"Ketemu siapa?" Adnan masih konek walaupun sedang sibuk. Aisha terdiam."Kenapa diam aja? Ketemu siapa?" Tanya Adnan. "Ketemu Khadijah.""Ngapain kamu ketemu dia?""Siapa juga yang ketemuan, kebetulan ketemu doang kok Mas.""Terus, ngapain lagi?" Adnan menghentikan kegiatannya dan mendekat ke Aisha. Adnan ingin mendengarkan dengan lebih fokus."Terus terus apa Mas? Kamu antusias banget ya kalau ngebahas Wanita itu!""Siapa yang semangat, kan cuma nanya doang." Adnan kembali ke posisinya semula dan melanjutkan urusannya yaitu memasak nasi goreng. "Dia mengatai Ais JALANG di depan orang rame. Mungkin kata kata itu memang cocok untuk Aisha ya Mas. Baik kamu maupun orang lain mengatakan hal yang sama. Bukan hanya kalian berdua, bahkan yang lain juga," Ucap Aisha. Ia seolah mengungkap sedikit isi hatinya. Adnan yang mendengarkan ucapan Aisha tadipun sedikit syok. Ia tidak tahu harus merespon apa, dia memang sesukanya saja memanggil Aisha dengan sebutan yang tidak baik. "Kamu tidak men
dipersu sadarlah Adnan!" Tidak berlama lama, Adnan segera berangkat kerja setelah itu. Pagi hari itu berjalan lancar lancar saja, "Duhh.. Kenap macet banget ya?" Gumam Aisha. Ia hampir tiba di kantornya. Aisha sedang berada di perempatam jalan sambil menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. "BRUKK!!" Tiba tiba ada suara berisik dari belakang. "Auu" Jidat Aisha menubruk setir mobil. "Aduhh" Aisha mengajar kepalanya yang terbentur. Segera ia melihat keluar untuk mengetahui apa yang terjadi. "Astaghfirullah, aku ditabrak." Aisha sadar jika orang yang dibelakangnya yang menabraknya. Dari kaca mobil, Aisha bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil yang menabraknya tadi. 'Apa dia sengaja? Kenapa aku selalu dipersulit ya Tuhan?' batin Aisha.Ia tidak ingin memperpanjang urusan dan kembali ke dalam mobilnya. Ia merasa percuma membuang energi untuk orang seperti itu. Aisha menunggu lampu merah menjadi hijau, lalu ia melanjutkan perjalanannya ke kantor. Setibanya di kantor, ia
Aisha segera pergi ke belakang untuk mandi, sedangkan Adnan sudah berulang kali menelpon Aisha. Aisha tidak membalas pesan dan juga telepon darinya. Adnan inhin mengobrol dengan Aisha malam ini, karena itu Adnan ingin tahu kamu berapa Aisha akan pulang ke rumah. Adnan sudah menelpon 4 kali dan mengirimkan pesan spam agar Aisha memeriksa ponselnya, tapi Aisha tidak menyadari itu. Sedari perjalanan tadi, Aisha tidak ada melihat ponselnya. "Di mana wanita itu? Kenapa dia sangat luar, aku bahkan tidak tahu dia ada dimana?" Gumam Adnan. 'Apa dia masih menjajakan dirinya untuk mengeluarkan perusahaannya dari lubang kebangkrutan? Tapi kan aku sudah membantunya. Apa dia belum berhasil keluar dari lubang itu? Aku pikir perusahaannya tidak separah itu, tapi bisa jadi sih!' Pikiran Adnan sudsh terbang kemana mana. Adnan berusaha melakukan satu panggilan lagi. Dan akhirnya telepon Adnan diangkat juga. "Halo, assalamualaikum Mas.""Halo, Walaikumsalam. Dimana kamu? Kenapa tidak menjawab telepo
