Share

5. Mencari Tahu

"Aisha pikir dunia Aisha sudah lama hancur Bunda. Aisha sangat tangguh untuk menghadapi apapun yang akan terjadi nanti. Yang penting, Bunda dan Hara harus segera pergi dan bersembunyi jauh dari sini!"

"Aisha, kenapa nasibmu sangat malang. Almarhumah Mba Yu pasti sangat sedih melihat putri semata wayangnya menjalani kehidupan seperti ini." Wanita paruh baya itu mengelus pundak Aisha.

Wanita paruh baya itu adalah adik dari Almarhumah Ibu Aisha. Beliaulah satu satunya tempat Aisha meminta bantuan dan yang menguatkannya.

"Ibu tahu Aisha tidak akan menyerah Bunda. Tidak akan pernah!"

Tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya, wanita yang dipanggil Bunda oleh Aisha itu langsung memeluk Aisha.

"Tinggalkan semuanya jika terlalu berat Ais. Bunda punya sedikit tabungan untuk kita bertiga."

"Tapi.." kata kata Aisha terhenti.

"Biaya pengobatan Bapak sangat besar Bunda. Ais juga tidak tahu kapan Bapak akan sadar. Ais tidak apa harus seperti sekarang, asal Bapak, Hara dan Bunda tidak ada yang menganggu."

"Kamu yang kuat ya sayang."

"Pasti Bunda."

Usai pembicaraan panjangnya dengan sang Bunda, Aisha harus segera kembali ke rumah Adnan. Rasa rindunya pada Aihara belum terobati, tapi ia harus rela untuk berpisah. Ya, Aisha harus rela jika tidak ingin kekacauan lain segera terjadi.

***

Rasa lelah menyelimuti seluruh tubuh Aisha begitu ia memasuki rumah, dan Adnan tentunya menyambutnya dengan tatapan kejamnya.

"Kemana saja kamu?" Bentak Adnan.

"Astaghfirullah," Aisha kaget dan langsung melihat ke sumber suara.

"Sudah Ais bilang kemarin kalau Ais pergi ke suatu tempat dulu sepulang kerja," jawab Aisha malas.

"Aku tidak mengizinkanmu, tapi kau tetap pergi. Kurang ajar sekali! Apa kau lupa? Aku bisa saja membunuhmu kapanpun!"

"Berhenti mengancam Ais seperti itu Mas! Jika Ais mati sekalipun itu adalah sesuatu yang tidak bisa Ais hindari dan sudah pasti. Di tangan Mas Adnan atapun bukan. Ais tidak takut mati Mas!" tegas Aisha.

"Jaga ucapanmu Aisha!" Bentak Adnan.

"Jangan pernah sedikitpun kamu berpikir untuk mencurangi aku dengan pria manapun. Aku bisa menghancurkan perusahaanmu dalam beberapa detik saja!"

"Ais tahu Mas. Kamu yang melakukan semuanya. Dalam setahun terakhir kamu membuat kondisi perusahaan Ais menjadi seperti sekarang. Aisha tahu semuanya yang kamu lakukan!" Sesak dalam dada Aisha akhirnya keluar.

"Hahaha.. Walaupun kau tahu, tapi kau tetap meminta bantuan dari orang yang telah menghancurkanmu?"

"Mas Adnan pasti akan menyesal melakukan semua kekacauan ini. Jika Mas Adnan melakukan ini karena kejadian di masa lalu, Mas Adnan sangat kekanakan. Bapak bahkan tidak bisa bernapas tanpa alat bantu, dan Mas Adnan membalaskan dendam Mas Adnan pada Aisha. Aisha salah apa Mas?"

"Kau sangat bersalah karena memilih orang tua itu dan meningggalkan aku, Aisha!" Adnan menarik rambut Aisha.

"Aku pikir aku memang akan menyesal meningggalkan kamu Mas, tapi keputusanku sepertinya sudah benar!" Tatap Aisha dengan penuh emosi. Mata Aisha membesar menatap Adnan.

"Berani sekali kamu!"

"Sakit Adnan!" Teriak Aisha. Aisha berusaha melepaskan tangan Adnan dari rambutnya.

"Apa? Kau berani memanggil namaku seperti itu!"

"Sakit Adnan!" Teriak Aisha lebih kencang. Sementara itu, Adnan juga menarik lebih kuat rambut Aisha.

Air mata yang ditahan oleh Aisha jatuh juga, sungguh Aisha tidak tahu apa jalan yang ia pilih ini sudah benar atau tidak. Dirinya sangat hina di mata Adnan.

"Kamu pasti akan menagisi apa yang kamu lakukan hari ini padaku Mas. Ais akan memastikan hari itu akan segera tiba!" Sekuat tenaganya Aisha berusaha melepaskan tangan Adnan dari rambutnya namun tidak berhasil.

Ketika mendapatkan celah, Aisha menarik lengan Adnan menggigit Sekuat-kuatnya.

"Auuu!! Gila kamu ya? Gimana kalau aku terkena infeksi karena gigitanmu?"

"Hahaha.. Kamu pikir Ais tidak akan membalas perbuatan kerjammu ini Mas. Ais tidak akan diam saja dengan semua perlakuan Mas Adnan sama Ais," Aisha melawan.

