun," Hara menunjuk ke arah Aisha. Adnan segera membangunkan Aisha. "Aisha! Aisha!" Panggil Adnan. Namun Aisha belum juga merespon. Adnan segera menurunkan Hara dari gendongannya dan memeriksa keadaan Aisha. Tubuh Aisha terasa sangat dingin. Adnan mencoba membangunkan Aisha lagi, "Aisha bangun! Jangan bercanda kelewatan deh." Adnan mengecek nadii Aisha. "Aisha! Hei.." Adnan menepuk-nepuk pelan pipi Aisha. 'Ada apa ini? Tadi dia baik baik saja,' batin Adnan. Adnan jadi sedikit panik. "Sayang, sepertinya Ibu sakit. Kamu ikuti Ayah ya, kita bawa Ibu ke rumah sakit.""Iya Ayah," jawab Hqra"Aisha!" Adnan mencoba membangunkan Aisha lagi. Tidak mendapatkan jawaban, Adnan segera menggendong Aisha dan membawanya ke mobil. "Sayang ayo ikuti Ayah!""Iya," Jawab Hara. Segera mereka berangkat ke rumah sakit. Adnan membaringkan Aisha di bangku bagian belakang, begitu juga Hara, sedangkan Adnan mengemudi. Adnan berusaha untuk tetap tenang, ia tidak ingin Hara khawatir. Sepa
"Iya Pak." Tenaga medis langsung menghampiri Aisha. Adnan membaringkan tubuh Aisha di atas ranjang. Tenaga medis langsung menangani Aisha, Adnan segera mundur dan menggengam tangan Hara. Adnan dan Hara memperhatikan Aisha yang sedang ditangani. "Ayah, kenapa Ibu dari tadi gak bangun bangun?""Ibu lagi sakit sayang, semuanya akan baik baik saja. Kamu jangan sedih ya."Hara mengangguk setelah mendengar penjelasan dari Adnan. Adnan dan Hara masih memandangi Hara yang sedang ditangani. Mereka melihat beberapa alat dipasangi ke tubuh Aisha. 'Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.' Adnan tidak tahu apaa yang menimpa Aisha, pikirannya dipenuhi oleh kegundahan. Tenaga medis yang menangani Aishah terlihat mondar mandir. "Istri Bapak perlu tindakan lebih lanjut Pak. Ada masalah pada jantungnya," Ucap seorang perawat menghampiri Adnan. "Tapi selama ini Aisha baik baik saja Suster.""Nanti Dokter akan menjelaskan apa yang terjadi Pak. Sekarang Bapak hanya perlu ke bagian administrasi unt
"Tenanglah Adnan, mungkin Aisha memang belum ingin bangun saja. Operasinya berhasilkan?""Iya Bu. Adnan harap Aisha segera sadar.""Ibu tahu kamu pasti sangat cemaskan. Tapi kamu harus tetap tenang, kasian Hara. Hara nanti bisa ikutan cemas.""Iya Bu," Jawab Adnan. "Hemm.. Adnan mau masuk ke dalam dulu ya Bu," Adnan menunjuk ke arah dalam ruangan ICU. "Iya," Jawab Bunda. Adnan segera menuju ruangan ICU dan memakai pakaian lengkap steril yang biasa digunakan di rumah sakit. Sesampainya di dalam, Adnan berdiri di sebelah ranjang Aisha. Dipandanginya Aisha dengan tatapan sendu. Mata Adnan pun terlihat satu. "Kamu sangat luar biasa Aisha. Setelah semua yang kamu ucapkan, kamu malah begini. Kamu bilang aku akan menangis jika kamu menghilang, ternyata ini rencana besarmu. Pantas saja kamu sangat berani. Aku tidak akan membiarkan kamu mati dengan mudah Aisha. Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi meninggalkan aku, bahkan itu karena kematian. Rasa sakit yang dulu saja belum terbayar
