"Aisha pikir dunia Aisha sudah lama hancur Bunda. Aisha sangat tangguh untuk menghadapi apapun yang akan terjadi nanti. Yang penting, Bunda dan Hara harus segera pergi dan bersembunyi jauh dari sini!"
"Aisha, kenapa nasibmu sangat malang. Almarhumah Mba Yu pasti sangat sedih melihat putri semata wayangnya menjalani kehidupan seperti ini." Wanita paruh baya itu mengelus pundak Aisha. Wanita paruh baya itu adalah adik dari Almarhumah Ibu Aisha. Beliaulah satu satunya tempat Aisha meminta bantuan dan yang menguatkannya. "Ibu tahu Aisha tidak akan menyerah Bunda. Tidak akan pernah!" Tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya, wanita yang dipanggil Bunda oleh Aisha itu langsung memeluk Aisha. "Tinggalkan semuanya jika terlalu berat Ais. Bunda punya sedikit tabungan untuk kita bertiga." "Tapi.." kata kata Aisha terhenti. "Biaya pengobatan Bapak sangat besar Bunda. Ais juga tidak tahu kapan Bapak akan sadar. Ais tidak apa harus seperti sekarang, asal Bapak, Hara dan Bunda tidak ada yang menganggu." "Kamu yang kuat ya sayang." "Pasti Bunda." Usai pembicaraan panjangnya dengan sang Bunda, Aisha harus segera kembali ke rumah Adnan. Rasa rindunya pada Aihara belum terobati, tapi ia harus rela untuk berpisah. Ya, Aisha harus rela jika tidak ingin kekacauan lain segera terjadi. *** Rasa lelah menyelimuti seluruh tubuh Aisha begitu ia memasuki rumah, dan Adnan tentunya menyambutnya dengan tatapan kejamnya. "Kemana saja kamu?" Bentak Adnan. "Astaghfirullah," Aisha kaget dan langsung melihat ke sumber suara. "Sudah Ais bilang kemarin kalau Ais pergi ke suatu tempat dulu sepulang kerja," jawab Aisha malas. "Aku tidak mengizinkanmu, tapi kau tetap pergi. Kurang ajar sekali! Apa kau lupa? Aku bisa saja membunuhmu kapanpun!" "Berhenti mengancam Ais seperti itu Mas! Jika Ais mati sekalipun itu adalah sesuatu yang tidak bisa Ais hindari dan sudah pasti. Di tangan Mas Adnan atapun bukan. Ais tidak takut mati Mas!" tegas Aisha. "Jaga ucapanmu Aisha!" Bentak Adnan. "Jangan pernah sedikitpun kamu berpikir untuk mencurangi aku dengan pria manapun. Aku bisa menghancurkan perusahaanmu dalam beberapa detik saja!" "Ais tahu Mas. Kamu yang melakukan semuanya. Dalam setahun terakhir kamu membuat kondisi perusahaan Ais menjadi seperti sekarang. Aisha tahu semuanya yang kamu lakukan!" Sesak dalam dada Aisha akhirnya keluar. "Hahaha.. Walaupun kau tahu, tapi kau tetap meminta bantuan dari orang yang telah menghancurkanmu?" "Mas Adnan pasti akan menyesal melakukan semua kekacauan ini. Jika Mas Adnan melakukan ini karena kejadian di masa lalu, Mas Adnan sangat kekanakan. Bapak bahkan tidak bisa bernapas tanpa alat bantu, dan Mas Adnan membalaskan dendam Mas Adnan pada Aisha. Aisha salah apa Mas?" "Kau sangat bersalah karena memilih orang tua itu dan meningggalkan aku, Aisha!" Adnan menarik rambut Aisha. "Aku pikir aku memang akan menyesal meningggalkan kamu Mas, tapi keputusanku sepertinya sudah benar!" Tatap Aisha dengan penuh emosi. Mata