"Itu terserah kamu, kamu mau berhenti? Lakukan jika kamu bisa. Lakukanlah! Aku akan menjadi orang yang paling berbahagia atas kehancuranmu. Itu yang aku inginkan. Bapakmu, perusahaan dan karyawanmu, Putri kecilmu, semuanya akan hancur bersamamu.""Mas, aku.. aku..." Aisha terbata bata. "Kamu apa?" Tanya Adnan. "Gak jadi Mas. Ais gak ada mau ngomong apa apalagi?" Aisha segera beranjak dari sana. Aisha berjalan melewati Adnan, sedangkan Adndn masih berdiam diri di tempatnya. "Aisha!" Panggil Adnan. Adnan ingin melanjutkan percakapan lain, tapi Aisha tidak bergeming sedikitpun. Aisha melanjutkan perjalanan dan sampai di kamarnya. Aisha segera berbaring di kasurnya. "Aku sangat lelah. Aku ingin istirahat sejenak. Besok, jangan segera datang." Aisha tertidur begitu saja. Malam berlalu begitu cepat, pagi harinya Adnan membangunkan Aisha. Ia tidak sabar lagi terus terusan menunda percakapan seriusnya. "Aisha! Aisha! Bangun." "Aisha!" Panggil Adnan lagi. Aisha belum kunjung bangun. Ia
Adnan memeriksa penunjuk waktu yang melingkar di lengan kirinya. Hanya beberapa berbelok dan masuk gang saja, mereka akan tiba ditempat yang dituju. "Aisha! Aisha, wake up! Kita hampir sampai." Adnan menepuk pelan baju Aisha untuk membangunkannya."Eghhh.." Aisha menggeliat. Ia belum ingin bangun tapi Adnan sudah membangunkannya. "Kita dimana Mas?" Tanya Aisha. Aisha mulai membuka matanya dan ia mendapati lokasi mereka berada di tempat yang familiar. Aisha kemudian segera sadar saat pagar rumah sebuah rumah terlihat. "Kita ke rumah Bunda, Mas?" Aisha segera duduk tegap. Ia sadar sepenuhnya. Sedangkan Adnan sudah menepikan mobilnya di depan pagar rumah itu "Mas, kamu kok gak bilang kita mau kesini?""Kenapa? Kalau aku bilang kamu pasti akan banyak alasan lagikan. Kalau udah disini kamu gak mungkin mengelak. Ayo kita jemput Hara. Aku ingin dia tinggal bersama kita!" Adnan segera turun mobil setelah mengatakan itu. Aisha masih diam saja tempatnya, ia belum siap jika mereka membawa
"Bunda ingin menjemput Hara, kalian berdua lanjut saja mengobrol. Pastikan kalian tidak adu mulut seperti tadi lagi kalian bukan anak kecil lagi. Ingat itu!" Segera Bunda keluar dari rumah. Tinggallah Aisha dan Adnan. "Kenapa Mas Adnan sangat angkuh Mas? Kenapa gak pernah mau mendengarkan orang lain. Setidaknya Mas Adnan harus mempertimbangkan kata kata Ais, Mas. Hara itu anak kita, bagaimana kita akan membesarkannya nantinya, seharusnya kita mendiskusikan itu.""Hah?" Cemooh Adnan."Apa maksud kamu, Mas?""Kamu hanya istri sementara Aisha. Aku tidak berencana menjadikanmu istriku untuk waktu yang lama. Hanya sampai aku puas membalaskan dendammu padamu. Hanya sebatas itu. Aku akan membesarkan Hara dengan baik dan menemukan Ibu yang lebih dari kamu.""Maaf Mas, aku lupa. Semoga kamu menemukan perempuan lain yang lebih baik dari Ais. Tapi seorang Ibu pengganti yang lebih baik dari Ibu kandung? Itu tidak akan mudah Mas!" Aisha sangat percaya diri mengatakan itu. Perseteruan mereka belum
"Adnan tahu apa yang harus Adnan lakukan Bu. Ibu seharusnya tidak perlu mencemaskan Adnan. Ibu seharusnya mencemaskan Aisha, Adnan bisa membuangnya kapan saja, Bu!""Astahgfirullah," Bunda sedikit terkejut mendengar kata kata Adnan. Adnan tersenyum tipis karena reaksi Bunda yang terkejut. "Adnan, semoga Tuhan membukakan hatimu," Ucap Bunda. 'Mereka sekeluarga memang lua4 biasa, selalu mencampuri urusan orang lain. Aku pasti akan menjaga keluargaku dengan baik, apa ya perlu dicemaskan!' Batin Adnan. Adnan segera berjalan keluar meninggalkan Bunda. "Aisha ayo buruan! Kamu mau pulang bersama atau enggak?" Adnan memanggil dari luar rumah. "Bunda, Aisha pulang dulu ya. Do'akan Aisha ya Bun. Assalamualaikum," Aisha segera menyalami sang Bunda. "Walaikumsalam," Jawab Bunda. Aisha segera keluar rumah dan menyusul Adnan yang sudah berada di dalam mobil, sedangkan Bunda melihat kepergia mereka dari depan pintu rumahnya. "Semoga Tuhan menjaga kalian dan menjadikan kalian keluarga yang bahag
