"Kau sudah cukup beristirahatkan?" Tanya Adnan. Aisha belum tau harus menjawab apa, tapi Adnan sudah membuka pelindung area bawahnya. Segera tangan Adnan bermain dengan organ vital milik Aisha.
"Mas!!" Pekik Aisha karena ulah Adnan."Siapa suruh menggodaku Aisha!" Bisik Adnan di telinga kiri Aisha. Adnan lanjut mencium kening Aisha, pipinya lalu juga area bibir. Makin lama ciuman bibir keduanya semakin dalam. Sementara itu, Adnan masih lanjut menggencar area bawah Aisha."Egghhh ahhh.. Egghhh""Eghhh.." Kali ini Aisha merasakan rangsangan yang sangat hebat. Adnan menjamah area area itu dengan sempurna. Untuk urusan ranjang, Adnan memang hebat. Aisha sangat sangat menikmati permainan Adnan.Melihat reaksi Aisha yang sangat menikmati permainan, Adnan membuka celananya dan tentunya benda perkasa miliknya sudah turn on, tapi Adnan tidak ingin permainan siang hari menjelang sore itu berlangsung sangat singkat. Adnan mulai menggesek gesekkan b3mds perkasa miliknya"Aisha!!" Teriak Adnan. Suara Adnan membuyarkan perhatian Aisha. Segera Adnan menghampiri Aisha. Adnan memegang lengan Aisha dan menariknya menjauh dari balkon. "Kau mau ngapain?" Bentak Adnan. Wajah Adnan sangat memerah dan emosinya terpancing. Aisha merasa bingung. Dengan reaksi Adnan. Ia tidak tahu apa yang membuat Adnan membentaknya. Beberapa waktu lalu ia telah memuaskan Adnan, lalu mengapa sekarang Adnan marah padanya. "Kau gila ya? Mau lompat dari balkon itu, hah?" Tanya Adnan. Kali ini nada suaranya lebih rendah, tapi masih keras. "Apa?" Aisha tercengang. Ia tidak tahu mengapa Adnan menanyakan pertanyaan begitu. "Kau ngapain di balkon itu tadi. Kamu mau lompat ya? Kalau mau bunuh diri atau semacamnya jangan di rumah ini!" "Hohh.." Respon Aisha. "Aku bertanya padamu, kok hohhh.." "Ais bingung kenapa Mas tiba-tiba teriak, ternyata Mas Adnan kepikiran hal itu toh?" Tanya Aisha. Adnan segera mengangguk.
'Aku merasa aku sangat malang,' bisik batin Aisha. Aisha menyalakan kembali layar monitornya. Ia memilih melanjutkan pekerjaannya dari pada harus meratapi lebih lanjut nasibnya. "Tok.. Tok..""Bu, saya masuk ya?""Masuk aja Wi."Segera Wilona masuk ke ruangan Aisha. "Bu, gak istirahat?""Udah tadi Wi. Tapi saya gak bisa istirahat dengan santai, nanti saya mau pulang cepat.""Oh iya Bu. Tapi wajah Bu Aisha sangat pucat loh Bu. Lebih baik makan dulu Bu.""Makasih Wi. Kalau gitu saya makan dulu aja deh.""Iya Bu, kalau gitu saya keluar dulu ya Bu. Kalau Ibu butuh apa apa saya ada di depan ya Bu," Ucap Wilona. "Iya Wi. Gak usah khawatir. Saya baik baik aja kok.""Baik Bu." Wilina keluar setelah meletakkan pesanan Aisha di atas mejanya.***"Aisha, kamu udah siap belum?" "Belum Mas, bentar lagi.""Kok lama banget? Kan aku udah bilang kita berangkat jam 7.""Aisha baru siap siap abis magriban tadi Mas. Maaf, ini juga ud
"Hei! Ngapain kamu melamun?" Adnan menyentuh bahu Aisha. "Apa Mas?" Tanya Aisha. "Kamu ngelamun?""Engga, cuma lagi mikir aja Mas.""Ayo makan dulu! Aku udah lapar.""Oh iya iya."Adnan dan Aisha segera menuju prasmanan yang ada disana. Aisha mengambil dua macam kue saja, ia tidak berniat makan. Sedangkan Adnan memilih makanan berat. Ia sangat lapar. Usai mengambil makanannya masing-masing, mereka memilih meja yang kosong. Aisha sengaja tidak bergabung dengan yang lainnya, ia butuh ketenangan. "Kenapa gak gabung aja sama Pak Seno?" Tanya Adnan. "Ais mau makan dengan nyaman Mas.""Ohh" Setelah dialog itu, Adnan menyantap makanannya dengan lahap. Sedangkan Aisha mencoba menikmati makanannya juga, namun Aisha tidak berselera. Ia memaksakan dirinya pun tetap makanan itu sulit untuk ditelan. "Kenapa gak makan?" Tanya Adnan. Adnan hampir menyantap semua makanan yang ada. "Ini juga lagi usaha Mas.""Kamu gak lapar ya, atau udah makan tadi?" " Bukannya gak lapar Mas, tapi ya sudahlah
is mencintai Mas Adnan.""Sretttt..." Adnan mengerem laju mobilnya. Ia memandangi Aisha dengan intens. Satu detik, dua detik, tiga detik, dan empat detik. "Aku tidak akan luluh dengan pernyataan cintamu itu Aisha. Fokus saja menahan rasa mualmu. Aku hanya tidak ingin kau mati, karena itu aku mau membawa ke rumah sakit. Jadi jangan berpikiran kalau aku peduli padamu karena masih mencintaimu!""Ais tahu," Aisha mengangguk. Entah siapa yang menguasai dirinya tadi, ia juga tidak tahu mengapa dia berkata begitu.Adnan semakin memacu laju kendaraannya. Ia menuju rumah sakit terdekat. Sementara itu, Aisha berusaha mengendalikan rasa mualnya. ***Pemeriksaan sudah dilakukan pada Aisha, dan Dokter sedang menjelaskan kondisi Aisha pada Adnan. Aisha yang masih terbaring lemah melihat Dokter bicara cukup banyak dengan Adnan. Kini mereka berada di UGD, banyaknya suara disana membuat Aisha tidak bisa mendengar obrolan Dokter dengan Adnan. Aisha sangat penasaran apa benar