Aisha membesar menatap Adnan. "Berani sekali kamu!" "Sakit Adnan!" Teriak Aisha. Aisha berusaha melepaskan tangan Adnan dari rambutnya. "Apa? Kau berani memanggil namaku seperti itu!" "Sakit Adnan!" Teriak Aisha lebih kencang. Sementara itu, Adnan juga menarik lebih kuat rambut Aisha. Air mata yang ditahan oleh Aisha jatuh juga, sungguh Aisha tidak tahu apa jalan yang ia pilih ini sudah benar atau tidak. Dirinya sangat hina di mata Adnan. "Kamu pasti akan menagisi apa yang kamu lakukan hari ini padaku Mas. Ais akan memastikan hari itu akan segera tiba!" Sekuat tenaganya Aisha berusaha melepaskan tangan Adnan dari rambutnya namun tidak berhasil. Ketika mendapatkan celah, Aisha menarik lengan Adnan menggigit Sekuat-kuatnya. "Auuu!! Gila kamu ya? Gimana kalau aku terkena infeksi karena gigitanmu?" "Hahaha.. Kamu pikir Ais tidak akan membalas perbuatan kerjammu ini Mas. Ais tidak akan diam saja dengan semua perlakuan Mas Adnan sama Ais," Aisha melawan. "Diamlah, jangan terlalu banyak gaya! Aku masih bersabar, jika tidak kau pasti tidak akan pernah melihat matahari terbit lagi setelah ini!" Adnan menahan dirinya agar tidak lost control. Tujuannya bukan untuk membunuh Aisha. Ia hanya ingin menyakiti Aisha lahir dan batin hingga dunia ini terasa sangat menyesakkan bagi Aisha. Adnan ingin merasakan dunianya yang juga pernah hancur setelah Aisha pergi hari hidupnya. "Mas Adnan pasti akan terus menangis, bahkan saat air mata Mas Adnan kering sekalipun suatu saat nanti karena Ais. Ingat itu Mas!" Ancam Aisha. Aisha yang sudah muak dengan segala ancaman dan kegilaan Adnan segera menuju kamarnya meninggalkan Adnan. *** Tengah malamnya, Adnan menelpon jasa mata mata yang disewanya untuk mengikuti seluruh kegiatan Aisha tadi. Adnan sangat ingin tahu apa yang dilakukan Aisha dan kemana saja Aisha pergi. "Tut.. tut..." "Halo Pak," jawab lawan bicara Adnan di telepon. "Bagaimana? Apa kau mengetahui kemana Aisha pergi tadi?" tanya Adnan ke intinya. "Saya sudah mengirim beberapa foto lewat pesan ke nomor Bapak. Saya tidak tahu siapa mereka, Saya masih mencari tahu Pak." "Baiklah, saya akan memeriksanya!" Adnan segera mematikan panggilan telepon itu. Adnan langsung memeriksa isi pesan dari mata mata suruhannya dan mendapati foto seorang gadis kecil dan wanita paruh baya sedang bersama dengan Aisha. "Siapa anak kecil itu?" Adnan memperhatikan dengan seksama foto foto itu. 'Apa dia anak Aisha dengan pria lain? Bagaimana mungkin aku tidak tahu jika Aisha telah menikah lagi setelah kami berpisah?'pikir Adnan. Tidak terlintas sedikitpun di pikirannya jika Hara adalah putrinya. Aisha menyembunyikan kehadiran Hara dengan sangat apik. Yang Adnan tahu, Aisha telah kehilangan calon bayi mereka sebelum perceraian terjadi. Tapi nyatanya, Hara adalah buah cinta mereka. Kepala Adnan menjadi sangat pusing memikirkan siapa gadis kecil itu. "Aku tidak peduli dengan.." "Tut.." Sebuah notif muncul di ponsel Adnan. Notif itu dari mata mata suruhannya. Mereka