15. "Bukan gitu Ayah, Hara hanya merasa jika Ibu seharusnya bahagia dan memiliki pasangan seperti orang lain Yah. Hara juga ingin melihat Ayah bahagia. Kalau Ibu gak berencana mau punya pasangan baru, apa Ayah juga tidak?""Apa Ayah terlihat menyedihkan dengan kondisi Ayah sekarang sayang?""Bukan begitu Ayah, Hara sangat mencemaskan Ayah dan Ibu. Hara pasti akan bahagia jika Ayah dan Ibu bahagia.""Kamu masih sangat kecil dan sudah kepikiran sampai sejauh itu sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya sayang membuat kamu khawatir.""Ayah kenapa minta maaf, Ayah kan gak ngelakuin hal yang salah.""Andai Ayah dan Ibu seharusnya bisa menahan ego lagi sedikit, agar kita semua bahagia sayang.""Hara tidak mengerti apa yang Ayah katakan. Yang jelas, Hara ingin Ayah dan Ibu bahagia lagi seperti dulu. Benar benar bahagia, bukan hanya tersenyum di depan Hara, tapi di setiap harinya.""Ayah akan berusaha untuk menjadi seperti yang Hara inginkan sayang, Ayah juga nanti bakal bilang ke Ibu ya. Kamu janga
"Iya, iya. Kalau gitu sampai besok ya. Kita berangkat besok pagi pagi ya. Jangan datang siang, kita berangkat jam 9 pagi ya.""Iya iya, tenang aja. Jangan khawatir. Aku pasti tepat waktu kok. Aku juga semangat banget mau kita bisa pergi bertiga setelah sekian lama gak ngumpul.""Oke oke, assalamu'alaikum. Aku tutup dulu telponnya. Besok save drive ya.""Walaikumsalam." Adnan pun menutup teleponnya. ***Esok harinya, Adnan, Aisha dan Adnan baru saja tiba di kebun binatang. Layaknya anak kecil biasanya, Hara sangat bahagia diajak berwisata. Hara banyak bertanya pada Adnan maupun Aisha tentang hewan hewan yang ia lihat disana. Dengan senang hati, Adnan dan Aisha menjelaskan setiap pertanyaan Hara. Hingga siang hari, tibalah Hara mengajukan pernyataan yang serius. Mereka baru saja selesai makan siang dan bersiap siap untuk melanjutkan kunjungan mereka ke tempat lainnya. Adnan berencana mengajak Hara untuk pergi berenang. "Kita sudah setengah hari bersama-sama Ayah, Ibu. Apa Ibu dan Aya
"Tolong bantu aku, Mas. Aku berjanji akan melakukan apapun untukmu. Aku berjanji Mas," Aisha berlutut. Ini sudah kelima kalinya Aisha memohon bantuan pada Adnan. Sebanyak itu pula Adnan menolak untuk membantunya. Aisha memiliki nama lengkap Rumaisha Azzura, merupakan CEO dari salah satu perusahaan properti yang sangat sukses di Ibu Kota. Sekitar satu tahun lalu, perusahaannya mulai mengalami krisis karena masalah finansial. Aisha sudah mencoba berbagai cara untuk menyelamatkan perusahaannya, namun usahanya mencapai kebuntuan. Aisha tidak punya cara lain selain meminta bantuan pada Adnan. "Aku tidak akan berubah pikiran Aisha. Jujur saja, tidak ada alasan bagiku untuk membantumu! Apalagi mengingat perbuatan Bapakmu beberapa waktu lalu. Apa kamu lupa?" ucap Adnan. Adnan adalah mantan suami Aisha. Adnan merupakan pengusaha di bidang yang sama, mereka berpisah sekitar dua tahun yang lalu karena perusahaan Adnan Failed dan bangkrut. Perpisahan keduanya pun penuh dilema. "Aku ingat apa
Aisha langsung ke kantornya setelah meninggalkan kantor Adnan. Setibanya Aisha di kantor, sekitar 10 orang pegawainya yang tersisa terlihat sedang sibuk. Tidak seperti hari biasanya, hari ini kantor terlihat seperti kantor sungguhan. 'Apa Mas Adnan sudah mengerahkan kekuasannya?' Pikir Aisha. Aisha segera menghampiri sekretarisnya yang bernama Wilona untuk menanyakan apa yang terjadi. "Apa yang terjadi Wi?" Tanya Aisha. "Dua penawaran kita yang di tolak kemarin sudah di approve, Bu. Kita selamat!" Wajah Wilona sangat bahagia. "Syukurlah," Ucap Aisha. Aisha sedikit lega, setidaknya perusahaannya akan bertahan untuk bulan ini. 'Mas Adnan benar-benar membantuku, syukurlah' batin Aisha. Rasa lega muncul dalam hati Aisha yang setiap harinya sangat risau. "Saya ke ruangan saya dulu kalau gitu.""Iyq Bu," jawab Wilona."semangat semuanya!" Aisha berusaha memberikan semangat pada semua karyawannya. "Iya Bu," Jawab Semua orang. Semua karyawannya terlihat tersenyum sumringah. Ini pertam
