"Tenanglah Adnan, mungkin Aisha memang belum ingin bangun saja. Operasinya berhasilkan?""Iya Bu. Adnan harap Aisha segera sadar.""Ibu tahu kamu pasti sangat cemaskan. Tapi kamu harus tetap tenang, kasian Hara. Hara nanti bisa ikutan cemas.""Iya Bu," Jawab Adnan. "Hemm.. Adnan mau masuk ke dalam dulu ya Bu," Adnan menunjuk ke arah dalam ruangan ICU. "Iya," Jawab Bunda. Adnan segera menuju ruangan ICU dan memakai pakaian lengkap steril yang biasa digunakan di rumah sakit. Sesampainya di dalam, Adnan berdiri di sebelah ranjang Aisha. Dipandanginya Aisha dengan tatapan sendu. Mata Adnan pun terlihat satu. "Kamu sangat luar biasa Aisha. Setelah semua yang kamu ucapkan, kamu malah begini. Kamu bilang aku akan menangis jika kamu menghilang, ternyata ini rencana besarmu. Pantas saja kamu sangat berani. Aku tidak akan membiarkan kamu mati dengan mudah Aisha. Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi meninggalkan aku, bahkan itu karena kematian. Rasa sakit yang dulu saja belum terbayar
"Dokter hanya mengatakan hal yang sama sejak Aisha keluar dari rumah operasi, tapi kenyataannya sampai sekarang Aisha belum juga sadar. Apa Dokter di rumah sakit ini selalu mengatakan hal yang sama. Katanya tidsk ada yang salah dengan operasinya, tapi kenapa Aisha belum sadar juga.""Tenanglah Adnan, mungkin Aisha memang belum ingin bangun saja. Operasinya berhasilkan?""Iya Bu. Adnan harap Aisha segera sadar.""Ibu tahu kamu pasti sangat cemaskan. Tapi kamu harus tetap tenang, kasian Hara. Hara nanti bisa ikutan cemas.""Iya Bu," Jawab Adnan. "Hemm.. Adnan mau masuk ke dalam dulu ya Bu," Adnan menunjuk ke arah dalam ruangan ICU. "Iya," Jawab Bunda. Adnan segera menuju ruangan ICU dan memakai pakaian lengkap steril yang biasa digunakan di rumah sakit. Sesampainya di dalam, Adnan berdiri di sebelah ranjang Aisha. Dipandanginya Aisha dengan tatapan sendu. Mata Adnan pun terlihat satu. "Kamu sangat luar biasa Aisha. Setelah semua yang kamu ucapkan, kamu malah begini. Kamu bilang aku
"Mas, Aisha gak sanggup lagi.""Huekkk.. Huekkk.." Aisha kembali memuntahkan makanan yang tadi ia makan. "Apa karena ini kamu gak mau makan?" Tanya Adnan. Aisha segera menganggukk. "Udah bilang ke Dokter atau perawatnya?" Tanya Adnan. Aisha kembali mengangguk. "Huekkk""Terus, obatnya mana?" Tanya Adnan lagi. "Udah disuntikkan kesini tadi Mas.""Terus kenapa masih mual juga?""Masih mual Mas. Mau gimana lagi.""Sekarang masih mual banget?""Hemm.. Aisha mau rebahan lagi Mas. Bantuin ya Mas."Segera Adnan membantu Aisha berbaring. Aisha miring ke sebelah kanan dan mengarah ke Adnan. "Sekarang gimana? Udah nyaman?""Iya Mas. Makasih ya.""Hem," Jawab Adnan. "Tidur lagi aja kalau gitu," Suruh Adnan. "Iya Mas," Segera Aisha menutup matanya. ***Tiga hari berlalu, Aisha masih tetap harus tinggal di rumah sakit. Aisha masih belum pulih dan memerlukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut. Penyakit yang diderita Aisha bukan hanya sekedar penyakit ringan biasa. "Bagaimana kondisi saya, D
29. "Bunda, boleh Aisha minta tolong satu hal lagi?""Apa itu sayang?""Bunda, bantu Aisha untuk menyalurkan bantuan ke panti Asuhan please.""Kamu masih sempat memikirkan orang lain disituasi seperti ini?""Iya Bunda. Ini kebiasaan yang selalu dilakukan Ibu. Bulan ini Aisha tidak bisa melakukannya, mungkin karena itu Ibu datang ke mimpi Aisha.""Baiklah sayang. Bunda akan membantu kamu melakukannya. Kamu jangan khawatir. Bunda akan melakukannya besok.""Terimakasih Bunda."***Malam harinya Aisha beneran menyuruh Bunda dan Hara pulang ke rumah. Ia terus memaksa walaupun Bunda ingin tinggal menemaninya. Aisha tidak ingin terus terusan merepotkan orang orang disekitarnya. Aisha berusaha untuk tidur walaupun sulit. Ia sudah mengganti posisinya berkali-kali, tapi belum menemukan posisi yang nyaman juga. Aisha kembali ke posisinya semula yaitu berbaring telentang. "Aku sedikit merindukan Mas Adnan, padahal baru dua hari aku tidak melihatnya," gumam Aisha. Aisha mengganti posisinya lagi