bekerja sangat cepat. Adnan segera membuka pesan itu. [Anak kecil itu tercatat sebagai cucu dari wanita yang juga ada di foto itu Pak. Namanya Aihara, usianya sekitar 4 tahun] "Siapa wanita paruh baya itu? Aku belum pernah melihatnya," Gumam Adnan. Malas berpikir lebih jauh, Adnan segera mengabaikan pikiran yang tadi menganggunya. Yang penting baginya, Aisha tidak pergi untuk melakukan hal yang dilarang olehnya. Untuk menghilangkan rasa kesalnya, Adnan memilih mencari angin dan duduk di gazebo yang ada di dekat kolam renang di luar rumah. Beberapa waktu mencoba menenangkan diri, Adnan justru menjadi sangat gelisah. 'Kenapa aku justru menjadi sangat gelisah? bahkan lebih gelisah setelah Aisha kembali ke rumah. Perasaanku saat ini sangat tidak nyaman.' Adnan duduk melamun. Sementara itu, Aisha juga berada di balkon kamarnya untuk menenangkan pikiran juga. Aisha menyadari keberadaan Adnan yang sedang melamun dari tempatnya saat ini. 'Apa yang dipikirkan Mas Adnan? Apa ia sedang memikirkan cara untuk menyakitiku lagi?' Pikiran buruk Aisha langsung tertuju pada hal itu. Aisha sangat sulit untuk memikirkan hal baik yang masih tersimpan di diri Adnan. "Untuk apa aku memikirkan pria yang telah menyakitiku, wahai hati sadarlah!" Aisha memegangi dadanya yang berdebar kencang saat memikirkan Adnan. Bagaimanapun, Adnan adalah satu satunya nama yang masih menguasai relung hati Aisha. Kembali ke Adnan dan lamunannya, Adnan kembali memikirkan sosok anak kecil yang ada di foto itu. Adnan tergerak untuk memeriksa foto foto yang ada di ponselnya. Ia sangat yakin pernah melihat sosok gadis kecil ituitu di suatu tempat. "Wajahnya sangat familiar," Ucap Adnan. Ia menggeser satu persatu foto yang ada. Setengah jam berlalu, Adnan sampai ke foto foto masa kecilnya. Disana ada foto dirinya yang didandani seperti seorang perempuan. Segera Adnan memperhatikan kembali foto gadis kecil itu. "Astaghfirullah, bagaimana mungkin?" Jantung Adnan berdegub kencang."Astaghfirullah, bagaimana mungkin?" Jantung Adnan berdegub kencang. Segera Adnan kembali ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Aisha. Aisha yang melihat Adnan buru buru masuk ke dalam rumah pun segera kembali ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya. "Aisha.. Tok.. Tok.. Tok.. Aisha!" "Aisha buka pintunya! Aku tahu kamu belum tidur. Tokk.. Tok..!" Adnan masih terus mengetuk pintu kamar Aisha. "Tokk... Tok.... Tok.. Aku dobrak kalau tetap gak buka pintunya!" Aisha memiliki firasat tidak baik melihat reaksi Adnan sekarang. 'Apa jangan jangan Mas Adnan tahu sesuatu?' Pikir Aisha. Perasaannya menjadi sangat tidak nyaman, tapi ia masih enggan membukakan pintu untuk Adnan. "Oke kalau kamu gak mau buka pintu sekarang. Aku ingin menanyakan sesuatu, tolong jawab dengan jujur!" "Iya," Jawab Aisha. "Namanya Aihara, dia putriku kan?" "Astaghfirullah," Ucap Aisha. Aisha tahu Suatu hari Adnan akan mengetahui keberadaan Hara, tapi tidak secepat ini. "Jawab Aisha! Jangan diam aja.