"Ayah, Ibu gak bangun," Hara menunjuk ke arah Aisha. Adnan segera membangunkan Aisha. "Aisha! Aisha!" Panggil Adnan. Namun Aisha belum juga merespon. Adnan segera menurunkan Hara dari gendongannya dan memeriksa keadaan Aisha. Tubuh Aisha terasa sangat dingin. Adnan mencoba membangunkan Aisha lagi, "Aisha bangun! Jangan bercanda kelewatan deh." Adnan mengecek nadii Aisha. "Aisha! Hei.." Adnan menepuk-nepuk pelan pipi Aisha. 'Ada apa ini? Tadi dia baik baik saja,' batin Adnan. Adnan jadi sedikit panik. "Sayang, sepertinya Ibu sakit. Kamu ikuti Ayah ya, kita bawa Ibu ke rumah sakit.""Iya Ayah," jawab Hqra"Aisha!" Adnan mencoba membangunkan Aisha lagi. Tidak mendapatkan jawaban, Adnan segera menggendong Aisha dan membawanya ke mobil. "Sayang ayo ikuti Ayah!""Iya," Jawab Hara. Segera mereka berangkat ke rumah sakit. Adnan membaringkan Aisha di bangku bagian belakang, begitu juga Hara, sedangkan Adnan mengemudi. Adnan berusaha untuk tetap tenang, ia tidak ingin Hara khawatir. Sepa
"Iya, iya. Kalau gitu sampai besok ya. Kita berangkat besok pagi pagi ya. Jangan datang siang, kita berangkat jam 9 pagi ya.""Iya iya, tenang aja. Jangan khawatir. Aku pasti tepat waktu kok. Aku juga semangat banget mau kita bisa pergi bertiga setelah sekian lama gak ngumpul.""Oke oke, assalamu'alaikum. Aku tutup dulu telponnya. Besok save drive ya.""Walaikumsalam." Adnan pun menutup teleponnya. ***Esok harinya, Adnan, Aisha dan Adnan baru saja tiba di kebun binatang. Layaknya anak kecil biasanya, Hara sangat bahagia diajak berwisata. Hara banyak bertanya pada Adnan maupun Aisha tentang hewan hewan yang ia lihat disana. Dengan senang hati, Adnan dan Aisha menjelaskan setiap pertanyaan Hara. Hingga siang hari, tibalah Hara mengajukan pernyataan yang serius. Mereka baru saja selesai makan siang dan bersiap siap untuk melanjutkan kunjungan mereka ke tempat lainnya. Adnan berencana mengajak Hara untuk pergi berenang. "Kita sudah setengah hari bersama-sama Ayah, Ibu. Apa Ibu dan Aya
15. "Bukan gitu Ayah, Hara hanya merasa jika Ibu seharusnya bahagia dan memiliki pasangan seperti orang lain Yah. Hara juga ingin melihat Ayah bahagia. Kalau Ibu gak berencana mau punya pasangan baru, apa Ayah juga tidak?""Apa Ayah terlihat menyedihkan dengan kondisi Ayah sekarang sayang?""Bukan begitu Ayah, Hara sangat mencemaskan Ayah dan Ibu. Hara pasti akan bahagia jika Ayah dan Ibu bahagia.""Kamu masih sangat kecil dan sudah kepikiran sampai sejauh itu sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya sayang membuat kamu khawatir.""Ayah kenapa minta maaf, Ayah kan gak ngelakuin hal yang salah.""Andai Ayah dan Ibu seharusnya bisa menahan ego lagi sedikit, agar kita semua bahagia sayang.""Hara tidak mengerti apa yang Ayah katakan. Yang jelas, Hara ingin Ayah dan Ibu bahagia lagi seperti dulu. Benar benar bahagia, bukan hanya tersenyum di depan Hara, tapi di setiap harinya.""Ayah akan berusaha untuk menjadi seperti yang Hara inginkan sayang, Ayah juga nanti bakal bilang ke Ibu ya. Kamu janga