"Aku tahu Mas, Terima kasih telah menyadarkan aku akan hal itu. Dan sekedar informasi, aku tidak akan menangis karena kamu lagi Mas. Kedepannya aku hanya akan menangis karena sangat bahagia.""I see. Baguslah kalau begitu."Aisha memilih diam agar pembicaraan itu tidak menyebar kemana-mana. Aisha juga punya banyak pekerjaan yang masih tetap ia kerjakan. Kehadirannya di kantor juga sangat dibutuhkan. Perusahaan akan berjalan normal dengan adanya snag pimpinan, apalagi kini perusahaan Aisha baru sedikit terbebas dari jurang kehancuran.Aisha dan Adnan sama sama sibuk dengan tab mereka. Mereka larut dalam pekerjaan mereka dan melupakan sejenak perdebatan mereka tadi. Baru setengah jam berlalu, baterai tab Aisha habis. "Mas Adnan, boleh minta tolong?""Minta tolong apa?" Sahut Adnan. Walaupun sibuk, Adnan masih mengawasi Aisha sambil mengerjakan pekerjaannya. "Charge tab Aisha ada di lemari sana Mas.""Terus?""Bantu ambilin Mas, please!" "Kamu bilang udah pulih tadi kan, terus kenapa
31. 'Andai saja takdir buruk tidak pernah memisahkan kita dulu Aisha, aku pasti menjadi orang yang paling bahagia sekarang.'Sekarang giliran Aisha yang menatap Adnan. Ekspresi Aisha sekarang menggambarkan betapa ia mencintai Adnan, tatapan seorang kekasih. Tanpa sadar Aisha menyentuh pipi Adnan. Sejenak pikiran Aisha kembali kekenangan masa lalu mereka. Mereka berdua sangat sweet dan romantis. Adnanpun langsung menatap Aisha. "Ngapain?" Tanya Adnan. "Maaf Mas," Ucap Aisha. Reflek Aisha menjauhkan tangannya dari wajah Adnan. "Jangan melewati batas Aisha, nanti kamu jatuh cinta lagi padaku. Melupakan aku bukan hal yang mudah, ingat itu!""Ais tahu Mas. Ais gak berencana untuk jatuh cinta lagi Mas.""Hohh.. Gimana? Udah cukup berjemurnya?""Udah Mas. Kita masuk lagi yuk ke dalam!""Iya Mas." Aisha dan Adnan kembali ke dalam. ***Dua hari lagi berlalu, Aisha bersikeras ingin pulang ke rumah. Aisha melakukan semua cara agar dirinya diizinkan pulang. "Adnan pasti akan marah kalau tah
"Makanya, makan tu pelan pelan. Jangan buru buru gitu. Mubazir itu""Iya maaf Mas. Ini lagi Aisha coba habisin.""Ya udah habisin pelan pelan!" Suruh Adnan. Aisha mencoba beberapa kali, tapi ia sudah sangat kenyang. Alhasil, sebagian piringnya masih terisi makan"Makanya jangan impulsif. Kalau ada apa apa itu dipikirin dulu!" Ucap Adnan. Aisha terdiam, 'Bagian mana yang impulsif?' Pikir Aisha. Aisha lanjut menyuap makanan ke mulutnya. Ia harus menghabiskan semua makanannya apapun yang terjadi. Keadaan menjadi hening kembali, kondisi itu berlanjut sampai semua selesai makan. Usai makan, Bunda pergi melihat Hara. Aisha masih di dapur karena mau mencuci piring, begitupun Adnan. "Kamu gak capek?" Adnan memulai percakapan. "Enggak Mas.""Hohh..""Aku mau pergi ke luar negeri karena ada urusan pekerjaan. Semingguan.""Iya..""Kamu gak papa? Kamu masih belum sehat tapi harus ngejaga Hara dan ngantor.""Bunda kan ada disini Mas.""Iya sih, tapi Bunda emang mau tinggal lama disini?""Mau,
"Bisa gak kamu berhenti jalan dulu. Mobil aku udah jauh disana." Reno berhenti berjalan. Aisha pun mengikuti Reno. "Oh iya iya, aku lupa berhenti. Maaf ya Ren. Lagian kamu juga ngikutin aku jalan sih." Aisha tersenyum. "Iya juga sih. Maaf maaf. Bisa gak kita kembali jalan lagi ke dekat mobilku, Ais?""Oh iya boleh, ayo. Kamu juga apa kabar?""Aku mah baik, alhamdulillah."Alhamdulillah, oh iya gimana kabar Adnan?" "Alhamdulillah, Mas Adnan selalu baik. Sekalipun Mas Adnan tidak baik baik saja, itu bukan urusanku. Kami tidak terlibat sejauh itu." "Benarkah? Lalu sejauh mana? Apa aku masih punya kesempatan?" "Hahaha.. Dasar modus. Kesempatan apa toh? Aku gak mau terlibat urusan serumit itu lagi Ren." "Hohh gitu. Terus rencananya mau sarapan pagi apa nih?" "Kamu ngajak sarapan bareng?" "Hemm.. Iya bener." "Sarapan apa ya? Aku lagi gak tahu makan apa," Ucap Aisha. "Kita sarapan serabi aja gimana?" "Boleh tu. Ayo!" Aisha sangat bersemangat. Aisha dan Adnan masuk ke mobil dan men