"Cukup bercandanya Jalang! Melindungi dirimu sendiri saja kau tidak mampu, apalagi melindungi anak itu!" Adnan kembali mendekati Aisha untuk mengatakan itu."Mas Adnan, akan aku pastikan kamu menjilat perkataan kamu ini Mas!" Teriak Aisha. Sementara itu, Adnan sudah menghilang dari pandangan Aisha. Setelah itu, Aisha kembali menelpon Bundanya. "Tut.. Tut..." "Halo Assalamu'alaikum Ais," Jawab Bunda. "Alhamdulillah, Bunda akhirnya ngangkat telepon Ais. Bunda ngapain aja? Ais sangat khawatir.""Maafkan Bunda, Ais. Bunda tahu kamu dari tadi menelpon Bunda, tapi Bunda gak bisa menjawab telepon kamu. Adnan dan juga orang suruhannya menemukan Bunda saat Bunda dan Hara berada di terminal. Kita ketahuan Ais. Maafkan Bunda," Bunda merasa sangat menyesal. "Bunda gak salah apa-apa, Bun. Jangan minta maaf sama Ais seperti tadi. Ais tahu, suatu hari Mas Adnan akan mengetahui semuanya. Lalu bagaimana kondisi Bunda dan Hara, Bun? Mas Adnan tidak melakukan apa apa
."Jangan ngaco! Mimpi kali, sadarlah dari mimpimu itu!"Aisha masih ingin protes terhadap isi dari surat perjanjian pernikahan itu, tapi ia harus sadar diri terhadap posisinya sekarang ini. Dia tidak punya pilihan. "Tunggu apa lagi Aisha? Mau kamu protes bagaimanapun isi perjanjian itu tidak akan berubah, sedikitpun, right!""Hemm.. Ais tahu Mas, karena itu Aisha tidak akan menandatangani surat perjanjian ini.""Gak mau tanda tangan ya?" Adnan masih menatap tajam ke Aisha. "Iya Mas, isinya semua merugikan Aisha saja."Adnan segera bergerak mendekati Aisha dan mencengkram lehernya. Kepala Aisha mengasah dibuatnya. Adnan semakin menguatkan cengkeramannya. "Mas.." Ucap Aisha. Apa yang dilakukan Adnan membuat Aisha sulit untuk bernafas. Aisha pun mencoba menepuk-nepuk lengan Adnan agar Adnan melepaskan cengkeramannya dari leher Aisha. "Puk....puk..""Puk.. Puk.. " Adnan yang menyadari hal itu masih belum mau melepaskan Aisha. "Mas Adnan!" Teriak Aisha. "Auuu.. " Ucap Adnan. Susah
"Kau sudah cukup beristirahatkan?" Tanya Adnan. Aisha belum tau harus menjawab apa, tapi Adnan sudah membuka pelindung area bawahnya. Segera tangan Adnan bermain dengan organ vital milik Aisha. "Mas!!" Pekik Aisha karena ulah Adnan. "Siapa suruh menggodaku Aisha!" Bisik Adnan di telinga kiri Aisha. Adnan lanjut mencium kening Aisha, pipinya lalu juga area bibir. Makin lama ciuman bibir keduanya semakin dalam. Sementara itu, Adnan masih lanjut menggencar area bawah Aisha. "Egghhh ahhh.. Egghhh""Eghhh.." Kali ini Aisha merasakan rangsangan yang sangat hebat. Adnan menjamah area area itu dengan sempurna. Untuk urusan ranjang, Adnan memang hebat. Aisha sangat sangat menikmati permainan Adnan. Melihat reaksi Aisha yang sangat menikmati permainan, Adnan membuka celananya dan tentunya benda perkasa miliknya sudah turn on, tapi Adnan tidak ingin permainan siang hari menjelang sore itu berlangsung sangat singkat. Adnan mulai menggesek gesekkan b3mds perkasa miliknya
"Aisha!!" Teriak Adnan. Suara Adnan membuyarkan perhatian Aisha. Segera Adnan menghampiri Aisha. Adnan memegang lengan Aisha dan menariknya menjauh dari balkon. "Kau mau ngapain?" Bentak Adnan. Wajah Adnan sangat memerah dan emosinya terpancing. Aisha merasa bingung. Dengan reaksi Adnan. Ia tidak tahu apa yang membuat Adnan membentaknya. Beberapa waktu lalu ia telah memuaskan Adnan, lalu mengapa sekarang Adnan marah padanya. "Kau gila ya? Mau lompat dari balkon itu, hah?" Tanya Adnan. Kali ini nada suaranya lebih rendah, tapi masih keras. "Apa?" Aisha tercengang. Ia tidak tahu mengapa Adnan menanyakan pertanyaan begitu. "Kau ngapain di balkon itu tadi. Kamu mau lompat ya? Kalau mau bunuh diri atau semacamnya jangan di rumah ini!" "Hohh.." Respon Aisha. "Aku bertanya padamu, kok hohhh.." "Ais bingung kenapa Mas tiba-tiba teriak, ternyata Mas Adnan kepikiran hal itu toh?" Tanya Aisha. Adnan segera mengangguk.