"Om hati hati nanti di jalan pulang. Sampai ketemu lagi ya Om," Hara juga menyalami Denis. Adnan dan Hara pun meninggalkan rumah itu, namun belum sampai ke mobilnya, Adnan mendengar Bunda. "Ini Bunda ada cemilan dan juga kopi. Ayo dinikmati Nak Denis," Ucap Bunda. Adnan pun menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang. 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi aku tidak menyangka jika aku akan kalah dengan Pria asing yang entah berasal dari mana. Aku harus menyerah berapa kali lagi dan harus menunggu berapa lama lagi. Aku ingin selesai dengan perasaan ini, tapi aku selalu kembali pada Aisha,' batin Adnan. Dengan hati yang gundah, Adnan pergi meninggalkan rumah Aisha. "Ayah kenapa ngelamun? Apa Ayah sakit?" Tanya Hara. Hara menyadari jika Adnan sepertinya kurang nyaman dan banyak diam. Hara yang masih terlalu kecil menafsirkan sikap Adnan itu mungkin karena sakit. "Engga sayang, Ayah gak sakit. Kenapa Hara pikir Ayah sakit?""Ayah terlihat m
"Aku?" "Ya kamu..""Aku alhamdulillah baik, ayo duduk dulu yuk. Masa dari tadi bengong bengong doang?""Oh iya iya, ayo masuk!" Ajak Pak Adhi.Semua orang pun masuk ke dalam rumah. Kedatangan Adnan pada jak makan siang, jadi mereka semua langsung menuju dapur karena akan bersama. "Wah.. Banyak banget makanannya. Ada apa ini?" Tanya Adnan. "Assalamu'alaikum," Suara seseorang terdengar dari luar. Pintu depan yang belum ditutup pun membuat suara itu terdengar hingga di dapur. "Kayaknya ada yang datang deh," Ucap Bunda. "Iya Bun, tadi Aisha mengundang satu teman baru Aisha Bun. Aisha ke depan dulu buat ajak masuk ya Bun.""Iya sayang," Jawab Bunda. Yang lainnya melanjutkan kegiatan mereka dan sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Pak Adhi bahkan sudah menyendok nasi ke piringnya. Disusul oleh Adnan yang sekaligus menyendokkan nasi ke piring Hara. "Hai! Kamu sudah sampai. Tadi langsung ketemu rumahnya atau gimana?" Tanya Aisha."Assalamu'alaikum," Ucap Tamu yang kini sudah ber
ak Denis, tunggu saya!" Ucap Aisha. "Ayolah lebih cepat. Kamu sih kebanyakan bengong. Ngapain sih bengong?" Ucap Denis. Denis berusaha menurunkan kecepatan langkah kakinya."Saya gak bengong Pak, saya lagi mikir tadi." Aisha pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Denis. "Bapak kok mau numpangin saya, Pak?" Tanya Aisha. "Kan searah. Lagian says juga bakal lewat sana juga.""Hohh.. Gitu ya Pak." Aisha dan Adnan pun sudah tiba di depan mobil Denis. "Ayo masuk buruan! Jangan bengong lagi.""Iya iya Pak. Saya gak bengong kok.""Ya udah, kalau gitu ayo buruan masuk!" Ajak Denis. Denis dan Aisha pun segera masuk ke dalam mobil. Jalanan yang dilalui mereka sudah tidak macet lagi. Lalu lintas juga terpantau lancar. "Di mana tadi parkir mobilnya?""Dekat sih Pak, beberapa meter di depan sana.""Hoh.. Mini market yang di ujung jalan itu ya?""Ya Pak, bener banget. Yang itu Pak.""Kamu kenapa dari tadi manggil saya Bapak terus. Kita kan dalam kondisi formal. Panggil Denis aja, lagian kit
"Alhamdulillah, sejauh ini sayang. Kita sudah benar-benar stabil, tidak akan mudah untuk menggoyahkan kita.""Alhamdulillah, semoga seterusnya juga begitu Pak.""Aamiin."Aisha pun segera bangkit dari tempat duduknya karena ingin mengakhiri kunjungannya. "Loh mau kemana?" Tanya Pak Adhi. "Aisha cuma berkunjung sebentar Pak. Nanti Aisha mau ke tempat lain. Ada pertemuan sama beberapa donatur Yayasan Pak," Jelas Aisha. "Oh gitu, nanti kamu terlambat sayang. Pergilah, hati hati di Jalan ya sayang. Lebih naik kita datang lebih dulu dibandingkan mereka yang harus menunggu. Jaga sopan santun kita.""Oke Pak, Aisha berangkat dulu ya Pak," Aisha segera salim pada Pak Adhi. Dalam beberapa menit Aisha sudsh berada di jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati perjalanannya menuju pertemuan dengan para Donatur Yayasan. Namun perjalanannya tidak begitu mulus. Sekitar 2 kilometer hampir sampai ke tempat tujuan ada macet. Aisha tidak kepikiran kalau jalanan disana ak