Dua jam berlalu"Aisha! Aisha!" Adnan memanggil Aisha. Adnan ingin memastikan kondisi Aisha apakah sudah baikan atau belum. "Aisha! Tok.. Tok.." Adnan memanggil sambil mengetuk pintu. Tidak ada jawaban sama sekali, Adnan berpikir jika Aisha sudah tidur. Adnan mencoba masuk ke kamar Aisha dan pintu kamar Aisha ternyata juga tidak dikunci. "Srekkk" Adnan membuka pintu kamar Aisha. Aisha sedang berbaring di ranjangnya. Tubuhnya ditutupi selimut hingga lehernya. Perlahan Adnan berjalan mendekati Aisha. Sesampainya Adnan di sebelah Aisha, ia duduk di sebelah Aisha. Ditatapnya wajah Aisha yang masih pucat. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok Aisha. Saat kau mengatakan kau mencintaiku, dadaku berdebar kencang. Seolah aku merasa menang darimu. Rasanya aku sudah memenangkan pertarungan yang aku mulai sendiri, tapi disaat itu pula aku khawatir. Aku teringat kata kata yang kau ucapkan waktu itu. Kau bagai mengutukmu saat kau bilang aku pasti akan menangisi keper
"Cuma kenalan aja kok Bu," Jawab Julian cepat."Oh, gitu. Silahkan diminum dulu, cuma ada ini di rumah!" Bunda meletakkan dua gelas orange jus. "Hohh iya, makasih banyak Bu," Ucap keduanya. Adnan segera mengangkat gelas berisi orange jus itu dan meminumnya. Ia sangat haus. "Ayah, pertanyaan Hara tadi belum dijawab loh. Kenapa Ayah gak pernah nemuin Hara?" Tanya. "Huk.. Uhukkkk" Adnan tersedak mendengar pertanyaan Hara. Tatapan Hara masih tertuju pada Adnan. "Ehemm.. Begini sayang." Adnan mulai merasakan ketegangan. Adnan takut salah jawab dan membuat Hara kesulitan mencerna ucapannya. "Maafkan Ayah sayang, Ayah tidak tahu harus mulI dari mana menjelaskannya. Ayah kerja sangat jauh dan baru pulang dari sana. Karena itu Ayah baru menemui Hara sekarang. Maafkan Ayah pergi terlalu lama sayang.""Hohh.." Respon Hara. Hara mengerti sampai sana. Dan Adnan juga tidak bermaksud menambahkan penjelasan yang tidak perlu. Hara yang masih sangat kecil pun tidak akan mengerti jika penjelasan A
Hei! Dasar jalang!!" Umpat Khadijah. Khadijah tidak jadi membeli minumannya dan menyusul Aisha dan Wilona. Aisha dan Wilona juga membalikkan badan mereka. Sekarang Khadijah dan Aisha, Wilona berharap hadapan. Aisha berjalan mendekati Khadijah, lalu berbisik di telinga kiri Khadijah. "Aku tahu kenapa wanita cantik seperti kamu masih sendiri, itu karena akhlak yang bobrok!" Bisik Aisha. "Plakk!!" Khadijah langsung menampar Aisha. Aisha sedikit kaget, tapi ia malah tersenyum setelah mendapatkan sebuah tamparan. Orang-orang melihat ke arah mereka, dan beberapa orang merekam apa yang terjadi. "Sekarang sudah jelas, kamu tahu mengapa Masih Adnan tetap memilihku lagi setelah kami berpisah dan mengabaikanmu? Itu karena sikapmu yang sembrono, angkuh dan haus validasi. Kamu sangat terkenal di kalangan pebisnis, tapi tidak ada yang tulus ingin bekerjasama denganmu. Mereka hanya kagum dengan harta dan uangmu!" Cemooh Aisha. Kali ini Aisha memilih kata kata yang sangat kasar untuk menjatuhkan K
"Ketemu siapa?" Adnan masih konek walaupun sedang sibuk. Aisha terdiam."Kenapa diam aja? Ketemu siapa?" Tanya Adnan. "Ketemu Khadijah.""Ngapain kamu ketemu dia?""Siapa juga yang ketemuan, kebetulan ketemu doang kok Mas.""Terus, ngapain lagi?" Adnan menghentikan kegiatannya dan mendekat ke Aisha. Adnan ingin mendengarkan dengan lebih fokus."Terus terus apa Mas? Kamu antusias banget ya kalau ngebahas Wanita itu!""Siapa yang semangat, kan cuma nanya doang." Adnan kembali ke posisinya semula dan melanjutkan urusannya yaitu memasak nasi goreng. "Dia mengatai Ais JALANG di depan orang rame. Mungkin kata kata itu memang cocok untuk Aisha ya Mas. Baik kamu maupun orang lain mengatakan hal yang sama. Bukan hanya kalian berdua, bahkan yang lain juga," Ucap Aisha. Ia seolah mengungkap sedikit isi hatinya. Adnan yang mendengarkan ucapan Aisha tadipun sedikit syok. Ia tidak tahu harus merespon apa, dia memang sesukanya saja memanggil Aisha dengan sebutan yang tidak baik. "Kamu tidak men