"Dokter hanya mengatakan hal yang sama sejak Aisha keluar dari rumah operasi, tapi kenyataannya sampai sekarang Aisha belum juga sadar. Apa Dokter di rumah sakit ini selalu mengatakan hal yang sama. Katanya tidsk ada yang salah dengan operasinya, tapi kenapa Aisha belum sadar juga.""Tenanglah Adnan, mungkin Aisha memang belum ingin bangun saja. Operasinya berhasilkan?""Iya Bu. Adnan harap Aisha segera sadar.""Ibu tahu kamu pasti sangat cemaskan. Tapi kamu harus tetap tenang, kasian Hara. Hara nanti bisa ikutan cemas.""Iya Bu," Jawab Adnan. "Hemm.. Adnan mau masuk ke dalam dulu ya Bu," Adnan menunjuk ke arah dalam ruangan ICU. "Iya," Jawab Bunda. Adnan segera menuju ruangan ICU dan memakai pakaian lengkap steril yang biasa digunakan di rumah sakit. Sesampainya di dalam, Adnan berdiri di sebelah ranjang Aisha. Dipandanginya Aisha dengan tatapan sendu. Mata Adnan pun terlihat satu. "Kamu sangat luar biasa Aisha. Setelah semua yang kamu ucapkan, kamu malah begini. Kamu bilang aku
"Mas, Aisha gak sanggup lagi.""Huekkk.. Huekkk.." Aisha kembali memuntahkan makanan yang tadi ia makan. "Apa karena ini kamu gak mau makan?" Tanya Adnan. Aisha segera menganggukk. "Udah bilang ke Dokter atau perawatnya?" Tanya Adnan. Aisha kembali mengangguk. "Huekkk""Terus, obatnya mana?" Tanya Adnan lagi. "Udah disuntikkan kesini tadi Mas.""Terus kenapa masih mual juga?""Masih mual Mas. Mau gimana lagi.""Sekarang masih mual banget?""Hemm.. Aisha mau rebahan lagi Mas. Bantuin ya Mas."Segera Adnan membantu Aisha berbaring. Aisha miring ke sebelah kanan dan mengarah ke Adnan. "Sekarang gimana? Udah nyaman?""Iya Mas. Makasih ya.""Hem," Jawab Adnan. "Tidur lagi aja kalau gitu," Suruh Adnan. "Iya Mas," Segera Aisha menutup matanya. ***Tiga hari berlalu, Aisha masih tetap harus tinggal di rumah sakit. Aisha masih belum pulih dan memerlukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut. Penyakit yang diderita Aisha bukan hanya sekedar penyakit ringan biasa. "Bagaimana kondisi saya, D
29. "Bunda, boleh Aisha minta tolong satu hal lagi?""Apa itu sayang?""Bunda, bantu Aisha untuk menyalurkan bantuan ke panti Asuhan please.""Kamu masih sempat memikirkan orang lain disituasi seperti ini?""Iya Bunda. Ini kebiasaan yang selalu dilakukan Ibu. Bulan ini Aisha tidak bisa melakukannya, mungkin karena itu Ibu datang ke mimpi Aisha.""Baiklah sayang. Bunda akan membantu kamu melakukannya. Kamu jangan khawatir. Bunda akan melakukannya besok.""Terimakasih Bunda."***Malam harinya Aisha beneran menyuruh Bunda dan Hara pulang ke rumah. Ia terus memaksa walaupun Bunda ingin tinggal menemaninya. Aisha tidak ingin terus terusan merepotkan orang orang disekitarnya. Aisha berusaha untuk tidur walaupun sulit. Ia sudah mengganti posisinya berkali-kali, tapi belum menemukan posisi yang nyaman juga. Aisha kembali ke posisinya semula yaitu berbaring telentang. "Aku sedikit merindukan Mas Adnan, padahal baru dua hari aku tidak melihatnya," gumam Aisha. Aisha mengganti posisinya lagi