"Diamlah, jangan terlalu banyak gaya! Aku masih bersabar, jika tidak kau pasti tidak akan pernah melihat matahari terbit lagi setelah ini!" Adnan menahan dirinya agar tidak lost control. Tujuannya bukan untuk membunuh Aisha. Ia hanya ingin menyakiti Aisha lahir dan batin hingga dunia ini terasa sangat menyesakkan bagi Aisha. Adnan ingin merasakan dunianya yang juga pernah hancur setelah Aisha pergi hari hidupnya.

"Mas Adnan pasti akan terus menangis, bahkan saat air mata Mas Adnan kering sekalipun suatu saat nanti karena Ais. Ingat itu Mas!" Ancam Aisha. Aisha yang sudah muak dengan segala ancaman dan kegilaan Adnan segera menuju kamarnya meninggalkan Adnan.

***

Tengah malamnya, Adnan menelpon jasa mata mata yang disewanya untuk mengikuti seluruh kegiatan Aisha tadi. Adnan sangat ingin tahu apa yang dilakukan Aisha dan kemana saja Aisha pergi.

"Tut.. tut..."

"Halo Pak," jawab lawan bicara Adnan di telepon.

"Bagaimana? Apa kau mengetahui kemana Aisha pergi tadi?" tanya Adnan ke intinya.

"Saya sudah mengirim beberapa foto lewat pesan ke nomor Bapak. Saya tidak tahu siapa mereka, Saya masih mencari tahu Pak."

"Baiklah, saya akan memeriksanya!" Adnan segera mematikan panggilan telepon itu.

Adnan langsung memeriksa isi pesan dari mata mata suruhannya dan mendapati foto seorang gadis kecil dan wanita paruh baya sedang bersama dengan Aisha.

"Siapa anak kecil itu?" Adnan memperhatikan dengan seksama foto foto itu.

'Apa dia anak Aisha dengan pria lain? Bagaimana mungkin aku tidak tahu jika Aisha telah menikah lagi setelah kami berpisah?'pikir Adnan.

Tidak terlintas sedikitpun di pikirannya jika Hara adalah putrinya. Aisha menyembunyikan kehadiran Hara dengan sangat apik. Yang Adnan tahu, Aisha telah kehilangan calon bayi mereka sebelum perceraian terjadi. Tapi nyatanya, Hara adalah buah cinta mereka.

Kepala Adnan menjadi sangat pusing memikirkan siapa gadis kecil itu.

"Aku tidak peduli dengan.."

"Tut.." Sebuah notif muncul di ponsel Adnan.

Notif itu dari mata mata suruhannya. Mereka bekerja sangat cepat. Adnan segera membuka pesan itu.

[Anak kecil itu tercatat sebagai cucu dari wanita yang juga ada di foto itu Pak. Namanya Aihara, usianya sekitar 4 tahun]

"Siapa wanita paruh baya itu? Aku belum pernah melihatnya," Gumam Adnan.

Malas berpikir lebih jauh, Adnan segera mengabaikan pikiran yang tadi menganggunya. Yang penting baginya, Aisha tidak pergi untuk melakukan hal yang dilarang olehnya. Untuk menghilangkan rasa kesalnya,

Adnan memilih mencari angin dan duduk di gazebo yang ada di dekat kolam renang di luar rumah.

Beberapa waktu mencoba menenangkan diri, Adnan justru menjadi sangat gelisah.

'Kenapa aku justru menjadi sangat gelisah? bahkan lebih gelisah setelah Aisha kembali ke rumah. Perasaanku saat ini sangat tidak nyaman.' Adnan duduk melamun.

Sementara itu, Aisha juga berada di balkon kamarnya untuk menenangkan pikiran juga. Aisha menyadari keberadaan Adnan yang sedang melamun dari tempatnya saat ini.

'Apa yang dipikirkan Mas Adnan? Apa ia sedang memikirkan cara untuk menyakitiku lagi?' Pikiran buruk Aisha langsung tertuju pada hal itu. Aisha sangat sulit untuk memikirkan hal baik yang masih tersimpan di diri Adnan.

"Untuk apa aku memikirkan pria yang telah menyakitiku, wahai hati sadarlah!" Aisha memegangi dadanya yang berdebar kencang saat memikirkan Adnan. Bagaimanapun, Adnan adalah satu satunya nama yang masih menguasai relung hati Aisha.

Kembali ke Adnan dan lamunannya, Adnan kembali memikirkan sosok anak kecil yang ada di foto itu. Adnan tergerak untuk memeriksa foto foto yang ada di ponselnya. Ia sangat yakin pernah melihat sosok gadis kecil ituitu di suatu tempat.

"Wajahnya sangat familiar," Ucap Adnan. Ia menggeser satu persatu foto yang ada.

Setengah jam berlalu, Adnan sampai ke foto foto masa kecilnya. Disana ada foto dirinya yang didandani seperti seorang perempuan. Segera Adnan memperhatikan kembali foto gadis kecil itu.

"Astaghfirullah, bagaimana mungkin?" Jantung Adnan berdegub kencang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status