"Sstttts.. Sial! Tubuhnya membuat aku candu. Bagaimana mungkin aku bisa menyakitinya. Melihat memar memar di tubuhnya saja aku tidak tega. Ini gila, Damn!""Mas.. Mas!" Panggil Aisha. Aisha yang seharusnya sudah berada di dalam kamar mandi masih terdengar suaranya. Aisha muncul tiba-tiba. "Apa? Bukannya kamu mau mandi tadi?""Iya Mas, air dinginnya gak nyala. Mas bantuin hidupin air dinginnya ya," Pinta Aisha. 'Syukurlah, aku kira dia dengar apa yang aku katakan,' batin Adnan. "CEO dari sebuah perusahaan besar gak bisa nyalain shower air?" Sindir Adnan. Ia mengangkat satu alisnya ke atas. "Iya gak bisa Mas, udah Aisha coba Mas.""Ngerepotin banget sih!" Adnan berjalan melewati Aisha. Buru buru Aisha mengikuti langkah kaki Adnan. Setibanya di kamar mandi, Adnan langsung menyalakan shower itu. "Ini air dingin, ini air panas!" Tegas Adnan. "Hohh.. Tadi udah Ais coba Mas, tapi gak bisa.""Ini buktinya bisa. Kamu sengaja ya mau ngerjain aku?" Tatap Adnan sinis. "No Mas, beneran gak
"Mas, besok Ais ingin pergi ke suatu tempat setelah pulang kantor. Tolong izinkan Ais ya Mas.""Mau kemana?""Bukan rumah sakit dan enggak ada kaitannya sama Bapak. Tenang aja," Jawab Aisha. Setelah mengatakan itu, Aisha langsung berbalik badan dan meninggalkan Adnan. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh Aisha. Aisha sangat lelah dan ingin tidur untuk melepaskan kepanatannya. "Hei, aku belum selesai bicara ya!" teriak Adnan. Adnan belum merasa puas untuk memberikan Aisha pelajaran, sedangkan Aisha tidak peduli dengan Adnan yang masih tersulut emosi negatif. Sesampainya di kamar, Aisha pergi ke dalam kamar mandi untuk bersih bersih. Ia ingin segera tidur karena tubuhnya sudah tidak berenergi lagi.Selepas Aisha masuk ke kamar, Adnan merenungi perbuatannya tadi. 'Ahh ini gila, aku terlalu berlebihan hingga membuatnya terjatuh. Tapi mau bagaimana lagi. Dia sangat tidak penurut, aku jamin orang tua itu juga tidak akan mati dengan mudah. Dosa dosanya terlalu banyak.' Adnan yang tidak in
"Aisha pikir dunia Aisha sudah lama hancur Bunda. Aisha sangat tangguh untuk menghadapi apapun yang akan terjadi nanti. Yang penting, Bunda dan Hara harus segera pergi dan bersembunyi jauh dari sini!""Aisha, kenapa nasibmu sangat malang. Almarhumah Mba Yu pasti sangat sedih melihat putri semata wayangnya menjalani kehidupan seperti ini." Wanita paruh baya itu mengelus pundak Aisha. Wanita paruh baya itu adalah adik dari Almarhumah Ibu Aisha. Beliaulah satu satunya tempat Aisha meminta bantuan dan yang menguatkannya. "Ibu tahu Aisha tidak akan menyerah Bunda. Tidak akan pernah!"Tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya, wanita yang dipanggil Bunda oleh Aisha itu langsung memeluk Aisha. "Tinggalkan semuanya jika terlalu berat Ais. Bunda punya sedikit tabungan untuk kita bertiga.""Tapi.." kata kata Aisha terhenti."Biaya pengobatan Bapak sangat besar Bunda. Ais juga tidak tahu kapan Bapak akan sadar. Ais tidak apa harus seperti sekarang, asal Bapak, Hara dan Bunda tidak ada yang men
"Astaghfirullah, bagaimana mungkin?" Jantung Adnan berdegub kencang. Segera Adnan kembali ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Aisha. Aisha yang melihat Adnan buru buru masuk ke dalam rumah pun segera kembali ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya. "Aisha.. Tok.. Tok.. Tok.. Aisha!" "Aisha buka pintunya! Aku tahu kamu belum tidur. Tokk.. Tok..!" Adnan masih terus mengetuk pintu kamar Aisha. "Tokk... Tok.... Tok.. Aku dobrak kalau tetap gak buka pintunya!" Aisha memiliki firasat tidak baik melihat reaksi Adnan sekarang. 'Apa jangan jangan Mas Adnan tahu sesuatu?' Pikir Aisha. Perasaannya menjadi sangat tidak nyaman, tapi ia masih enggan membukakan pintu untuk Adnan. "Oke kalau kamu gak mau buka pintu sekarang. Aku ingin menanyakan sesuatu, tolong jawab dengan jujur!" "Iya," Jawab Aisha. "Namanya Aihara, dia putriku kan?" "Astaghfirullah," Ucap Aisha. Aisha tahu Suatu hari Adnan akan mengetahui keberadaan Hara, tapi tidak secepat ini. "Jawab Aisha! Jangan diam aja.