"Ya, sebuah keajaiban terjadi begitu saja. Saya juga tidak menyangka bisa memiliki bayi Bu. Alhamdulillah, anugerah itu datang ke kehidupan saya," Jelas Bela. Aisha langsung mendekati Bela dan memeluknya. "Alhamdulillah, saya sangat bahagia untukmu Bela."Iya Bu. Makasih banyak Bu." Aisha pun melepaskan pelukannya. "Ibu gimana kabarnya?" Tanya Bela. "Saya..?""Iya Ibu, Ibu gimana?""Saya masih begini begini aja Bel. Saya gak ada kepikiran buat yang lain. Sekarang fokus ngerawat Hara sambil ngurus Yayasan aja.""Ini udah lumayan lama loh Bu. Gak ada kepikiran mau cari pasangan Bu?""Iya Bu," Tambah Bianca. Bianca pun penasaran dengan perkembangan percintaan dsei mantan bosnya itu. Aisha tersenyum lalu menjawab, "Saya belum ketemu yang cocok. Kalau ada saya mau loh," Jawab Aisha dengan nada bercanda. "Iya iya bener Sih Bu. Hemm.. Oh iya Bu, mau saya kenalin gak Bu sama sepupu Saya?" Tanya Bela. "Sepupu kamu?" "Iya Bu, sepupu saya. Orangnya cakep, putih, tinggi dan punya usaha sen
"Bukan gitu Bunda. Aisha gak mau balik ke kehidupan yang pernah Aisha tinggalkan Bun. Aisha masih ingat sakitnya gimana Bunda. Aisha kehilangan banyak hal di masa lalu Bun. Aisha juga kehilangan calon anak Aisha Bun. Rasanya sangat membekas Bunda. Aisha benar-benar tidak akan kembali ke lingkaran setan itu Bunda. Kalau untuk kembali kesana, itu rasanya tidak mungkin Bunda.""Begitu ya sayang, Bunda juga masih ingat gimana sakitnya kamu waktu itu. Maafkan Bunda bisa kepikiran sampai sana Aisha. Maafkan Bunda. Bunda salah Aisha." Bunda menyesali pikirannya yang terlalu jauh. Bunda benar-benar menyesal. "Gak papa Bunda. Bunda mungkin terlalu khawatir.""Sekali lagi maafkan Bunda ya sayang.""Iya Bunda. Aisha gak papa kok." Usai pembicaraan itu, Aisha kembali ke kamarnya untuk mandi dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Selesai mandi, Aisha merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Ia mencari tahu tentang siapa Denis. Benarkah yang dilihatnya tadi hanya Pria bernama Denis yang mi
"Tok.. Tok.." Aisha mengetuk jendela mobil itu. Aisha belum melihat siapapun turun dari sana, pasti Pemiliknya masih ada di dalam mobil. Tidak mendapat respon setelah mengetuk sekali, Aisha mencoba ulang. "Tok.. Tok..tok.." Kali ini Aisha mengetuk lebih kencang dari sebelumnya.Akhirnya usaha Aisha berhasil, Aisha mendengar jika sang Pemilik mobil membuka pintu mobil itu. Dan seorang Pria turun dari mobil itu. Aisha terperangah melihat Pria itu. "Astaghfirullah," Ucap Aisha tanpa sadar. Aisha mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dia lihat. Aisha melakukannya beberapa kali."Reno..?" Bibir Aisha sangat kelu mengucapkan nama itu. "Reno.. It's you? Ren.." Aisha segera menarik lengan Pria itu dan menggenggamnya."Ih.. Kamu siapa? Aneh banget!" Dengan cepat Pria itu menarik lengannya dan menjauh dari Aisha. "Kamu siapa? Kenapa kamu sangat tidak sopan?""Reno.. Ini kamu? Beneran kamukan?" Tanya Aisha."Me? Reno?" Tanya Pria itu. "Iya.. Kamu Reno?""Aku gak kenal