'Aku merasa aku sangat malang,' bisik batin Aisha. Aisha menyalakan kembali layar monitornya. Ia memilih melanjutkan pekerjaannya dari pada harus meratapi lebih lanjut nasibnya. "Tok.. Tok..""Bu, saya masuk ya?""Masuk aja Wi."Segera Wilona masuk ke ruangan Aisha. "Bu, gak istirahat?""Udah tadi Wi. Tapi saya gak bisa istirahat dengan santai, nanti saya mau pulang cepat.""Oh iya Bu. Tapi wajah Bu Aisha sangat pucat loh Bu. Lebih baik makan dulu Bu.""Makasih Wi. Kalau gitu saya makan dulu aja deh.""Iya Bu, kalau gitu saya keluar dulu ya Bu. Kalau Ibu butuh apa apa saya ada di depan ya Bu," Ucap Wilona. "Iya Wi. Gak usah khawatir. Saya baik baik aja kok.""Baik Bu." Wilina keluar setelah meletakkan pesanan Aisha di atas mejanya.***"Aisha, kamu udah siap belum?" "Belum Mas, bentar lagi.""Kok lama banget? Kan aku udah bilang kita berangkat jam 7.""Aisha baru siap siap abis magriban tadi Mas. Maaf, ini juga ud
"Hei! Ngapain kamu melamun?" Adnan menyentuh bahu Aisha. "Apa Mas?" Tanya Aisha. "Kamu ngelamun?""Engga, cuma lagi mikir aja Mas.""Ayo makan dulu! Aku udah lapar.""Oh iya iya."Adnan dan Aisha segera menuju prasmanan yang ada disana. Aisha mengambil dua macam kue saja, ia tidak berniat makan. Sedangkan Adnan memilih makanan berat. Ia sangat lapar. Usai mengambil makanannya masing-masing, mereka memilih meja yang kosong. Aisha sengaja tidak bergabung dengan yang lainnya, ia butuh ketenangan. "Kenapa gak gabung aja sama Pak Seno?" Tanya Adnan. "Ais mau makan dengan nyaman Mas.""Ohh" Setelah dialog itu, Adnan menyantap makanannya dengan lahap. Sedangkan Aisha mencoba menikmati makanannya juga, namun Aisha tidak berselera. Ia memaksakan dirinya pun tetap makanan itu sulit untuk ditelan. "Kenapa gak makan?" Tanya Adnan. Adnan hampir menyantap semua makanan yang ada. "Ini juga lagi usaha Mas.""Kamu gak lapar ya, atau udah makan tadi?" " Bukannya gak lapar Mas, tapi ya sudahlah
is mencintai Mas Adnan.""Sretttt..." Adnan mengerem laju mobilnya. Ia memandangi Aisha dengan intens. Satu detik, dua detik, tiga detik, dan empat detik. "Aku tidak akan luluh dengan pernyataan cintamu itu Aisha. Fokus saja menahan rasa mualmu. Aku hanya tidak ingin kau mati, karena itu aku mau membawa ke rumah sakit. Jadi jangan berpikiran kalau aku peduli padamu karena masih mencintaimu!""Ais tahu," Aisha mengangguk. Entah siapa yang menguasai dirinya tadi, ia juga tidak tahu mengapa dia berkata begitu.Adnan semakin memacu laju kendaraannya. Ia menuju rumah sakit terdekat. Sementara itu, Aisha berusaha mengendalikan rasa mualnya. ***Pemeriksaan sudah dilakukan pada Aisha, dan Dokter sedang menjelaskan kondisi Aisha pada Adnan. Aisha yang masih terbaring lemah melihat Dokter bicara cukup banyak dengan Adnan. Kini mereka berada di UGD, banyaknya suara disana membuat Aisha tidak bisa mendengar obrolan Dokter dengan Adnan. Aisha sangat penasaran apa benar