"Itu terserah kamu, kamu mau berhenti? Lakukan jika kamu bisa. Lakukanlah! Aku akan menjadi orang yang paling berbahagia atas kehancuranmu. Itu yang aku inginkan. Bapakmu, perusahaan dan karyawanmu, Putri kecilmu, semuanya akan hancur bersamamu.""Mas, aku.. aku..." Aisha terbata bata. "Kamu apa?" Tanya Adnan. "Gak jadi Mas. Ais gak ada mau ngomong apa apalagi?" Aisha segera beranjak dari sana. Aisha berjalan melewati Adnan, sedangkan Adndn masih berdiam diri di tempatnya. "Aisha!" Panggil Adnan. Adnan ingin melanjutkan percakapan lain, tapi Aisha tidak bergeming sedikitpun. Aisha melanjutkan perjalanan dan sampai di kamarnya. Aisha segera berbaring di kasurnya. "Aku sangat lelah. Aku ingin istirahat sejenak. Besok, jangan segera datang." Aisha tertidur begitu saja. Malam berlalu begitu cepat, pagi harinya Adnan membangunkan Aisha. Ia tidak sabar lagi terus terusan menunda percakapan seriusnya. "Aisha! Aisha! Bangun." "Aisha!" Panggil Adnan lagi. Aisha belum kunjung bangun. Ia
Adnan memeriksa penunjuk waktu yang melingkar di lengan kirinya. Hanya beberapa berbelok dan masuk gang saja, mereka akan tiba ditempat yang dituju. "Aisha! Aisha, wake up! Kita hampir sampai." Adnan menepuk pelan baju Aisha untuk membangunkannya."Eghhh.." Aisha menggeliat. Ia belum ingin bangun tapi Adnan sudah membangunkannya. "Kita dimana Mas?" Tanya Aisha. Aisha mulai membuka matanya dan ia mendapati lokasi mereka berada di tempat yang familiar. Aisha kemudian segera sadar saat pagar rumah sebuah rumah terlihat. "Kita ke rumah Bunda, Mas?" Aisha segera duduk tegap. Ia sadar sepenuhnya. Sedangkan Adnan sudah menepikan mobilnya di depan pagar rumah itu "Mas, kamu kok gak bilang kita mau kesini?""Kenapa? Kalau aku bilang kamu pasti akan banyak alasan lagikan. Kalau udah disini kamu gak mungkin mengelak. Ayo kita jemput Hara. Aku ingin dia tinggal bersama kita!" Adnan segera turun mobil setelah mengatakan itu. Aisha masih diam saja tempatnya, ia belum siap jika mereka membawa
"Bunda ingin menjemput Hara, kalian berdua lanjut saja mengobrol. Pastikan kalian tidak adu mulut seperti tadi lagi kalian bukan anak kecil lagi. Ingat itu!" Segera Bunda keluar dari rumah. Tinggallah Aisha dan Adnan. "Kenapa Mas Adnan sangat angkuh Mas? Kenapa gak pernah mau mendengarkan orang lain. Setidaknya Mas Adnan harus mempertimbangkan kata kata Ais, Mas. Hara itu anak kita, bagaimana kita akan membesarkannya nantinya, seharusnya kita mendiskusikan itu.""Hah?" Cemooh Adnan."Apa maksud kamu, Mas?""Kamu hanya istri sementara Aisha. Aku tidak berencana menjadikanmu istriku untuk waktu yang lama. Hanya sampai aku puas membalaskan dendammu padamu. Hanya sebatas itu. Aku akan membesarkan Hara dengan baik dan menemukan Ibu yang lebih dari kamu.""Maaf Mas, aku lupa. Semoga kamu menemukan perempuan lain yang lebih baik dari Ais. Tapi seorang Ibu pengganti yang lebih baik dari Ibu kandung? Itu tidak akan mudah Mas!" Aisha sangat percaya diri mengatakan itu. Perseteruan mereka belum
"Adnan tahu apa yang harus Adnan lakukan Bu. Ibu seharusnya tidak perlu mencemaskan Adnan. Ibu seharusnya mencemaskan Aisha, Adnan bisa membuangnya kapan saja, Bu!""Astahgfirullah," Bunda sedikit terkejut mendengar kata kata Adnan. Adnan tersenyum tipis karena reaksi Bunda yang terkejut. "Adnan, semoga Tuhan membukakan hatimu," Ucap Bunda. 'Mereka sekeluarga memang lua4 biasa, selalu mencampuri urusan orang lain. Aku pasti akan menjaga keluargaku dengan baik, apa ya perlu dicemaskan!' Batin Adnan. Adnan segera berjalan keluar meninggalkan Bunda. "Aisha ayo buruan! Kamu mau pulang bersama atau enggak?" Adnan memanggil dari luar rumah. "Bunda, Aisha pulang dulu ya. Do'akan Aisha ya Bun. Assalamualaikum," Aisha segera menyalami sang Bunda. "Walaikumsalam," Jawab Bunda. Aisha segera keluar rumah dan menyusul Adnan yang sudah berada di dalam mobil, sedangkan Bunda melihat kepergia mereka dari depan pintu rumahnya. "Semoga Tuhan menjaga kalian dan menjadikan kalian keluarga yang bahag
"Ayah, Ibu gak bangun," Hara menunjuk ke arah Aisha. Adnan segera membangunkan Aisha. "Aisha! Aisha!" Panggil Adnan. Namun Aisha belum juga merespon. Adnan segera menurunkan Hara dari gendongannya dan memeriksa keadaan Aisha. Tubuh Aisha terasa sangat dingin. Adnan mencoba membangunkan Aisha lagi, "Aisha bangun! Jangan bercanda kelewatan deh." Adnan mengecek nadii Aisha. "Aisha! Hei.." Adnan menepuk-nepuk pelan pipi Aisha. 'Ada apa ini? Tadi dia baik baik saja,' batin Adnan. Adnan jadi sedikit panik. "Sayang, sepertinya Ibu sakit. Kamu ikuti Ayah ya, kita bawa Ibu ke rumah sakit.""Iya Ayah," jawab Hqra"Aisha!" Adnan mencoba membangunkan Aisha lagi. Tidak mendapatkan jawaban, Adnan segera menggendong Aisha dan membawanya ke mobil. "Sayang ayo ikuti Ayah!""Iya," Jawab Hara. Segera mereka berangkat ke rumah sakit. Adnan membaringkan Aisha di bangku bagian belakang, begitu juga Hara, sedangkan Adnan mengemudi. Adnan berusaha untuk tetap tenang, ia tidak ingin Hara khawatir. Sepa
"Iya Pak." Tenaga medis langsung menghampiri Aisha. Adnan membaringkan tubuh Aisha di atas ranjang. Tenaga medis langsung menangani Aisha, Adnan segera mundur dan menggengam tangan Hara. Adnan dan Hara memperhatikan Aisha yang sedang ditangani. "Ayah, kenapa Ibu dari tadi gak bangun bangun?""Ibu lagi sakit sayang, semuanya akan baik baik saja. Kamu jangan sedih ya."Hara mengangguk setelah mendengar penjelasan dari Adnan. Adnan dan Hara masih memandangi Hara yang sedang ditangani. Mereka melihat beberapa alat dipasangi ke tubuh Aisha. 'Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.' Adnan tidak tahu apaa yang menimpa Aisha, pikirannya dipenuhi oleh kegundahan. Tenaga medis yang menangani Aishah terlihat mondar mandir. "Istri Bapak perlu tindakan lebih lanjut Pak. Ada masalah pada jantungnya," Ucap seorang perawat menghampiri Adnan. "Tapi selama ini Aisha baik baik saja Suster.""Nanti Dokter akan menjelaskan apa yang terjadi Pak. Sekarang Bapak hanya perlu ke bagian administrasi unt
"Tenanglah Adnan, mungkin Aisha memang belum ingin bangun saja. Operasinya berhasilkan?""Iya Bu. Adnan harap Aisha segera sadar.""Ibu tahu kamu pasti sangat cemaskan. Tapi kamu harus tetap tenang, kasian Hara. Hara nanti bisa ikutan cemas.""Iya Bu," Jawab Adnan. "Hemm.. Adnan mau masuk ke dalam dulu ya Bu," Adnan menunjuk ke arah dalam ruangan ICU. "Iya," Jawab Bunda. Adnan segera menuju ruangan ICU dan memakai pakaian lengkap steril yang biasa digunakan di rumah sakit. Sesampainya di dalam, Adnan berdiri di sebelah ranjang Aisha. Dipandanginya Aisha dengan tatapan sendu. Mata Adnan pun terlihat satu. "Kamu sangat luar biasa Aisha. Setelah semua yang kamu ucapkan, kamu malah begini. Kamu bilang aku akan menangis jika kamu menghilang, ternyata ini rencana besarmu. Pantas saja kamu sangat berani. Aku tidak akan membiarkan kamu mati dengan mudah Aisha. Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi meninggalkan aku, bahkan itu karena kematian. Rasa sakit yang dulu saja belum terbayar
"Dokter hanya mengatakan hal yang sama sejak Aisha keluar dari rumah operasi, tapi kenyataannya sampai sekarang Aisha belum juga sadar. Apa Dokter di rumah sakit ini selalu mengatakan hal yang sama. Katanya tidsk ada yang salah dengan operasinya, tapi kenapa Aisha belum sadar juga.""Tenanglah Adnan, mungkin Aisha memang belum ingin bangun saja. Operasinya berhasilkan?""Iya Bu. Adnan harap Aisha segera sadar.""Ibu tahu kamu pasti sangat cemaskan. Tapi kamu harus tetap tenang, kasian Hara. Hara nanti bisa ikutan cemas.""Iya Bu," Jawab Adnan. "Hemm.. Adnan mau masuk ke dalam dulu ya Bu," Adnan menunjuk ke arah dalam ruangan ICU. "Iya," Jawab Bunda. Adnan segera menuju ruangan ICU dan memakai pakaian lengkap steril yang biasa digunakan di rumah sakit. Sesampainya di dalam, Adnan berdiri di sebelah ranjang Aisha. Dipandanginya Aisha dengan tatapan sendu. Mata Adnan pun terlihat satu. "Kamu sangat luar biasa Aisha. Setelah semua yang kamu ucapkan, kamu malah begini. Kamu bilang aku